Waktu menunjukan pukul 23.30. Sudah satu jam jisoo berada di ruang tamu menunggu kepulangan sang adik. Namun yang di tunggu-tunggun tak kunjung pulang, ada rasa khawatir di hati jisoo ia takut terjadi sesuatu pada adiknya dan lagian suhu di luar sangat dingin, ia tidak yakin jennie membawa mantel tebal untuk menghangatkan tubuhnya.
Setelah beberapa menit terdengar suara mesin mobil memasuki halaman mansion. Lamunan jisoo pun tersadar, ia langsung menegapkan posisi duduknya di sofa.
Benar saja jennie berjalan memasuki mansion dengan pelan. Penerangan di ruangan itu sudah redup karna kebiasaan keluarga kim jika sudah malam penerangan di beberapa tempat akan di matikan, salah satunya di rungan tamu ini.
Jennie berjalan dengan santai, ia menganggap semua orang di mansionnya sudah tertidur terutama eoma dan kakanya. Jadi ia tidak akan takut kena teguran mereka. Namun sayang, keberuntungan sedang tidak berpihak pada jennie.
"Kau baru pulang?" jisoo berdiri dari sofa yang ia duduki, langkah jennie terhenti saat suara jisoo masuk ke Indra pendengarannya, ternyata kakanya itu belum tidur.
Bukanny menjawb pertanyan kakanya jennie justru hanya membalikan badanya menatap balik kakanya yang baru saja beranjak dari duduknya.
"Kau tahu ini jam berapa?" tanya jisoo, ia memandang arloji yang melingkar di tangannya
"23.55"
"Mianhae...unnie. Pekerjaanku sangat banyak,aku harus lembur untuk itu" ucap jennie bohong
"Benarkah? Tapi aku tidak melihatmu di kantor hari ini?"
Jennie yang mendengar itupun sontak merasa gugup.
"Ahhh... Itu. Aku tadi meeting di restoran terdekat unie. Jadi, mungkin saja saat unnie ke kantor ku aku sedang tidak ada di sana" ucap Jennie berusaha tetap tenang meskipun hatinya merasa takut jika eoninya ini tau dia sedang berbohong.
"Tapi bukan hari ini saja aku ke kantormu. Sudah tiga hari eoni ke sana tapi aku tidak mendapatimu di sana"
"Eoni-"
"Kau berbohong?" jisoo menyela ucapan Jennie. Ia sudah tidak ingin mendegar omong kosong adiknya itu.
"Aku bisa jelas-"
"Kau menghindar dari-" jisoo memotong ucapan Jennie.
"STOP EONNI!" teriak Jennie, menyela jisoo.
"Bisakah kau tidak memotong ucapanku?dengarkan aku!" lanjut jennie dengan mata yang mulai berkaca-kaca
"Mendengarkan? Kau ingin aku mendengarkan omong kosong mu? Baiklah aku akan mendengarkannya"
"Aku memang berbohong padamu, semenjak itu aku sama sekali tidak ke kantor, aku tidak bisa mengerjakan pekerjaanku di saat seperti ini eoni, aku benar-benar tidak bisa.... Aku merasaka kesakitan ini benar-benar menyakitiku Hiks... Hikss" jennie menangis pilu tentang keadaanya.
Ia juga menundukan kepalanya karena merasa bersalah telah berbohong kepada kakanya.
"Aku paham perasaanmu"
"Tapi apakah menghabiskan waktu mu di jalan bisa membuat kesakitanmu berakhir?"
Ucapan jisoo kali ini mampu membuat jennie menegakkan kepalanya. Kini ia memandang jisoo dengan tatapn tidak menyangka. pasalnya memang benar bekerja atau menghabiskan waktu di jalan tidak akan membuat rasa sakitnya berkurang bahkan berakhir, tapi apakah jisoo harus bertanya seperti itu. Jennie pikir kakanya ini benar-benar mengerti dirinya ternyata tidak.
"CUKUP EONI! kau ingin tau mengapa aku seperti itu?" tanya jennie, ia menatap kakanya serius.
"KARNA AKU MENGHIDARI ANAK ITU! kau pikir mudah untuk aku menerima anak itu? TIDAK! itu tidak mudah eoni!" teriak jennie. Jisoo hanya mendegatkan semua omongan jennie, dugaanya benar jennie menghindar dari lisa. Ini yg jisoo inginkan, jennie berbicara jujur. Tapi sayangnya jennie jujur dalam keadaan emosi yang menggebu.
"Dan ya, kau ingin tau alasanku di jalan seharian?...aku hanya ingin bertemu dengan putriku unie.aku hanya ingin mencarinya sendiri" lirih jennie, jisoo lebih mendekat ke adiknya ia ingin memeluk adiknya.
"Eoni mengerti, maa-"
"Stop unnie! Kau tidak mengerti apapun. Kalian semua egois, terutama kau eoni. Kau tidak akan pernah tau sehancur apa aku kehilangan putriku. Hidupku sudah berat sejak kejadian ini dan semakin berat saat kau mengadopsi anak itu untuku. Jadi stop untuk menambah penderitaanku, kau tidak benar-benar mengerti aku. Karna kau tidak berada di posisiku,carilah pria lalu menikahlah dan rasakan rasanya menjadi ibu, baru kau akan mengerti perasaanku. Stop untuk sok paling tahu perasaanku eoni, kau saja belum berada di fase seorng ibu jadi kau tidk akan pernah tau aku"
Entah sadar atau tidak jennie berbicara seperti itu, yang pasti kata-kata jennie mampu menyakiti perasaan jisoo.
Untungnya si sulung kim itu pandai menutupi kekecewaannya.
"Aku tau aku egois. tapi Haruskah aku mencari pria lalu menikah dan mempunya anak terlebih dalu agar aku bisa memahamimu?" ucap jisoo lirih, menatap adiknya.
Jennie yang tau maksud ucapan kakanya langsung menggelengkan kepalanya. Jennie benar-benar tidak sadar bahwa ucapannya melukai hati kakanya.
"Aniyo.. Unnie. Bukan seperti itu" jennie berusaha mendekati jisoo yang sudah memakai mantel tebalnya.
"Lalu?" jisoo masih menatap adiknya dengan nanar
"Sudahlah unnie, aku ingin pergi" langkah jennie terhenti saat jisoo menahan lengan adiknya.
"Cuaca di luar sangat dingin. Biar aku saja yang pergi" ucap jisoo ia skrng sudah memakai mantel tebalnya dan bersiap untuk pergi
"Unnie... Kau mau kemana?!" tanya jennie ia masih mengikuti jisoo. Pasalnya kakaknya ini jarang keluar malam.
Jisoo tidak menghiraukan adiknya ia tetap berjalan menuju pintu keluar mansionnya.
"YAK!! KIM JISOO!" teriakan jennie mampu mebuta langkah jisoo terhenti. Ia berbalik menatap adiknya.
"Kenapa? Bukanya kau menyuruhku mencari pria dan mengandung? agar aku bisa mengerti dirimu,kan?"
"Kau salah paham eoni. Jika kau melakukan itu aku akan membencimu" anca jennie.
"Melakukan apa? Aku hanya menuruti keingin mu"
"Jika kau melakukan itu, aku akan benar-benar membencimu eoni"
Jisoo tersenyum hambar"Bencilah aku semaumu jen, samapi kau lelah melakukan itu. Aku pergi" lirih jisoo yang masih terdengar oleh jennie.
Jennie hanya bisa menangis melihat belakang punggung kakanya yang mulai memasuki mobil, dan melajukan mobilnya tanpa ia tahu kemana tujuannya.
Jennie merasa bersalah kepada kakanya, karna emosinya yang menggebu mengakibatkan luka di hati kakanya.
Dara hanya bisa melihat perdebatan kedua anaknya dari kejauhan. Ia tidak menyangka Putri bungsunya akan berucap seperti itu pada kakanya. Dara merasakan apa yg di rasakan oleh jisoo, namun dara juga tau jennie tidak sengaja mengucapkan itu, emosilah yang membuatnya seperti ini.
Tidak tinggal diam dara menghampiri jennie yang sedang duduk di lantai dengan menangisi kebodoah yang telah ia ciptakan. Jennie membalas pelukan dara, jennie tau bahwa dara melihat semua perdebatan antara dirinya dan kakanya.
"Mianhae... Eomaa.. Hiks... Hikss"
Dara mengeratkan pelukannya, sebagai jawaban. Ia mengelus lembut kepala belakang jennie, untuk menenangkan Putri bungsunya.
****
Guys sorry bngt kalo Gajelas alurnya,terlalu bertele-tele dan ga dapet feelnya.
Soalnya kemarin lagi buntu bngt pikirannya. Sorry ya guyss.
Thankyou.