"Bolehkah aku tahu siapa namamu?" Seorang lelaki tampan tiba-tiba muncul dari balik dedaunan lebat.
Scania masih ingat jelas bagaimana pertama kali ia dan sahabatnya bertemu di tepi Sungai Biru. Saat itu, ia tersentak kaget. Sebab, belum pernah ia dengar ada manusia lain selain dirinya di tempat itu. Ia pikir, hanya ada ia dan buku-bukunya, juga hamparan rumput hijau, pepohonan yang berjejer, serta Sungai Biru yang mengalir jernih memantulkan cahaya matahari.
Ada orang lain di tempat kesukaannya. Sebuah kenyataan yang membuatnya tak lagi merasa nyaman saat duduk bersandar di bawah pohon, sambil membuka lembar demi lembar buku di pangkuannya. Ia segera bangun dari duduknya dengan perasaan tegang yang berkecamuk.
"Oh, jangan takut padaku." Sosok itu menyibak sekumpulan ilalang yang menghalanginya dan berjalan maju perlahan.
Rupanya seorang laki-laki tampan yang membawa banyak buku dan kelihatannya tidak berbahaya, pikir Scania. Gadis itu mengamati lelaki asing di hadapannya. Pakaiannya lusuh, sama seperti dirinya. Tak perlu berpikir dua kali bagi Scania untuk menyadari bahwa lelaki itu setara dengannya. Seorang rakyat jelata. Jadi, Scania memutuskan untuk menanggapinya biasa saja. Tentu saja ia tidak akan memberi hormat pada selain anggota kerajaan.
"Siapa kau?" selidik Scania penasaran. Ia terus mengamati lawan bicaranya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Alih-alih menjawab pertanyaan lelaki asing itu, ia malah mencoba menginterogasinya. Ia tidak mau terlalu akrab pada orang asing yang hanya kebetulan lewat.
Lelaki itu tersenyum tipis. Ia mengangkat tumpukan buku di tangannya tinggi-tinggi. "Aku menjual buku-buku bekas," jawabnya.
"Jika kau hendak menjual buku-buku itu padaku, maaf, tapi aku tidak berminat membelinya," balas Scania dingin.
"Tapi kau suka membaca," kata lelaki itu sok tahu. "Aku tahu kau suka membaca keras-keras semua buku di pangkuanmu di tempat ini."
Tentu saja Scania melakukan itu karena ia pikir tidak akan ada orang lain yang mendengarnya. Tapi ternyata ada. Wajah Scania mendadak memerah menahan malu. Ia tidak tahu selama ini ada orang yang selalu memperhatikannya diam-diam saat berlatih mendongeng.
"Aku biasa mendongeng untuk para orang buta. Dan aku melakukannya dengan harapan hidup mereka menjadi lebih berwarna karena dongeng-dongeng itu," jelas Scania. "Dan aku tidak pernah menarik bayaran. Jadi, kau salah jika mengira aku memiliki uang untuk membeli buku-bukumu."
"Aku akan beri harga murah." Lelaki itu semakin mendekati Scania. Ia lalu menyodorkan tangan kanannya. "Kenalkan, aku Milo."
Scania memandangi telapak tangan lelaki itu. Terlalu mulus untuk ukuran seorang rakyat jelata, pikirnya. Tapi, ia tidak terlalu memikirkannya dan fokus pada buku-buku yang ia bawa.
"Sebentar, ya."
Scania lalu membalikkan badannya ke arah yang berlawanan. Ia mengambil sebuah kantung dan mengeluarkan seluruh isinya di telapak tangannya. Hanya dua keping. Ia lalu membalikkan badannya lagi menghadap lelaki asing yang sedang berjinjit mengintip isi kantung uangnya.
"Aku memang suka membaca," jelas Scania. "Tapi semua buku ini aku pinjam dari perpustakaan Kerajaan Heloise, karena aku adalah anak dari seorang tukang masak di dapur istana." Ia mendorong tangan lelaki itu, menolak berkenalan. "Uangku hanya tersisa dua keping. Kau telah salah menilaiku."
Lelaki itu mengangkat bahunya. "Aku mengajakmu berkenalan bukan karena berharap kau akan beli bukuku," bantahnya. "Lagi pula, apa kau tahu berapa harga dari semua buku di tanganku ini?"
Scania menatapnya dingin. "Berapa?"
Lelaki itu mengamati gadis cantik di hadapannya dengan terkagum-kagum. Ia belum pernah memandangnya dari jarak sedekat ini. Selama ini, ia selalu bersembunyi di balik ilalang dan memperhatikan gadis itu mendongeng dari jarak jauh. Tadinya ia hanya bisa mendengar sayup-sayup, dan sekarang ia bisa mendengar suara gadis itu dengan sangat jelas. Begitu merdu di telinganya.
Awalnya, ia tak sengaja mengejar seekor merpati buruannya yang terbang melewati Sungai Biru yang menjadi batas antara dua kerajaan, yaitu Brigham dan Heloise. Ia tahu yang dilakukannya itu salah. Sebagai pangeran dari Kerajaan Brigham, ia seharusnya tidak boleh masuk ke wilayah Kerajaan Heloise begitu saja. Namun, ia tak peduli. Kini yang ia inginkan hanyalah bertemu gadis pendongeng itu setiap hari. Selamanya.
"Simpan saja uangmu. Setumpuk buku ini bisa kau dapatkan gratis, asal kau mau membacakannya untukku."
Scania memicingkan matanya dan mengambil satu persatu buku dari lengan lelaki itu lalu memindahkannya ke dekapannya.
"Sepakat," kata gadis itu. Ia tersenyum dan segera menarik tangan penjual buku bekas, lalu mereka berjabat tangan. Saking senangnya Scania, ia menjabat tangan lelaki itu terlalu kencang. "Namaku Scania, dari Heloise."
"Panggil aku Milo," balas penjual buku tersenyum.
"Kau berasal dari mana, Milo?" tanya Scania ramah. Kali ini ia menatap lelaki di hadapannya dengan rasa peduli. Kewaspadaannya luntur seiring jabat tangan yang mereka lakukan.
Milo tertegun, ia pikir Scania tidak akan menanyakan dari mana asalnya. "Hmm, aku dari Brigham," jawabnya canggung.
Scania spontan melepaskan jabatan tangannya. "Oh," gumamnya penuh curiga. "Kau seharusnya tidak boleh ada di sini. Bukankah antara Heloise dan Brigham saling bermusuhan?"
Milo menggaruk kepalanya. "Iya, tapi selama tidak ada yang tahu kita di sini, menurutku tidak apa-apa." Ia kemudian bergegas mengambil kembali buku-bukunya dari tangan Scania, lalu membalikkan badan. "Kalau kau tidak mau, ya sudah."
Scania terpaku melihat Milo menjauh. Nyaris saja ia mendapat banyak buku gratis dan seorang kawan baru. Dan kini ia kehilangan semua itu begitu saja. Ia memutuskan untuk mengejar Milo dan kembali muncul di hadapannya, mencoba menghalangi jalan.
"Aku mau." Ia segera menarik kembali buku-buku dari tangan penjualnya. "Berjanjilah untuk tidak memberi tahu siapapun tentang persahabatan kita."
Mendengar itu, hati Milo berdesir. Ia tidak menyangka, kini ia punya sesuatu yang hanya dimiliki oleh mereka berdua saja, yaitu persahabatan mereka. Persahabatan yang dirahasiakan.
****
Halo, salam kenal!
Ini cerita pertamaku, tolong "VOTE" yaaa supaya aku semangat untuk nulis lagiii.VOTE ya kawan-kawan. Karena menulis bab selanjutnya itu perlu semangat dari kalian.
Cerita ini ada 2 season. Ini baru mulai season 1. Jadi, bersiaplah untuk masuk ke dalam kisah penuh konflik dan juga kebaperan para tokohnyaaa. Cuma buat pembaca yang berjiwa petualang dan suka tantangan!
Terima kasih sudah mampir ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Princess [TAMAT]
Fantasy[SEASON 1 & 2] [AWAS PENASARAN!!! SEKALI BACA SULIT BERHENTI] #1 - PRINCESS (25/11/2023) #1 - KING (31/05/2022) #1 - POLITIK (17/07/2022) #1 - DONGENG (25/12/2022) #2 - RAJA (15/12/2023) #2 - PETUALANGAN (30/11/2023) #2 - PUTRI (6/11/2023) #2 - ROMA...