Drake terkesima dengan pengumuman itu, dan segera merobek selebaran di dinding. Ia segera melipat-lipatnya agar menjadi lebih kecil, lalu ia kantongi sambil berjalan. Ia mempercepat langkahnya saat hampir sampai di dekat kuda miliknya, lalu ia segera menaikinya dengan buru-buru. Di kepalanya kini terbayang momen-momen kala seratus keping koin emas berjatuhan dari langit menimpa dirinya. Rumor mengenai lamaran pangeran pada Scania rupanya telah menyebar, dan Drake paham betul siapa penyihir wanita dari Heloise itu. Wren pasti sengaja menyembunyikan gadis itu, makanya ia menitipkannya padaku, batin Drake. Ia segera menarik tali kekang kudanya, menuju tembok perbatasan.
Sesampainya di rumah Elric, Drake tanpa basa-basi lagi segera menggedor-gedor pintu rumahnya. Ia benar-benar tak sabar ingin mendapatkan imbalan dari penangkapan Scania. "Elric! Elric!" serunya tak sabar. "Kau harus tahu kabar apa yang kutemukan pagi ini!"
Elric yang saat itu tengah berkonsentrasi mengasah pedangnya merasa sangat terganggu dengan kebisingan yang berasal dari pintu depan. Ia meletakkan pedangnya, lalu buru-buru membuka pintu rumahnya dengan kedua alis yang mengerut. Seharusnya tak pernah ada tamu yang datang sepagi ini, pikirnya. Ia terkejut saat mendapati Drake berdiri tepat di hadapannya, dan mendorong tubuhnya ke belakang karena ingin masuk ke dalam rumah Elric.
"Wow, tahan dulu, Sobat!" gurau Elric saat Drake buru-buru melangkah masuk ke dalam rumahnya. "Mengapa kau tergesa-gesa sekali?"
Drake buru-buru mengeluarkan sebuah lipatan kertas dari dalam saku celananya. "Oh, kau pasti akan bertingkah sama denganku setelah membaca ini!" Ia lalu membentangkan kertas itu di depan wajah Elric.
Elric membaca tulisan di kertas itu dengan mata terpicing. "Seratus koin untuk penangkapan penyihir Heloise? Siapa dia?"
Drake menepuk dahinya. "Sepertinya kau terlalu lama tinggal di tempat terpencil, Elric. Memangnya kau tidak dengar rumor yang beredar? Ada wanita miskin dari Heloise yang mengguna-guna pangeran hingga jatuh cinta padanya! Pangeran bahkan mencoba melamarnya," jelasnya tanpa jeda. "Dan gadis itu dibawa dari Heloise oleh ibunya sendiri padaku!"
Kening Elric berlipat-lipat saat mencerna kata-katanya. "Baiklah, lalu?"
"Gadis yang sedang dicari-cari oleh kerajaan itu adalah budak yang kau beli dariku!" pekik Drake. "Aku datang ke sini karena ingin melakukan penawaran bisnis padamu, Elric. Bagaimana jika aku beli dia darimu? Aku bersedia membayarmu setengah dari hadiah yang akan kudapatkan dari Raja Brigham."
Scania diam-diam mendengarkan percakapan mereka. Ia merasa tertampar dengan apa yang terjadi. Tak pernah terbayang di benaknya bahwa ia kini adalah seorang buronan yang diincar Kerajaan Brigham. Apa yang harus aku lakukan sekarang, jerit Scania dalam hatinya. Tempat ini sudah tidak aman bagiku, karena cepat atau lambat, Drake akan segera menemukanku.
"Aku harus lari," bisik Scania pada dirinya sendiri.
"Yah, aku akan memikirkannya dulu, Drake. Sampai jumpa!" Elric buru-buru menutup pintunya sebelum Drake berhasil masuk.
Drake menahan pintu itu sekuat yang ia bisa. "Jangan munafik, Elric," semprot Drake. "Apa uang yang aku tawarkan masih kurang bagimu? Aku butuh gadis itu saat ini juga, kau paham?"
Elric semakin kuat mendorong pintu rumahnya. "Pergilah, Drake. Uang bukan segalanya bagiku," ketusnya.
"Hey, Elric. Coba pikir! Jika kau punya koin emas sebanyak itu, kau bisa beli lebih banyak budak dariku. Untuk apa kau mempertahankan dia?!"
Saat kedua pria itu saling dorong mendorong pintu, Scania sibuk melarikan diri lewat pintu belakang. Ia berlari begitu cepat sambil menenteng bukunya. Scania bersembunyi dari satu batang pohon ke pohon yang lain. Tidak seperti di malam hari, kini kondisi sekelilingnya cukup terang. Ia mengikuti jalan setapak yang mungkin akan membawanya menuju keramaian, dengan bersembunyi di balik semak belukar. Ia berlari hingga merasa lelah.
Scania akhirnya bisa melihat ada manusia lain selain dirinya di ujung jalan. Ada sebuah kereta kuda yang mengangkut setumpuk sayuran. Ia tahu kereta itu akan pergi ke pasar, jadi ia menyelinap saat menaiki gerobak besar itu sehingga sosoknya bisa tersamarkan di antara kumpulan sayuran. Dari pasar, ia berencana pergi bersembunyi ke rumah Nenek Eda, karena situasi masih tidak aman untuk memungkinkannya pergi ke istana.
Drake tiba-tiba naik lagi ke kudanya dan bergegas memutar arah, padahal negosiasi mereka belum mencapai kesepakatan. Elric tahu betul bahwa Drake adalah tipe orang yang akan menggunakan segala cara capai kemauannya. Elric dengan ragu sekaligus heran, akhirnya menutup pintu. Namun, kini ia menyadari satu hal. Tak ada lagi suara keran menyala di dapur. Ia bergegas memeriksanya, dan rupanya Scania menghilang lagi.
Elric mengghentakkan kaki ke lantai. "Sial! Drake pasti mengejar Scania." Lalu ia buru-buru pergi membawa pedangnya, membanting pintu, dan melompat ke atas kuda. Ia mengejar Drake secepat yang ia bisa.
****
Scania, yang masih menggunakan selada sebagai topi, belum menyadari kehadiran Drake mulai terlihat di belakangnya, sehingga ia tetap tenang berada dalam kereta kuda pengangkut sayur. "Semoga aku tidak terlihat oleh siapapun," bisiknya dalam hati. Ia tahu seluruh rakyat Brigham tengah mengincarnya demi seratus koin emas.
****
Elric memaksa kudanya agar berlari lebih cepat dari sebelumnya. Ia beberapa kali harus meneriaki orang-orang yang dilaluinya dengan kata maaf karena tak sengaja menyenggol. Sedangkan Drake beberapa kali menabrak jemuran baju karena sengaja memotong jalan agar bisa membalap Scania lebih cepat.
"Seratus koin emasku ada di antara gerobak sayur itu," gumam Drake ambisius.
****
Ketika sudah sampai di pasar, tak lama kemudian, Scania turun dan memisahkan diri dari kumpulan sayur. Scania buru-buru menutupi wajahnya dengan buku, agar orang lain tidak mengenalinya. Setelah itu, dengan cepat ia menyelinap di antara pepohonan Hutan Biru menuju rumah Nenek Eda.
****
Elric kehilangan jejak Drake. Sasarannya itu terlalu sering memotong jalan, sehingga Elric kesulitan untuk bisa memantaunya dari kejauhan. "Ke mana Drake pergi? Cepat sekali dia?!" gerutu Elric sambil menarik tali kekang kudanya. Tiba-tiba ia teringat cerita Scania tentang lokasi nenek misterius di Hutan Biru bagian selatan. Ia lalu memutuskan untuk pergi ke sana. Mungkin Scania juga sedang menuju ke sana, pikirnya.
****
Scania, dengan napas tersengal-sengal, akhirnya tiba di depan pintu rumah Nenek Eda. Ia lalu mengetuk pintunya, awalnya pelan dan berakhir dengan gedoran yang lumayan berisik. Namun, tak ada jawaban sama sekali. Sepertinya rumah ini kosong, pikir Scania.
"Nenek Eda, apa aku boleh masuk?" tanya Scania. Ia kembali teringat ucapan wanita tua itu, bahwa ia boleh mampir kapan saja.
Scania celingak-celinguk memeriksa sekelilingnya. Setelah memastikan bahwa situasi cukup aman, ia segera memutar gagang pintu dan masuk ke dalam. Pintu rumah itu memang tidak pernah dikunci. Pemiliknya sama sekali tak khawatir, karena memang dengan posisi rumah yang sangat tersembunyi, tidak ada yang pernah menemukan rumah itu, kecuali ia memang sudah mengetahui keberadaan rumah itu.
"Nenek? Apa kau di dalam? Aku datang lagi ke sini." Scania duduk di sebuah kursi kayu.
Suara Scania memantul di antara dinding rumah. Begitu hening. Begitu sepi.
"Setidaknya aku aman di sini. Mungkin aku akan menunggu sampai nenek pulang," bisiknya pada dirinya sendiri.
Baru saja gadis itu hendak beristirahat, sekedar mengatur napasnya, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Saat menoleh, Scania pikir itu gebrakan yang diakibatkan oleh serbuan angin kencang dari luar. Namun, ternyata dugaannya salah. "D-Drake?"
****
![](https://img.wattpad.com/cover/310638632-288-k161751.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Princess [TAMAT]
Fantasi[SEASON 1 & 2] [AWAS PENASARAN!!! SEKALI BACA SULIT BERHENTI] #1 - PRINCESS (25/11/2023) #1 - KING (31/05/2022) #1 - POLITIK (17/07/2022) #1 - DONGENG (25/12/2022) #2 - HISTORICALROMANCE (7/02/2025) #2 - RAJA (15/12/2023) #2 - PETUALANGAN (30/11/202...