BAB 44

2.7K 224 4
                                    

Pada malam yang cukup larut itu, seluruh jalanan di seluruh wilayah Brigham telah kosong. Hujan mendadak turun disertai gemuruh petir yang menyambar di langit. Semua orang terlelap di tempat tidur mereka yang hangat dan sunyi. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda kehidupan, sampai suatu ketika muncul dua ekor kuda yang melaju kencang membawa masing-masing penunggangnya. Dua kuda itu melesat jauh melewati pusat kota, hingga benar-benar tidak terlihat lagi dari jendela rumah para penduduk.

Beberapa lama kemudian, dua penunggang itu mengisyaratkan kudanya untuk berhenti tepat di depan sebuah rumah yang paling dekat dengan tembok perbatasan.

Seorang pria berbaju besi turun dari salah satu kuda, lalu mengetuk pintu rumah itu. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dari dalam. Lalu pemilik rumah, yang tentu saja adalah Elric, muncul sambil mengusap matanya karena menahan kantuk.

"Selamat malam," sapa pria berbaju besi itu dengan ramah. "Maaf mengganggumu sebentar, apakah kau pernah melihat wanita ini di sekitar sini?"

Pria berbaju besi itu menunjukkan selembar lukisan bergambar seorang wanita pada Elric.

Elric mengerjapkan matanya saat mengamati lukisan itu. "Ya, pernah. Itu Scania, aku kenal dia."

Pria berbaju besi itu terkejut dan mengangkat alisnya. "Benarkah? Kapan kau melihatnya?"

Elric tiba-tiba memandangi pria di hadapannya dari ujung kaki sampai kepala dengan curiga. "Dari baju besimu, kau tidak tampak seperti prajurit yang biasa aku lihat."

Tiba-tiba penunggang kuda yang satunya datang mendekat. "Dia memang bukan seorang prajurit Brigham, dia dari Heloise."

Elric memalingkan wajahnya pada pria itu. "Oh, Gordon!" Ia menepuk bahu pria yang ia panggil Gordon.

Gordon tersenyum. "Lama tidak berjumpa, maaf kalau kedatangan kami cukup mengagetkan," sesalnya. "Prajurit di sebelahku ini adalah utusan resmi dari Istana Heloise untuk mencari Tuan Putri yang baru saja menghilang di sekitar hutan terlarang. Raja Heloise meminta bantuan kerajaan kita untuk mencarinya, dan aku langsung terpikir untuk menanyakan hal ini padamu."

Elric cepat-cepat merampas lukisan wajah Scania dari genggaman Prajurit Heloise itu. "Tuan Putri? Wanita ini seorang putri?"

Prajurit Heloise itu mengangguk dengan yakin. "Nona ini memang Tuan Putri yang sebenarnya, bukan yang selama ini dikenal banyak orang."

Elric menganga lebar. "Bagaimana mungkin?!"

"Entahlah, Raja Heloise sendiri yang mengatakannya padaku," balas prajurit itu enteng. "Maaf, waktuku tidak banyak. Jadi, apa kau benar-benar melihatnya di sekitar sini? Bisa kau antar kami padanya?" desaknya. "Jangan khawatir, Yang Mulia bilang padaku siapa pun yang bisa membawa gadis ini hidup-hidup ke istananya akan menerima hadiah yang sangat besar."

"Itu sudah lama sekali, dan seingatku ia sudah dibawa ibunya kembali ke Istana Heloise." Elric menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak menyangka ternyata ia seorang putri."

"Aku pun tidak," balas prajurit itu sambil mundur perlahan. "Baiklah, kurasa aku akan melanjutkan pencarian di tempat lain. Terima kasih atas informasinya."

Gordon, entah mengapa, justru membungkuk untuk memberi hormat pada Elric yang hanyalah seorang penjaga tembok perbatasan. "Aku berharap banyak hal darimu."

"Seperti apa misalnya?" balas Elric.

"Kembalilah ke istana."

Elric tertawa getir. "Kau seperti sedang mengejekku."

Gordon hanya balas tersenyum dan pergi.

Setelah mereka pergi jauh dari tembok perbatasan, Prajurit Heloise itu heran melihat tingkah Gordon. "Hei apakah pria tadi dulunya juga seorang prajurit Istana Brigham sepertimu? Mengapa kau menyuruhnya untuk kembali ke istana?"

Gordon mengangkat bahu. "Hmm, sulit menjelaskannya. Ceritanya akan sangat panjang."

****

Milo menyeret tangga ke rerumputan yang luas. Scania berjalan di belakang mengikutinya. Malam semakin larut, namun mereka berdua belum juga bisa bernapas lega. Tinggal satu rintangan lagi yang harus mereka hadapi untuk bisa kembali lagi ke Brigham dengan selamat, yaitu tembok perbatasan.

Namun, begitu Milo menyibak ranting-ranting pohon yang menghalangi jalan mereka berdua, tampak Drake telah lebih dulu berdiri di sana sambil membawa dua ember kecil berisi daging segar. Drake terbelalak kaget, begitu pun Scania dan Milo. Tidak pernah terlintas sedikit pun di benak mereka bahwa akan bertemu satu sama lain di situasi semacam itu.

Aroma daging segar yang tercium dari kejauhan membuat para serigala melolong kelaparan. Milo menahan Scania agar tidak maju lebih jauh. Mereka berdua melangkah mundur perlahan-lahan. Scania dan Milo membalikkan badan untuk menghindari kejaran Drake, namun malah berhadapan dengan Konrad yang ternyata sudah menanti mereka bersama para pengawal.

"Tangkap mereka!"

Scania langsung diapit oleh dua pengawal, begitu juga dengan Milo. Drake mendadak merebut pedang salah seorang pengawal, dan mengacungkannya ke leher Milo, lalu mencungkil topeng besi di wajahnya sehingga terlepas. Semua orang terkejut begitu mendapati bahwa pangeran yang selama ini mereka cari ternyata berada bersama mereka.

Konrad tersenyum tipis pada Milo. Kali ini, ia tidak memberikan hormatnya pada putra mahkota itu. "Sebenarnya aku sudah curiga padamu dari kemarin."

"Kau? Mengenalinya sejak awal? Aku meragukannya, Konrad." Drake mendesis dengan intonasi mengejek dan melipat kedua lengannya.

"Tentu saja aku menyadarinya," balas Konrad tak mau kalah. "Tahan pedangmu, Drake. Kita pastikan Pangeran Milo tetap hidup sampai bertemu dengan Yang Mulia."

Drake menurunkan pedangnya. "Bagaimana dengan gadis ini?" Ia melirik Scania. "Bolehkah aku tebas dia sekarang?"

Konrad memicingkan mata. "Tidak," bantahnya. "Kau harus melemparnya ke hutan terlarang agar serigala peliharaan Yang Mulia bisa bermain-main dahulu sebelum menyantapnya."

Drake memutar bola matanya. "Pengawal!" serunya keras. "Tinggalkan gadis itu di hutan terlarang sekarang!"

Scania segera diseret paksa oleh dua pengawal di sampingnya.

"Milo!" Scania memekik memanggil sahabatnya.

Milo mencoba memberontak, tapi gagal. "Lari, Scania!"

Mereka berdua akhirnya berpisah pada malam itu. Keduanya saling mengkhawatirkan satu sama lain, tapi tidak sama sekali memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Konrad, Drake, Milo dan seluruh pengawal akhirnya meninggalkan Scania seorang diri di hutan terlarang yang tandus dan penuh lolongan serigala.

****

The Unwanted Princess [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang