Raja Heloise dan pasukannya sedang berjaga-jaga di ujung jembatan Sungai Biru. Mereka semua dilengkapi dengan tameng dan tombak besi. Di hadapan mereka riuh gemercik air sungai seolah turut memeriahkan persiapan perang kali ini. Namun, mereka tidak mencoba memulai penyerangan sama sekali. Mereka hanya berjaga-jaga di batas wilayah antara Kerajaan Brigham dan Heloise setelah mendapat sinyal perang, berupa lemparan obor yang berkobar-kobar.
Raja Heloise melihat pasukan Brigham datang mendekat. Ia memandangi mereka dari celah topeng baja. Sudah lama sekali ia tidak ikut berperang, dan kali ini ia dengan sukarela maju menjaga wilayahnya. "Bersiaplah untuk kemungkinan terburuk," bisiknya, memperingatkan para prajuritnya. "Aku sudah lama mengenal Jaron, dan dia benar-benar bukan lawan yang bisa kita remehkan."
Pasukan Brigham kini tiba di tempat itu. Jembatan itu kini menjadi pemisah di antara dua kubu yang berselisih. Suasana begitu tegang kala itu.
"Serahkan penyihir itu pada kami, Alistair." Raja Brigham akhirnya angkat bicara dengan suara keras.
"Aku tidak menahan gadis itu di Heloise. Sudah kubilang di dalam suratku, dia melarikan diri dan belum kembali sampai sekarang," tepis Raja Heloise tak mau kalah.
Raja Brigham tertawa ketir mendengar penjelasan itu. "Apa kau sama sekali tidak berusaha menangkapnya? Kau hanya menunggu? Apakah itu mencerminkan keseriusanmu dalam permasalahan ini?!" selidiknya tak yakin. "Kurasa kau mungkin saja berdusta. Dia tidak kabur. Kau sengaja melepaskannya di wilayah kerajaanku! Aku bisa membaca rencana busukmu, Alistair," bentaknya. "Aku menawarkanmu persatuan, tapi kau malah mengguna-guna putraku!"
"Kau pikir aku sengaja melepaskannya?! Aku tidak terima dengan tuduhanmu, Jaron. Kau baru saja mencoreng martabatku sebagai seorang raja. Aku memberinya kesempatan mengembalikan buku dari istanamu."
"Kenapa ia belum juga tiba di istanaku? Apa alasanmu? Dia tersesat? Omong kosong. Istana Brigham sangat besar, bahkan penduduk langit tak akan sulit mengenali kemegahan istanaku. Cepat serahkan dia pada kami. Jika kau tidak becus mengadilinya, biar kami yang melakukan itu," tuntut Raja Brigham dengan sangar.
****
Sementara itu di sisi lain, Elric masih berusaha keras mengejar Drake yang menyandera Scania bersamanya. Elric berhati-hati saat mencoba menyerang, karena Drake saat ini juga sedang menodongkan pisau di pinggang Scania. Ia tidak berani melukai Drake dari jarak jauh, takut meleset dan malah mengorbankan Scania.
Beruntungnya pada saat itu ada sekawanan domba yang menghalangi jalan mereka. Kuda Drake terhenti. Elric jadi punya kesempatan untuk menyusul. Kuda Elric akhirnya bisa mengimbangi kecepatan targetnya, dan kini ia bersebelahan dengan kuda Drake. Dari jarak dekat, Elric dengan teliti langsung mengayunkan pedangnya, sehingga ia dapat menjatuhkan pisau dalam genggaman Drake. Karena hal itu, Drake hilang kendali atas kudanya, dan ia nyaris terjatuh. Ia memutuskan untuk memelankan kudanya.
Elric segera menghajar Drake hingga babak belur, dan Scania cepat-cepat berlindung di belakang Elric. Mereka mendadak jadi tontonan orang-orang yang berlalu-lalang. Banyak orang perlahan mulai mengerumuni mereka.
Elric hampir bisa membawa Scania pulang, tapi Scania terlanjur menyaksikan bakal peperangan yang terjadi di tepi Sungai Biru. Ia merasa bersalah karena menjadi penyebab dari seluruh kekacauan, jadi ia memutuskan untuk mengalah dan menyerahkan dirinya agar perang tidak terjadi. Ia akhirnya berlari, diikuti Elric yang panik mengejarnya.
Drake yang wajahnya penuh lebam juga ikut mengejar Scania sambil berteriak tak karuan. "Seratus koin emas itu milikku, Elric. Jangan coba merebutnya!"
"Scania! Berbahaya, jangan ke sana! Perang akan segera terjadi!" seru Elric sambil berlari.
Scania akhirnya melangkah lebih dekat ke deretan pasukan Brigham. "Tolong hentikan perang ini! Sebagai gantinya, aku akan menyerahkan diriku."
Milo yang mengenali suara itu mendadak gelisah. Ia bukannya tak senang melihat Scania yang dirindukannya, tetapi ia tahu nyawa Scania kini sedang dalam bahaya. "Tidak, jangan ke sini," sesalnya dalam hati.
Elric tidak gentar dengan begitu banyak prajurit yang mulai menyebar untuk mengepung Scania. Ia tetap pada pendiriannya semula, menjaga budaknya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membawa pulang Scania apapun yang terjadi.
Scania dengan berani akhirnya maju ke tengah jembatan dan menyerahkan dirinya, dengan Elric yang masih berada di sampingnya, mengacungkan pedang untuk melindunginya. Drake, yang ketakutan melihat banyak prajurit bertombak, memaksakan dirinya untuk merangkak mengikuti Scania, dan tidak mau kehilangan kesempatan bertemu raja demi seratus koin emas.
Raja menatap Scania dengan dingin. Ia lalu mempersilakan Milo untuk maju dan menyerahkan koin emas pada Elric yang saat itu tengah memegang erat lengan Scania. "Berikan hadiahnya, Milo!"
Scania tampak sedih karena pada akhirnya Milo akan menukarnya dengan koin, dan nasibnya setelah ini juga tidak jelas. Milo dan Scania saling bertatapan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Begitu pedih dan tak pernah terbayang di benak Milo akan memperlakukan Scania seperti itu.
Sambil mengangkat dagu, Elric bukannya menerimanya, malah menghamburkan seluruh koin itu ke wajah Milo. "Aku tidak butuh apapun darimu," bisik Elric pada Milo di hadapannya.
Scania kaget kenapa Elric berani berbuat demikian pada anggota kerajaan, dan seluruh prajurit anehnya tidak berani menyentuh Elric sama sekali. Sedangkan Drake diam-diam merangkak memunguti koin-koin yang bergelindingan di jembatan kayu.
Milo menatap Elric dengan tajam, ia menggenggam pundak Scania dan menariknya. Elric menahan Scania, pertanda bahwa ia tidak bisa melepaskan Scania begitu saja. Scania akhirnya berkata pada Elric dengan mata berkaca-kaca, bahwa perang ini tidak boleh terjadi, dan ia harus menyerahkan dirinya.
"Gadis ini resmi menjadi tawanan Brigham!" Raja Brigham bersuara lantang-lantang. "Aku tidak tahu apa rencana busukmu, Alistair. Tapi jika kau mengganggu proses eksekusiku terhadap penyihir ini, artinya kau membuktikan bahwa dia memang orang suruhanmu untuk mencelakai putraku."
Raja Heloise berusaha menahan emosi mendengar fitnah keji itu. Dia masih meminta prajuritnya untuk tidak terpancing emosi agar tidak memperburuk keadaan. "Ambil saja dia!"
Prajurit Brigham bersorak senang. Itu berarti perang tidak akan terjadi. Tak akan ada pertumpahan darah pada hari itu. Saking senangnya, mereka semua buru-buru menarik Scania untuk dipisahkan dari Elric. Scania, tentu saja, adalah kunci berakhirnya perang yang belum dimulai itu.
Milo dan Elric masih bersitegang lewat tatapan mereka. Elric tampak tak puas dengan lepasnya Scania darinya. Sedangkan Scania hanya bisa tertunduk mengikuti arahan Raja Brigham dan para prajuritnya. Sedangkan Drake, sudah pasti telah kabur membawa koin-koin emas yang sangat banyak.
"Penjarakan gadis ini dalam ruang bawah tanah istana!" raung Raja Brigham seraya menarik kudanya untuk mundur meninggalkan Sungai Biru.
****
Terima kasih sudah membaca sampai sini, ya. Terima kasih atas dukungan kalian lewat vote dan komentarnya!
Aku juga mengucapkan terima kasih untuk yang bersedia mempromosikan cerita ini lewat socmed lainnya. Terima kasih semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Princess [TAMAT]
Fantasy[SEASON 1 & 2] [AWAS PENASARAN!!! SEKALI BACA SULIT BERHENTI] #1 - PRINCESS (25/11/2023) #1 - KING (31/05/2022) #1 - POLITIK (17/07/2022) #1 - DONGENG (25/12/2022) #2 - RAJA (15/12/2023) #2 - PETUALANGAN (30/11/2023) #2 - PUTRI (6/11/2023) #2 - ROMA...