Hujan semakin deras di luar sana. Yedam mengaduk cokelat panasnya, satu tangannya memegang cangkir agar merasakan hangat di telapak tangannya.
Yedam kembali mengarahkan tatapannya pada Jeongwoo yang berdiri di hadapannya, tampak sedang terlarut dengan pikirannya sendiri.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Yedam.
Jeongwoo menghela napasnya. "Kau."
Yedam nyaris tersedak minumannya sendiri. "Aku?"
Jeongwoo mengangguk dengan senyum samar. "Ya, kau."
"Kenapa kau memikirkanku?" tanya Yedam sedatar mungkin, untuk menutupi rasa malu yang sedikit mengusik dirinya.
"Memangnya tidak boleh?" Jeongwoo menyeringai lalu tertawa kecil.
"Orang gila." gumam Yedam, cukup untuk membuat senyum mereka berdua perlahan mengembang bersamaan.
Yedam masih merasa dingin, tapi senyuman Jeongwoo bisa menghangatkan dirinya.
Dua cangkir cokelat panas perlahan habis, sementara Jeongwoo dan Yedam melewati dinginnya hujan dengan berbagi cerita tentang kehidupan mereka.
"Kau tahu, aku sangat ingin mengobrol seperti ini dengan Kak Hyunsuk. Dia Kakakku satu-satunya. Walaupun kami tidak pernah dekat dan dia selalu memarahiku, tapi aku tetap.. menyayanginya."
Yedam menundukkan kepalanya, menunjukkan bahwa dirinya cukup malu membicarakan hal ini.
"Dia.. terkadang peduli padaku, terkadang juga tampak sangat membenciku. Jujur saja, aku tidak mengerti dirinya."
Jeongwoo pun begitu. Siapa yang dapat mengerti dan percaya kalau Hyunsuk mungkin saja dapat menyakiti adiknya sendiri?
Meskipun mereka tidak ada ikatan darah, itu tetap tidak mengubah status Yedam sebagai adiknya sendiri.
"Dasar bocah." cibir Jeongwoo, yang kemudian mengacak-acak rambut Yedam.
Yedam mengangkat kepalanya, menjauhkan tangan Jeongwoo darinya. "Hei!"
Jeongwoo tertawa, dia tahu bagaimana membuat Yedam kembali menjadi dirinya sendiri, bukan yang rapuh dan menyedihkan seperti tadi.
Apapun yang terjadi, Jeongwoo yakin tidak ada yang bisa mematahkan dirinya. Yedam akan selalu mencoba untuk bangkit kembali.
Sehingga, ketika Jeongwoo pergi meninggalkannya nanti, dia yakin Yedam bahkan tidak akan menyadarinya.
Sebelum mereka sampai di atas sofa untuk pindah, Jeongwoo tiba-tiba menarik tangannya.
Yedam berbalik hendak memarahi Jeongwoo karena mengagetkannya, tapi dia langsung membeku ketika bibir Jeongwoo menempel pada keningnya.
Jeongwoo yang lebih tinggi, membuatnya dengan mudah mencium kening Yedam.
Jeongwoo mencium keningnya cukup lama, seolah dia tidak akan pernah menciumnya lagi.
Dan itu membuat Yedam ketakutan.
Yedam tidak ingin Jeongwoo meninggalkannya.
Yedam tidak ingin sendirian lagi.
"Bang Yedam." panggil Jeongwoo, membuat Yedam mendongak menatap kedua matanya.
"Hm?"
"I can't help falling in love with you." bisik Jeongwoo, tepat di telinga Yedam.
~~~^^~~~
Tengah malam, Jeongwoo terbangun dengan Yedam yang berada dipelukannya.
Mereka tidur bersama di atas tempat tidur dengan posisi kepala Yedam bersandar pada dadanya. Sementara, tangan Jeongwoo memeluknya dari belakang agar semakin mendekat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard - [jeongdam]
Fanfiction[COMPLETED]✔ Yedam memerlukan seorang bodyguard yang dapat menjauhkannya dari skandal. Tapi, Park Jeongwoo -bodyguard barunya- malah ikut terjebak ke dalam skandal yang lebih parah karena masa lalunya. bxb bahasa baku harsh word fiksi only! ⚠please...