chapter 11

830 136 91
                                    

Jeongwoo terus berlari sambil menghindar dengan napas terengah, dan firasat buruk yang dari awal menyelimutinya.

Hanya dua akhir yang dapat dilihatnya dari masalah ini: berhasil tapi tidak selamat atau gagal tapi selamat.

Dan jika harus memilih pilihan terbaik, tentunya Jeongwoo akan memilih pilihan kedua.

Gagal tapi selamat.

Karena Jeongwoo tahu di mana batasnya, dia tahu kalau sangat mustahil menyelesaikan ini semua tanpa harus mengorbankan nyawanya ataupun nyawa Yedam.

Jeongwoo menatap ke sekelilingnya, dia bisa melihat Jaehyuk yang sedang membidikkan pistolnya ke arah lawan, mencoba untuk melindunginya.

"CARI JIHOON SEKARANG!"

Jeongwoo yang tadinya sedang merenung, langsung tersentak mendengar teriakan Jaehyuk.

Benar, dia harus segera menemukan Jihoon dan menyelesaikan semua masalah ini.

Jeongwoo mengangguk sekilas, dia kembali berlari menuju dua ruangan yang berada di sudut gudang.

Jeongwoo berada dalam posisi siap menembak, jadi jika ada yang bermaksud untuk mengincar dirinya, dia akan langsung menekan pelatuk pistol, merenggut nyawa orang itu dengan tangannya sendiri.

Jeongwoo menarik napas panjang, dia sekarang sudah sampai di sudut ruangan. Tapi, pikirannya berada di luar sana.

Jeongwoo tidak merasa puas sama sekali, dia juga tidak merasa akan menang.

Jeongwoo malah merasakan.. kekosongan di dalam hatinya. Memikirkan bagaimana kehidupannya dan Yedam setelah ini semua selesai.

~~~^^~~~

Jeongwoo menggenggam knop pintu dan memutarnya, dia segera masuk ke dalam ruangan yang ternyata tidak begitu luas.

Hanya ada sederetan rak buku, meja serta kursi di tengah ruangan dan Jihoon yang sedang duduk membelakangi dirinya.

Jeongwoo langsung mengarahkan pistolnya ke arah Jihoon, dia tidak akan segan-segan menekan pelatuknya apabila Jihoon tidak mau bekerja sama dalam situasi ini.

"Aku tidak takut mati, Park Jeongwoo."

Jihoon berdiri, lalu berbalik menghadap ke arah Jeongwoo, dan menunjukkan sebagian wajahnya yang tertutup oleh luka bakar.

"Lagipula, siapa juga yang menginginkan laki-laki mengerikan sepertiku di dunia ini?"

Jeongwoo hanya terdiam, enggan untuk menjawab ataupun mengomentari. Karena menurutnya, Jihoon adalah seorang psikopat yang tidak mau menerima kenyataan.

Kalau apapun yang terjadi, Junkyu tetap akan memilih Yedam.

Entah kecelakaan itu terjadi atau tidak, dan jika saja Junkyu masih hidup, Jihoon tetap tidak memiliki satu kesempatan pun untuk bersama dengan Junkyu.

Karena orang yang dicintai Junkyu hanyalah Yedam.

Dan mungkin juga, Jeongwoo tidak akan pernah bertemu dengan Yedam. Mereka tidak akan pernah jatuh cinta, dan mereka tidak akan pernah terjebak dalam situasi berbahaya seperti ini.

Tapi, setidaknya Yedam bisa bahagia. Meskipun, tidak bersama dengan dirinya.

Jika hari ini dirinya tidak akan pernah bisa kembali lagi pada Yedam. Hal pertama yang Jeongwoo harapkan dari Yedam adalah: merelakan kepergiannya.

"Kau tahu apa rencanaku selanjutnya?" tanya Jihoon seperti menantang.

Tiba-tiba, Jihoon menerjangnya sambil meninju rahang Jeongwoo, dia dengan cepat menendang pistol di tangan Jeongwoo dan melemparkannya ke luar jendela.

My Bodyguard - [jeongdam] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang