Beberapa minggu berlalu, dan Yedam tidak mendengar satu pun kabar baik menyangkut pencarian Jeongwoo.
Harapan yang sempat tumbuh di dalam dirinya selama beberapa minggu ini perlahan kembali tertimbun oleh rasa putus asa.
Kenyataannya, Jeongwoo sudah pergi jauh. Ke suatu tempat yang mustahil untuk ditemukan olehnya.
Ke suatu tempat yang lebih baik daripada dunia ini, tempat yang bisa membuat Jeongwoo lebih bahagia di sana.
Yedam merindukan Jeongwoo, dia rindu melihat senyum menyebalkan Jeongwoo.
Yedam rindu mendengar suara Jeongwoo.
Yedam rindu merasakan kehadiran Jeongwoo di sampingnya.
Yedam rindu Jeongwoo yang mendekap dan menciumnya.
Yedam sangat merindukan Jeongwoo sampai rasanya terlalu sakit.
"Aku akan selalu mencintaimu, Jeongwoo." bisik Yedam di dalam keheningan kamarnya.
Terkadang, Yedam selalu berjanji pada dirinya sendiri kalau ini adalah terakhir kalinya dia akan menunggu Jeongwoo.
Tapi, pada akhirnya Yedam masih terbangun setiap malam dan menangis dengan harapan kalau setelah itu Jeongwoo akan kembali padanya lalu mendekap dirinya erat.
Kemudian, Jeongwoo akan membisikkan kata-kata yang sudah lama tidak terucap darinya lalu mengecup keningnya, dan mereka akan tertidur bersama sampai matahari terbit.
Air mata Yedam kembali mengalir jatuh tidak bisa menahan gejolak yang tidak pernah berhenti menghukum dirinya.
Mungkin, ini sudah saatnya bagi Yedam untuk merelakan kepergian Jeongwoo.
~~~^^~~~
"Yedam, apa kau sudah mulai berkencan lagi?" tanya Hyunsuk pada suatu pagi.
Hubungan mereka berdua mulai membaik, Yedam sudah memaafkan kesalahannya sementara Hyunsuk menyesali perbuatannya dan bertekad untuk menjadi Kakak yang lebih baik lagi bagi Yedam.
Hyunsuk memberikan semua waktu dan perhatiannya pada Yedam, dia adalah salah satu orang yang terus memberikan dukungan moral kepada Yedam setelah kepergian Jeongwoo.
Beberapa kali Hyunsuk mengajak Yedam untuk keluar dari apartemen dan mengunjungi kafe favoritnya, berjalan-jalan di sekitar taman untuk mengenang masa kecil mereka berdua.
Perlahan tapi pasti, semua afeksi yang diberikan Hyunsuk itu membuat Yedam merasa lebih baik dan bisa menjalani kehidupannya lagi, meskipun ada yang kurang.
Hyunsuk membawa sebuah buket bunga dan menyerahkan puluhan tangkai bunga itu pada Yedam. "Tadi, ada yang mengantarkan bunga ini untukmu."
Yedam yang awalnya sedang sibuk bermain game di ponselnya, melirik sebentar ke arah buket bunga itu lalu menggelengkan kepala. "Mungkin itu bunga dari penggemarku, Kak."
Hyunsuk mendengus, kemudian beranjak untuk pergi mencari vas bunga kosong. Dia menaruh buket bunga itu di atas meja nakas dan tanpa sengaja menjatuhkan selembar kertas yang terselip di dalamnya.
Hyunsuk segera memungut kertas yang persis jatuh ke atas kakinya. "Festival Busan. Malam ini, jam sebelas."
Yedam segera berhenti memainkan game, dan berbalik menghadap Hyunsuk dengan mata terbelalak. "Kak, kau tahu darimana?"
Senyuman tipis perlahan tertarik di sudut bibir Yedam kala mengingat akan 'kencan' pertamanya dengan Jeongwoo.
Itu adalah pertama kalinya Yedam pergi ke festival dan mencoba wahana ferris wheel, dia juga masih mengingat jelas tangan Jeongwoo yang menggenggam tangannya erat dan dekapan hangat Jeongwoo ketika mereka menikmati pemandangan langit malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard - [jeongdam]
Fanfiction[COMPLETED]✔ Yedam memerlukan seorang bodyguard yang dapat menjauhkannya dari skandal. Tapi, Park Jeongwoo -bodyguard barunya- malah ikut terjebak ke dalam skandal yang lebih parah karena masa lalunya. bxb bahasa baku harsh word fiksi only! ⚠please...