Satu, menatap sekitar penuh keramaian.
Dua, mengamati gerak-gerik satu insan.
Tiga, ambil siasat untuk mendekat.
Empat, melangkah menuju tujuan.
Lima, berhasil.Tidak.
Rupanya tuan di sana sedang bersama nyawa lain, jangan khawatir. Bukan perempuan.
Tidak masalah, dari sini parfum nya tercium. Entah parfum dari tuan itu atau dari yang lain, tapi intuisi menceritakan itu miliknya, benar. Sangat meyakinkan mengingat aura tuan itu.
Betapa indah, hari ini.
Mari jabarkan dengan beberapa untaian kalimat berantakan.
Begini, hari ini dia; tuan disana
Memakai baju hitam lengan pendek menampilkan sedikit bisep, hanya sedikit. Benar-benar sedikit.
Memakai celana santai dibawah lutut, tidak buruk untuk nya.
Masker hitam tersangkut di dagu, itu cukup keren.
Sendal jepit? Baik itu terkesan sederhana.
Topi hitam, itu poin nya. Sangat menarik bahkan hanya dilihat dari ujung sedotan."Hei!!"
Sebentar, tuan di sana memanggilku. Kami bukan orang asing sebenarnya, dia pengajar. Maksud nya, guru di sekolah yang mengajarkan mata pelajaran paling membosankan diantara mata pelajaran lain; Sosiologi.
"Saya, Pak?"
"Iya, ngapain kamu disini sendirian? Cengengesan sendiri lagi"
'Karena anda tampan hari ini'
Terhalang, tidak terucap.
"Kepikiran sesuatu yang lucu aja, Pak"
"Mau bareng?"
"Kemana?"
"Pulang"
Tentu, putri mana yang menolak pangeran berkuda putih?
Berjalan berdampingan bersama aroma lemon yang pasti berasal dari sabun lifebouy warna kuning, ini menenangkan lebih dari sekedar tenang. Langkah nya santai tapi cepat. Sulit untuk sejajar. Astaga gambaran yang jelas.
"Bapak abis ngapain di sana?"
"Ga boleh emang?"
"Boleh, kan saya nanya"
"Saya juga nanya"
"Nanya apa?"
"Ga boleh emang? itu bentuk pertanyaan kan?"
"Iya, sih"
Jingga di atas seperti payung yang memberi teduh pada terik, sedikit romantis andai bisa menggenggam lengan kokoh di depan mata. Cukup, terlampau jauh. Berlari menyamakan langkah, melelahkan rupanya berjalan bersama.
"Jangan cepet-cepet jalan nya"
"Kamu yang lama"
"Makanya jangan cepet-cepet"
"Sini,"
Sebentar, bisa minta pada Tuhan untuk menghentikan detik?
Dia, tuan ini menggandeng dengan erat memberi dampak pada jantung yang bergoyang tidak karuan. Astaga apa baik-baik saja? Tidak akan lepas dari tempat nya kan?
Sekali lagi, setidaknya tolong beri jarak semakin jauh dari tujuan. Tidak tau diri sekali meminta pada Tuhan, tapi apa boleh buat. Saat ini sangat memerlukan itu.
"Bapak"
"Hm?"
Beriak nafas tak beraturan hanya jawaban singkat didapat. Menenggelamkan dunia bak di luluh lantahkan lava panas dari gunung raksasa. Memabukkan setengah jiwa.
"Boleh jatuh cinta ga?"
"Kalau saya bilang ga boleh memang nya kamu bakalan nurut?"
"Engga, tetap jatuh cinta"
"Jadi, buat apa kamu nanya lagi?"
"Biar Bapak tau"
"Selamat jatuh cinta"
"Makasih, bapak jatuh cinta juga?"
"Belum"
"Berarti nanti ya?"
"Belum tau"
Apapun, tidak masalah. Pada intinya jatuh cinta tidak bisa dihentikan begitu saja. Cukup jatuh cinta, mengharap balasan jangan. Sakit nanti.
Selamat jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖀𝖏𝖚𝖓𝖌 𝕽𝖆𝖘𝖆 | Lee Know ✓
Novela Juvenil"Sempurna itu, ya tuan berkuda putih; Kirino Arkana nama nya" Selamat Jatuh Cinta ©leaadr ©lmh