Hangat

364 22 0
                                    

Kamu, Heeseung dan Ibu berlarian di sepanjang lorong rumah sakit, tidak peduli dengan ramainya lorong rumah sakit yg terlintas dipikiran mu hanyalah mengejar Heeseung di depan sana yg sudah berlari kalang kabut.

Heeseung sudah lebih dulu sampai di depan kamar dan bertemu dengan dokter di sana, sedangkan kamu dan Ibu masih berlari menyusul. Kamu tidak tau apa yang dikatakan dokter tapi setelah berbicara kepada Heeseung dokter menepuk bahunya dan segera pergi. Heeseung terduduk lemas di lantai, punggungnya bertopang dengan dinding lorong rumah sakit. Ibumu menyusul dokter untuk meminta penjelasan, di depan kamar kamu dapat melihat kedua orangtua nya yg terbaring di ranjang rumah sakit.

Tidak lama, Ibumu datang dan menjelaskan kepadamu bahwa orangtua Heeseung kritis dan hanya berharap ada keajaiban dari Tuhan, penjelasan Ibu membuat kamu beralih melihat Heeseung yg masih menangis. Melihat keadaannya tanpa sadar cairan bening juga ikut menetes dari kedua matamu, kamu bersimpuh di depan Heeseung dan segera memeluknya. Kamu tidak tahu harus apa, hanya memeluknya diam berharap dapat menenangkan laki-laki itu. Heeseung menangis sejadi-jadinya tangan nya mengukungmu dalam pelukan yg lebih erat seolah ingin meredam suara tangisan agar dia bisa menangis lebih kencang.

ʕ•ᴥ•ʔ

Kamu melirik arloji mu yg sudah menunjukkan pukul 3 sore, kamu menunggu jemputan seseorang yg akhir-akhir entah mengapa sangat susah di hubungi, kamu kembali melihat chat antara kamu dan Hyunjae. Chat terakhir yg dikirimkan dari dirinya hanya sebuah kalimat OK. Belakangan ini kamu merasa bahwa hubunganmu terasa hambar, Hyunjae sangat sulit dihubungi, di kampus pun juga sangat sulit ditemui padahal kalian satu fakultas. Kamu rasanya sudah rindu sekali ingin memeluk atau menggenggam tangannya diselingi cerita aktivitasmu hari ini.

Kamu menghela napas, yasudah jika Hyunjae tidak bisa ditemui hari ini pun masih ada hari esok, kamu memilih untuk pulang sendiri. Disela perjalanan pulang kamu sempatkan membeli buah pesanan Ibumu untuk diberikan kepada orangtua Heeseung, kata Ibu hari ini mereka sudah boleh pulang kerumah, puji Tuhan. Walaupun sempat kritis tapi mereka bisa melewati semuanya, kamu juga jadi senang karena Heeseung kini sudah berada di kondisi seperti biasa.

Sampai rumah kamu memberikan pesanan buah kepada Ibu,  kamu mengganti baju lalu pergi kerumah Heeseung untuk menjenguk mereka sekalian membawa buah. Heeseung membuka pintu, saat tau kamu yg datang senyumnya jadi semakin lebar. Laki-laki itu mempersilahkanmu untuk masuk, di ruang keluarga ada kedua orangtuanya.

"Gak usah repot-repot Anna" ucap Ibu Heeseung dengan suaranya yg masih lemah.

"Gak apa-apa kok Tante" Kamu balas dengan senyum kecil, kamu lanjut dengan sedikit mengobrol bersama mereka sekalian membantu untuk mengupaskan kulit buah.

"Maaf ya Nak, padahal kamu tamu tapi malah harus siapin semuanya buat kita" suara berat milik Ayahnya Heeseung cukup membuat kamu menghangat karena jujur saja melihat Ayah Heeseung membuat kamu jadi rindu dengan Ayahmu sendiri yg sudah tenang diatas sana.

"Harusnya Heeseung yg siapin ini semua, kemana ya dia?" Ibu Heeseung melihat kanan kiri mencari Heeseung.

"Kayaknya Heeseung di atas, aku susulin dia ya" ucap kamu, setelah mendapat persetujuan kamu pergi ke lantai atas dan benar saja saat membuka pintu kamar kamu dapat melihat Heeseung yg sedang duduk di meja belajar sambil membaca sesuatu.

Kamu duduk di pinggir ranjang milik Heeseung, laki-laki itu tidak terganggu sedikitpun dengan kedatanganmu, kamu memandangi kamar milik Heeseung. Jika dipikir-pikir lagi rasanya sudah lama sekali kamu tidak masuk ke kamarnya Heeseung, sampai kamu juga sadar kalau beberapa dekorasi kamarnya sekarang sudah berbeda, dulu masih dipenuhi dengan merch anime kesukaan Heeseung. Sekarang bisa dibilang kalau kamarnya sudah seperti laki-laki dewasa, hanya ada beberapa furniture sederhana.

Kamu jadi membayangkan Heeseung yg dulunya anak manja dan selalu ingin berada didekatmu dengan suara melengkingnya sudah tumbuh dewasa dan kenapa kamu baru sadar sekarang, kamu terkekeh kecil mengingat masa itu tanpa sadar membuat Heeseung jadi menyadari keberadaanmu.

"Kak Anna? udah daritadi?" tanya Heeseung.

"Oh enggak juga sih, maaf ya aku ganggu konsentrasi kamu"

"Kak Anna kenapa ketawa?" kamu hanya menggeleng lalu pergi ke balkon kamar Heeseung agar tidak mengganggu kegiatannya. Tapi, karena Heeseung juga sudah mulai bosan dia ikut menemani kamu di balkon kamarnya sambil melihat pemandangan di sekitar komplek rumahmu.

Kalian hanya terdiam menikmati sejuknya angin sore yg berhembus tenang, kamu menghela napas, Heeseung menatapmu merasa ada sesuatu yg aneh.

"Ada apa kak?"tanya nya.

Mendengar pertanyaan Heeseung rasanya ingin sekali kamu mengatakan betapa lelah nya beberapa hari belakangan ini, tapi kamu masih enggan untuk bercerita jadinya kamu hanya menatap Heeseung dan menunjukkan senyum kecilmu sambil menggeleng.

Heeseung yg tau bahwa kamu tidak dalam kondisi baik, mendekat dan menatap kamu dengan mata hitam legam miliknya tepat di kedua matamu. Jujur saja kamu jadi agak sedikit takut.

"A-apa?" bahkan suaramu pun jadi gugup dan terdengar kecil.

"Kak Anna ada masalah? cerita aja. Aku orangnya peka loh" ucap Heeseung dengan intonasi yg sedikit menginterogasi. Melihat tingkah Heeseung kamu mendengus kemudian sedikit menjauh.

"Kamu anak kecil gak boleh tau urusan orang dewasa" mendengar ucapanmu Heeseung sedikit kecewa karena dia tidak suka kalau kamu masih mengganggap nya seperti anak kecil. Kamu melihat Heeseung yg tidak memberikan respon apapun dilihat dari raut wajahnya sepertinya dia agak tersinggung dengan ucapanmu, pikirmu.

"Maaf, maksud aku gak gitu, Aku cuman bercanda" kata kamu sambil melihat Heeseung.

"Heeseung?" panggilmu sambil menepuk bahunya.

Heeseung kini berbalik menghadapmu, tangannya terulur memegang kedua bahumu. Tatapan matanya terasa hangat bahkan kamu merasa tersihir untuk terus menatap mata hitam legamnya. Heeseung menunduk untuk menyamakan tingginya denganmu.

"Kalo seperti ini apa kak Anna masih nganggep aku sebagai anak kecil?"

Tunggu.

Apa ini, batinmu.

Kenapa Heeseung jadi berubah seperti ini, kenapa kamu merasakan ketulusan dari cara dia menatapmu, kemana Heeseung anak manja yg selalu menempel padamu, kenapa Heeseung berubah secepat ini. Kamu mengernyitkan dahi saat Heeseung malah tertawa dengan entengnya.

"Seumur hidup baru kali ini aku ngeliat wajah kak Anna serius" kata Heeseung sambil memegang perutnya yg sakit akibat tertawa. Kamu mendengus kesal kemudian menepuk keras seluruh badan Heeseung.

"Dasar! berani-berani nya kamu ngerjain aku!"

"Aw sakit kak, aku minta maaf!" ucap Heeseung sambil berusaha menghindari pukulanmu.

Kamu menatap Heeseung dengan sengit tidak lupa memukul lengan nya dan pergi dari sana, sedangkan Heeseung tertawa melihat kamu yg sudah terlanjur kesal sedetik kemudian tawa nya terganti dengan wajah sendu. Sudah dia duga, sampai kapanpun kamu pasti akan terus menganggap nya sebagai anak kecil, Heeseung mengehela napas di balkonnya sambil melihat kepergianmu dibawah sana dan hilang di balik pintu rumah.

ENHYPEN IMAGINE (AS YOUR WISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang