Small Gestures, Big Comforts

23 3 0
                                    

Pagi itu, suasana di sekolah tampak lebih ramai dari biasanya. Para siswa sedang bersiap untuk presentasi kelompok di depan kelas. Kamu, yang baru saja mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, merasa gugup. Kamu belum mengenal banyak teman sekelas dengan baik, apalagi membangun kepercayaan diri untuk berbicara di depan mereka. Kamu memandang lembaran tugas, mencoba membaca ulang catatan yang kamu buat, tetapi pikiranmu terlalu kacau.

Di sisi lain, Sunghoon duduk santai di bangkunya, sesekali melirik kearahmu. Ia menyadari gerakan kecilmu yang tampak gelisah, jari-jarimu yang mengetuk meja pelan dan suara napas yang terdengar lebih berat dari biasanya.

"Aleyna, kau baik-baik saja ?" Sunghoon akhirnya bertanya, meskipun nadanya terdengar datar seperti biasa.

Kamu menoleh padanya, sedikit terkejut. "Aku... baik" jawabmu singkat, mencoba tersenyum, meskipun wajahmu tidak bisa menyembunyikan rasa gugup.

Namun, Sunghoon tidak melepas pandangannya. "Kalau kau bilang begitu, tapi kelihatannya tidak" balasnya, kali ini dengan sedikit senyum kecil. "Apa kau sudah siap untuk presentasi nanti ?"

Kamu menunduk, menggenggam lembaran tugas lebih erat. "Aku... tidak tahu" jawabmu jujur. "Aku tidak terbiasa berbicara di depan orang banyak. Dan... aku belum terlalu kenal dengan kelompokku. Aku takut salah"

Sunghoon terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. Lalu ia bergeser mendekat, mencondongkan tubuh sedikit untuk melihat catatanmu. "Coba bacakan untukku" katanya singkat.

Kamu menatapnya bingung. "Apa maksudmu ?"

"Anggap saja aku teman sekelompokmu" jawab Sunghoon santai. "Kalau kau bisa menyampaikannya padaku, itu artinya kau siap untuk menyampaikannya pada orang lain"

Kamu ragu sejenak, tetapi melihat Sunghoon yang tampak tenang membuatmu sedikit lebih percaya diri. Kamu menarik napas dalam-dalam dan mulai membaca catatanmu dengan suara pelan. Meskipun awalnya terbata-bata, perlahan suaramu mulai stabil. Sunghoon mendengarkan dengan saksama, sesekali mengangguk, memberikan gestur yang membuat kamu merasa bahwa ia sedang berbicara kepada seseorang yang benar-benar mendengarkan.

"Bagus" kata Sunghoon setelah kamu selesai. "Kau hanya perlu sedikit lebih percaya pada dirimu sendiri. Kau sudah memahami materinya, hanya perlu menyampaikannya dengan tenang"

Kamu menatap Sunghoon, sedikit terkejut dengan pujian itu. "Kau benar-benar berpikir begitu ?"

Sunghoon mengangguk. "Ya, aku tidak mengatakan sesuatu yang tidak kupercaya" Ia kembali bersandar ke kursinya, memberikan ruang untukmu bernapas. "Kalau kau gugup nanti, cari saja aku di antara mereka. Anggap saja aku satu-satunya yang mendengarkan"

Kamu tersenyum tipis, meskipun masih ada sedikit keraguan di hati. Namun, kehadiran Sunghoon, yang selalu tampak siap sedia membantumu di saat-saat sulit, membuatmu merasa bahwa kamu tidak sepenuhnya sendirian di sekolah ini.

Ketika akhirnya tiba giliran kelompokmu untuk maju, kamu tetap merasa gugup. Namun, di tengah rasa takut itu, matamu tanpa sadar mencari sosok Sunghoon dan menemukannya di bangkunya, duduk santai seperti biasa, tetapi dengan pandangan yang fokus kepadamu.

Saat mulai berbicara, kamu teringat kata-kata Sunghoon. Kamu membayangkan hanya berbicara kepada Sunghoon, yang benar-benar mendengarkanmu tadi. Dan meskipun jantungmu berdebar kencang, kamu berhasil menyelesaikan presentasi tanpa banyak kesalahan.

Setelah kembali ke tempat duduk, kamu mendengar suara pelan dari Sunghoon. "Lihat ? Aku bilang kau bisa melakukannya"

Kamu tersenyum kecil. "Terima kasih" katamu dengan tulus. Kamu tidak tahu bagaimana bisa melewati hari ini tanpa kehadiran Sunghoon di sisimu.

ENHYPEN IMAGINE (AS YOUR WISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang