Di bawah teriknya sinar matahari kamu berjalan lunglai untuk sampai kerumah, kakimu rasanya sudah tidak kuat lagi. Belum lagi seluruh tubuhmu yg terasa sakit, tadi nya kamu ingin duduk sebentar untuk menghilangkan rasa penat tapi saat sadar bahwa jarak rumah mu tinggal sedikit lagi kamu mengurungkan niat.
Kamu segera membuka pintu rumah, rasanya ingin cepat-cepat berbaring di kasur empuk milikmu. Sayangnya, saat sudah di ruang tengah kamu dapat melihat wanita paruh baya bersama laki-laki muda yg tengah duduk di sofa.
Wanita paruh baya itu tersenyum ramah kepadamu, berbeda dengan laki-laki disampingnya. Ibumu dengan lembut memanggil namamu agar segera duduk di sampingnya.
"Hanna, ini teman Ibu, Bibi Haruka dan itu Riki" tunjuk Ibumu kepada dua orang itu. Walaupun kamu sangat lelah tapi kamu sempatkan untuk tersenyum kearah bibi Haruka. Kamu sedikit melirik ke arah laki-laki yg bernama Riki tersebut, sebagian wajahnya tertutup poni panjang sehingga kamu tidak begitu jelas melihat wajahnya.
Setelah perkenalan singkat itu kamu pamit untuk pergi ke kamar, sampai di kamar kamu menggulung setengah lengan bajumu menampakkan luka yg kamu dapatkan di sekolah. Dengan perlahan kamu mengobati luka yg terasa sangat perih, kamu meringis menahan sakit, agar tidak terlalu terdengar sampai ke luar.
Kamu mengambil perban untuk membalutnya, kamu menatap wajahmu di cermin tampak sekali gurat lelah, sedih dan muak terpampang jelas diraut mukamu. Tanpa sadar air mata sudah tertahan di ujung mata sambil berpikir apa salahmu hingga mendapatkan perlakuan yg tidak pantas seperti ini.
Kamu segera menghapus air mata saat mendengar suara Ibu yg memanggil, kamu mengambil baju lengan panjang sekalian untuk menutupi perban agar Ibu tidak tahu.
Kamu menyusul Ibu yg berada dapur, sedikit bingung karena hari ini Ibu menyiapkan banyak makanan padahal dirumah ini hanya ada kalian berdua.
Kamu melirik ruang tengah yg sudah kosong, "Bibi Haruka ikut makan dengan kita Bu?" tanyamu.
"Bibi Haruka sudah pulang, Ibu menyiapkan ini semua untuk kita dan Riki" jawab Ibu.
Kamu mengernyitkan dahi.
"Mulai hari ini Riki tinggal bersama kita, dia juga akan pindah ke sekolahmu" balas Ibu untuk menjawab rasa bingung yg bersarang di kepalamu.
"Riki sekarang kelas dua jadi Ibu harap kau bisa menjaga nya selama di sekolah dan bantu dia agar bisa beradaptasi dengan sekolah baru" lanjut Ibu.
Tunggu, pindahan? di semester dua? batinmu.
Jarang sekali ada murid yg pindah di akhir semester, jika bukan karena masalah yg sangat serius.
"Pindah di semester dua?" tanyamu memastikan.
Kamu melihat Ibu yg seperti ingin mengatakan sesuatu tapi di tahannya karena menurutnya belum saatnya dia menceritakan apa yg terjadi. Ibu hanya menggeleng lalu menyuruhmu memanggil Riki untuk makan bersama.
Kamu enggan dan segera menolaknya, tapi melihat Ibu yg memelototi dirimu seketika nyalimu langsung ciut dan segera memanggil Riki yg menempati kamar tamu.
Kamu mengetuk pintu perlahan, tidak lama Riki keluar dan menatapmu seolah bertanya apa yg membuatmu kesini.
"A–Ayo makan" ujarmu gugup.
Tunggu dulu! ini kan rumahmu. Mengapa rasanya seperti kamu yg merasa sungkan kepadanya.
Kamu buru-buru pergi dari sana setelah melihat Riki mengangguk.
"Besok Riki berangkat bersama Kak Hanna ya, selama di sekolah dia akan membantumu beradaptasi"
Dalam hati kamu sangat keberatan dengan permintaan Ibu. Jujur, kamu sendiri saja tidak bisa menjaga diri saat di sekolah dan sekarang kamu juga harus menjaga orang yg tidak kamu kenal.
***
"Hanna, ingat ucapan Ibu ya, selama di sekolah kau harus menjaga Riki. Pulanglah bersama nya juga" ucap Ibu yg hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri untukmu.
Kamu penasaran, sebenarnya ada apa dengan anak itu. Kenapa kamu harus menjaganya.
Kamu melihat Riki yg sudah menunggu di depan teras, kamu hanya pergi begitu saja tanpa mengajak Riki kalau Riki ada pikiran pasti dia juga mengikutimu tanpa disuruh, pikirmu.
Sekolah adalah tempat yg paling kamu benci, karena itu kamu sama sekali tidak semangat untuk pergi kesana, kamu tidak pernah merasakan belajar dengan tenang, bercanda gurau bersama teman ataupun sekedar membahas topik hangat yg sedang terjadi. Hal yg sering kamu dapatkan selama di sekolah tidak lain makian, ejekan dan juga kekerasan fisik.
Apa yg kamu rasakan sudah berlangsung selama 3 tahun dan kamu tidak pernah menceritakannya kepada siapapun termasuk Ibu.
Kadang terbesit di pikiranmu untuk mengadukan semuanya kepada Ibu, tapi setiap kali Ibu pulang kerja dengan raut wajah lelahnya kamu jadi enggan bercerita karena tidak mau menambah beban pikiran beliau.
Tanpa sadar kamu sudah berada di depan gerbang sekolah, kamu mencari Riki membawa nya ke ruangan guru setelah itu kamu meninggalkan Riki tanpa sepatah katapun. Kamu masuk ke dalam kelas yg sudah ramai oleh siswa lain, kamu menuju kursimu yg terletak di paling belakang.
Tidak lama, kamu mendengar suara pintu kelasmu yg tergeser dengan begitu keras. Di depan sana kamu melihat Yuna menatapmu dengan senyum remehnya, gadis itu datang sambil menendang kaki meja milikmu, kamu segera mengeluarkan sebuah buku dan langsung menyerahkannya.
Yuna mengambilnya dengan kasar, sebelum pergi dari sana dia sempatkan untuk memukul kepalamu dengan menggunakan buku yg tadi. Kamu mengusap kepalamu dan hanya bisa menghembuskan napas.
Beberapa siswa disana hanya menatap kejadian tersebut tidak peduli karena sudah jadi hal biasa menurut mereka. Kamu tidak ambil pusing lalu mengambil buku untuk menyiapkan pelajaran pagi ini.
Saat jam olahraga berlangsung kamu membuka loker dengan hati-hati bermaksud ingin mengambil baju dan sedikit lega saat tahu hari ini seragam mu aman, tidak basah seperti kemarin-kemarin.
Kamu bergegas pergi ke kamar mandi yg letaknya agak jauh, kamu tidak ingin bertemu dengan komplotan nya Yuna yg akan kembali mengerjaimu.
Dulu awal kelas tiga kamu sangat senang karena sudah tidak satu kelas lagi dengan Yuna, kamu kira penderitaanmu akan segera berakhir tapi kenyataannya percuma.
Walaupun kalian berbeda kelas, Yuna menyuruh temannya yg lain untuk tetap merundungmu, bahkan dia sampai sering memasuki kelasmu hanya untuk melihatmu menderita.
Kamu juga tidak tahu kesalahan apa yg kamu perbuat sehingga Yuna sering mengganggu hidupmu.
Selagi jam olahraga berlangsung, Riki bersama seorang laki-laki yg menjabat sebagai ketua kelas mengajak dirinya untuk mengelilingi sekolah sekalian beradaptasi.
Riki dan ketua kelas berhenti di lapangan tempat kamu sedang mengikuti pelajaran. Tapi, Riki merasa ada yg berbeda, dia melihatmu memisahkan diri dari siswa yg lain.
Tidak sengaja Riki dan dirimu beradu pandang, namun kamu segera memutus kontak mata saat guru memanggilmu untuk maju ke depan dan Riki yg sudah diajak ketua kelas untuk mengunjungi tempat lain.
***
kejadian di atas jgn ditiru ya, aku bikin adegan diatas hanya untuk kebutuhan cerita
![](https://img.wattpad.com/cover/310837007-288-k831782.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ENHYPEN IMAGINE (AS YOUR WISH)
Fanfictionenhypen sesuai keinginan kalian. by : raeinxx 2022