Hari berikutnya, Aleyna tidak muncul di sekolah. Sunghoon memasuki kelas dengan langkah biasa, tetapi suasana tampak sedikit berbeda. Tempat duduk Aleyna yang biasa di sebelahnya tampak kosong. Ia merasakan sedikit ketegangan, namun mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya.
"Aleyna pasti butuh istirahat" pikirnya, meski sedikit rasa penasaran masih menggantung di benaknya. Ia tahu dirinya baru mengenal Aleyna dan tak seharusnya terlalu ikut campur dalam masalah pribadi seseorang yang baru ia temui.
Namun, bayangan tentang wajah pucat Aleyna kemarin masih mengganggu. Ia melihat betapa lelahnya gadis itu dan batuk yang cukup keras terdengar. Sunghoon mencoba menepis kekhawatirannya. "Mungkin hanya capek" pikirnya. "Dia kan baru pindah sekolah, mungkin butuh waktu beradaptasi"
***
Kamu terbaring di tempat tidur dengan selimut yang sedikit menutupi tubuh, Cahaya dari jendela yang terang seolah menusuk langsung ke mata, membuatmu merasa semakin lelah. Tubuhmu terasa sangat lemah, seakan setiap inci otot menjerit karena sakit. Kepala yang berdenyut, dada yang sesak dan rasa dingin yang menjalar di seluruh tubuh membuatmu ingin menyerah.
Kamu mencoba untuk tetap tenang, menarik napas dalam-dalam, tetapi itu hanya membuatmu merasa lebih cemas. "Kenapa harus seperti ini ?" gumam mu.
Di samping tempat tidur, ibu sedang menyibukkan diri dengan merapikan beberapa barang di meja. Tetapi kamu tahu, ibu hanya berusaha untuk terlihat sibuk agar tidak menunjukkan kekhawatirannya.
Kamu menoleh ke arah ibu, wajahnya tampak lelah dan tertekan. "Bu, aku merasa seperti aku sedang mati perlahan" ucapmu dengan suara yang hampir tak terdengar.
Ibu langsung berhenti, menatapmu dengan mata penuh perhatian. "Jangan bicara seperti itu, Nak. Kau hanya butuh istirahat. Nanti semuanya akan baik-baik saja"
Namun, kamu merasakan hal yang berbeda. Tubuhmu terasa begitu lemah, bahkan untuk sekadar bergerak. Rasa sakit yang datang begitu mendalam, dan rasa cemas tentang kondisi tubuh semakin menguasai dirimu yg membuat kamu tidak bisa menahan perasaan frustasi.
"Semua ini hanya membuatku merasa seperti aku tidak berdaya" ucapmu dengan suara yang mulai terdengar lebih pecah, seakan air mata menahan-nahan untuk keluar.
Ibu duduk di samping tempat tidur dan menggenggam tanganmu dengan lembut. "Kau kuat, Aleyna. Jangan merasa sendiri. Kita akan menghadapi ini bersama-sama"
Namun, kata-kata itu tidak cukup menenangkan hatimu yang bergejolak. Kamu merasa terperangkap dalam tubuh yang tidak lagi bekerja dengan baik dan itu membuat kamu merasa semakin kesal. "Kenapa aku harus seperti ini ? Kenapa aku tidak bisa seperti orang lain yang sehat ?"
Kamu menutup mata, berusaha menenangkan diri, tetapi air mata sudah tak bisa dibendung lagi. "Aku hanya ingin... merasa normal. Aku ingin sekolah, bergaul dengan teman-teman, tanpa harus khawatir tentang rasa sakit yang datang begitu saja"
Kamu meremas selimut, menahan napas panjang. "Kenapa aku selalu merasa seperti ini ? Kenapa tubuhku tidak bisa mengikutiku ?"
Ibu mengelus rambutmu dengan lembut, mencoba memberikan kenyamanan. "Kadang-kadang, hidup memang tidak adil. Tapi kau harus ingat, kau tidak sendiri. Ada ibu, ayah dan kakak, kita akan melewati ini bersama"
Namun, meskipun kata-kata ibu begitu menenangkan, kamu tetap merasa frustasi. Kamu hanya ingin bisa keluar dari tempat tidur ini, berjalan tanpa rasa sakit, dan menjalani kehidupan seperti teman-teman yang lain.
"Aku capek Bu, capek sekali"
Ibu hanya mengangguk, mencoba untuk mengerti. "Aku tahu, sayang. Aku tahu. Tapi kau harus bertahan. Kau lebih kuat dari yang kau kira"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENHYPEN IMAGINE (AS YOUR WISH)
Fanficenhypen sesuai keinginan kalian. by : raeinxx 2022