HAPPY READING<3
****
Makan malam.
Disana sudah ada Ibu, Ayah, dan kakaknya. Mereka melakukan makan malam seperti biasanya. Sedari tadi Farel terus menampilkan senyumannya. Apa sedang jatuh cinta?
Berbeda dengan Rhena. Ia terus saja menatap kosong benda yang ada didepannya.
Farel mengkerutkan keningnya. Lalu melupakannya. Mungkin saja itu hanyalah mengumpulkan nyawa. Karna memang, Rhena tadi beristirahat lalu tak lama sudah tertidur.
Makan malam sudah berakhir seperti biasanya. Rhena langsung menuju kamarnya. Tetapi ia baru saja melihat kakaknya yang keluar dari kamarnya.
Rhena menghampiri, " Kak maafin yang kemarin-kemarin. Rhena salah. Tolong dimaafin" ucapnya lirih.
"Iya, udah dimaafin. Tapi justru kakak yang salah. Maafin kakak juga ya" jawabnya sambil mengelus puncak kepala Rhena. Dan Rhena tiba-tiba menangis, lalu memeluk erat kakaknya itu.
Farel terheran-heran, tumben sekali memeluknya tiba-tiba.
"Ada apa?" tanyanya. Bukannya menjawab, Rhena justru menangis kencang. Lalu menggeleng sebagai jawabannya.
Farel pun mengelus-elus punggung Rhena dengan lembut.
"Udah udah, jangan nangis. Nanti jeleknya ilang loh," candanya yang membuat Rhena semakin deras dengan tangisannya. Farel salah. Seharusnya tidak bercanda diwaktu seperti ini.
Farel pun mengeratkan pelukannya.
"Kalau ada masalah, cerita aja. Jangan dipendam,"
"K-kak A-adelard," jawabnya dengan tersengguk-sengguk.
"Kenapa sama dia?"
"Sama cewek lain," jawabnya dengan tangisan yang semakin deras.
"Brengsek," gumam Farel.
"Sejak kapan?" lanjutnya.
"Baru tadi pagi. Dia mampir kesini di temanin sama mamah,"
"Yaudah, jangan nangis lagi. Biar kakak yang bicara sama dia,"
"Jangan pakai kekerasan!" peringat Rhena.
"Tergantung nanti,"
"Jangaaann," kesal Rhena sambil mencubit perut rata Farel.
"Iya-iya enggak,"
"Udah ah pelukannya. Besok lagi," lanjutnya.
"Sebentar lagi,"
"Jangan lama-lama,"
"Hm,"
Rhena sudah melepaskan pelukannya dari Farel.
"Kak Farel kok tumben sih jarang antar jemput Rhena lagi?" tanya Rhena.
"Ada deh,"
"Lagi deket sama cewek yaa?" goda Rhena.
"Bisa dibilang begitu. Jangan kasih tahu mamah dulu ya. Besok baru mau dikenalin sama mamah," jelasnya.
"Aaacciieee. Kak Farel akhirnya punya pacar," goda Rhena kembali.
"Apaan sih," ucap Farel yang sudah salah tingkah.
"Besok kenalin juga sama Rhena. Siapa tau jadi bestie,"
"Ya silahkan,"
"Kak, besok Rhena di antar jemput sama kakaknya,"
"Iyaa, tenang aja. Dan besok mau minta penjelasannya,"
"Okey. Yaudah Rhena mau ke kamar. Jaljayo hyung,"
"Hm,"
Rhena pun pergi menuju kamarnya. Ia bingung untuk hari esok. Dan ia takut jika Farel memakai kekerasan saat akan bicara serius dengan Adelard.
Sebenarnya Rhena itu benar pacarnya atau bukan?
Mungkin tidak, seorang pria tiba-tiba menyatakan cintanya melalui perbincangan dengan cara agar mereka mengetahuinya? Dan tiba-tiba pula, seorang pria itu berjalan dengan wanita lain?
Ini seperti memainkan perasaan Rhena. Yang Rhena mau hanyalah kebahagiaan. Tetapi ini? Hanya bahagia di awal saja. Dan itu sangat menyakitkan.
****
Rhena memulai harinya seperti biasa. Dan sekarang sedang menyiapkan mata pelajaran untuk hari ini. Ia lupa tidak menyiapkannya tadi malam. Karna sudah terbawa mengantuk mungkin.
Setelah itu, Rhena menuju meja makan dengan rambut panjang yang di kuncir. Terasa bukan Rhena biasanya. Dan ia terus saja menampilkan senyumnya.
Rhena sarapan dengan dua helai roti yang sudah di beri selai coklat kesukaannya. Tak lama, ia melihat batang hidung Farel yang menuruni tangga. Pakaiannya sangat rapi, terlihat sedikit agak berbeda.
Farel menuju tempat makannya dengan tersenyum tipis ke arah Rhena dan Rhena membalas senyuman itu. Rhena tiba-tiba teringat dengan awal pertama bertemu dengan Adelard yang menampilkan senyuman manisnya. Bagi Rhena itu adalah Senyuman Maut yang di miliki oleh Adelard. Karena semua para siswi yang ada di sekolahnya, pasti akan terluluh dengan senyuman itu.
Rhena tersenyum tipis saat mengingat hal itu. Ia ingin seperti kemarin-kemarin yang selalu ada Adelard di sampingnya.
*****
Pagi harinya....
Cahaya matahari kini perlahan-lahan mulai memasuki celah-celah jendela kamar Rhena.
Rhena yang merasa agak terganggu dengan cahaya matahari, pun langsung membuka matanya perlahan. Dan merenggangkan otot-ototnya.
Menghirup udara segar di pagi hari. Sambil tersenyum kecil.
Ini adalah kabar baik untuk para pembaca cerita ini. Bahwa cerita ini kian lama akan segera selesai.
Rhena sangat-sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah membaca cerita ini.
Untuk ending nya juga akan diperlakukan dengan baik. Mungkin akan terjadi di bab selanjutnya. Atau di bab ini?
*****
Rhena kini berterima kasih kepada Farel. Karna Farel telah mengembalikan Adelard padanya. Dan ternyata yang tidak disangka-sangka. Wanita yang pernah berbicara dengan Adelard kemarin adalah sepupunya yang masih satu sekolah dengan mereka.
Rhena menghembuskan nafasnya lega. Ia juga merasa bersalah karena telah berfikiran yang tidak baik pada wanita itu.
Ngomong-ngomong soal hubungan Farel dengan wanita yang pernah Farel bicarakan dengan Rhena. Mereka berdua akan segera melakukan pertunangannya di bulan depan.
Ini masih tak menyangkanya.
*****
"Kak, seriusin Rhena dong. Rhena gak mau salah sangka terus. Capek tau," jelas Rhena pada pria disampingnya.
"Hm?"
"Ya, nanti lah. Mungkin, sepuluh tahun kedepan. Intinya, belajar yang bener dulu," lanjut pria itu.
"Oke. Aku bakal semangat belajar," ujar Rhena dengan semangat.
"Tapi... Gak janji ya,"
Pandangan Rhena kini menuju arah pria disampingnya. Apa arti dari kalimat itu?? Rhena sebenarnya tidak ingin berpisah. Mungkin, itu arti dari kalimat yang diucapkan oleh Adelard.
Rhena memang harus mempersiapkan dirinya untuk ikhlas.
Malam itu, Rhena dan Adelard berada di tempat taman yang indah. Angin malam yang sejuk dan bintang terlihat jelas menerangi bumi.
- The End -

KAMU SEDANG MEMBACA
Senyuman Maut [ end ]
Teen Fiction[ DILARANG KERAS MEMPLAGIAT CERITA INI!!! ] [ FOLLOW DULU YUKK SEBELUM BACA!! ] Karya ke-2 HAPPY READING!✨✨ Kita bertemu saat tak sengaja. Dan saat itu juga aku melihat wajahmu dengan senyuman yang membuatku membeku, karna senyuman itu. Seakan hi...