Nathan mengajak Key menuju perpustakaan karena hanya di perpustakaanlah tempat paling sepi di sekolahan. Bukan sepi sebenarnya, tapi tenang karena di perpustakaan ada peraturan dilarang berisik.
Mereka mencari bangku di sudut ruangan, di samping jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan luar. Di balik beberapa rak yang tinggi menjulang..
Nathan mencomot asal dua buku dari rak di sampingnya untuk mengantisipasi jika nanti ada petugas perpus yang mengecek mereka. "Biasanya gue ke sini kalo lagi pengen sendiri di area sekolahan.."
Key menatap bingung Nathan, ia tidak mengerti ucapan cowok tersebut. "Di sini senyap, jarang ada yang berisik. Lo pasti tau peraturan yang biasanya digunain hampir di semua perpustakaan.."
Mulut Key membentuk huruf 'o', menanggapi ucapan Nathan. Ia kembali bingung saat cowok di sampingnya menaruh sebuah buku yang sudah dibuka di depannya. "Buat sandiwara biar kagak dimarahin Bu Zuri.."
"Maksudnya?" Key semakin tidak mengerti dengan maksud sandiwara Nathan.
"Ntar lo juga tau Key.." Tapi Nathan hanya tersenyum tanpa berniat menjelaskan.
Key dan Nathan saling bertatapan selama beberapa saat dalam keheningan ruangan, meresapi rasa hangat yang perlahan muncul dari dada masing-masing. Namun Key mengalihkan perhatiannya perlahan, ia merasa rasa hangat di dadanya adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya dirinya jatuh cinta dengan sahabat kecilnya sendiri..
"Kata Mama waktu itu, pas di acara itu. Gue sekarang inget Key.." Nathan membuka obrolan.
Key menoleh sembari memiringkan kepalanya, "Inget apa?"
"Masa kecil kita, yahh walopun gue kebanyakan lupanya sihh. Ingetnya cuma dikit.."
Key awalnya terkejut karena Nathan membicarakan hal itu, namun ia perlahan tersenyum manis. "Nggak papa, aku juga sedikit ingetnya. Kalo Tante Zahra nggak ngomong waktu itu, kemungkinan aku bener-bener lupa semuanya.."
"Gue masih nggak nyangka Key, kalo kita itu sahabatan dari kecil.." Mengingat kenangan mereka yang terkubur dalam, bahkan Nathan sampai tega mencintai gadis lain saat masih Junior High School. Cowok itu merasa ini kejutan yang tidak terduga-duga..
Key mengangguk-angguk, dirinya sama terkejutnya dengan Nathan tentang status ini. "Sama Nathan, aku juga masih nggak nyangka kalo ternyata dulu waktu kecil kita sahabatan.."
"Makanya waktu lo masuk pertama kali dan komen tingkah gue, gue cuma memperingati lo. Padahal biasanya langsung gue sikat kalo ngusik gue.."
Key bergidik, "Ihh serem tauk, main sikat-sikat aja.."
"Tapi waktu itu gue udah ngerasa nggak asing sama iris mata dan tatapan lo, gue udah ngerasa familiar.."
"Sama, aku juga ngerasa pernah liat mata kamu lama.." Key jujur, bukan hanya karena papasan pertamanya di lift saat itu yang mengingatkannya pada mata tajam dan gelap Nathan. Ada rasa dirinya sudah melihat dan menatap mata itu sangat lama. "Rasanya familiar.."
"Terus gelang yang diomongin sama Mama waktu itu, punya lo masih ada Key?"
"Masih, masih aku simpan di kotak perhiasanku.."
"Punya gue juga masih ada, sempet ilang gara-gara gue lupa naruhnya. Tapi untungnya ketemu lagi di map Elementary School gue pas di Australia.." Tentu saja Nathan sangat bersyukur dirinya bisa menemukan kembali gelang itu, gelang yang sekarang menjadi gelang keberuntungannya.
"Aku sekarang pakai.." Key menunjukkan gelang berbandul kepala serigala yang ada di pergelangan tangan kirinya kepada Nathan.
"Gue bawa, sengaja nggak gue pakai.." Nathan merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan sebuah gelang yang sama persis dengan gelang di pergelangan tangan Key.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA RATU WOLFIE [Selesai Revisi]
أدب المراهقينKeyara Stellanova Abimanyu, Seorang siswi pindahan dari salah satu SMA di Yogyakarta yang mampu membuat hampir semua siswi di SMA barunya iri karena mampu mencuri perhatian Wolfie -geng anak-anak popular di SMA Wirabuana yang beranggotaka...