CHAPTERS 14

11 0 0
                                    

"Papah ?."

"Waktu yang cukup lama ya sayang ? Maafin papah ya sayang."

Matanya menatap dengan ragu, indra pengelihatannya semakin lama memudar tertutupi oleh air mata yang menumpuk diujung bola matanya, tangisan air mata itu terjatuh begitu saja mengalir bebas pada kedua pipinya, bibirnya mulai terangkat dengan indah hingga terbentuk senyuman yang manis, tangisannya pecah, rasa takutnya akan kehilangan cinta pertamanya, papa yang menyayanginya itu tidak akan terbangun lagi hari ini lenyap begitu saja, perasaan lega segera menyeruak kedalam hatinya.

"Papah tega hiks papah tidurnya enak banget hiks padahal kami di sini rindu dengan papah ! hiks papa gaboleh tidur lagi, jangan, Diana gatau hal apa yang akan Diana lakukan kalau papa tidur lagi hiks Diana sayang papa, sayang sekali."

Sebenarnya mama sudah mau tertawa saja mengingat bahwa ini semua hanyalah tipuan tapi tidak disangka dampaknya akan sampai begitu dalam kepada Diana, tentunya keduanya akan amat sangat bersalah kepada anak perempuannya ini tapi nasi sudah menjadi bubur, biarlah apa yang dilihat oleh Diana biarkan menjadi apa yang ia percayai.

"Maafin mama ya sayang ? sebenarnya papa sudah sadar sejak beberapa hari yang lalu, mama hanya menunggu suananya kembali normal sebelum memberitaukan kabar ini kepada Diana."

"Hiks iya mah gapapa,  Diana paham kok, mama sudah berjuang selama ini, mama adalah mama yang paling hebat, Diana sayang mama, sayang papa juga, terima kasih, terima kasih papa sudah berjuang melawan rasa sakit itu, terima kasih karena papa masih berjuang untuk bertemu kita semua, terima kasih karena papa sehat kembali, Diana harap kalian tetap sehat dan terus bersama Diana."

Menohok tentu saja, begitu berat beban luka yang telah di tahan oleh Diana, bahkan umurnya saja belum genap memasuki angka dua, dua rasa kehilangan yang ditanggungnya beberapa bulan terakhir ini, rasa sayangnya kepada dua lelaki hebat yang dicintainya namun sayangnya harus dipatahkan oleh keadaan, bila saja dapat kita sampaikan, rasanya kami telah gagal menjadi orang tua yang baik untuk Diana, semoga kebohongan kali ini tidak akan terjadi pada masa depan, sudah waktunya hanya kenangan manis yang ia rasakan.

Tangisan di ruangan itu mulai pecah kembali, mereka mulai terhanyut pada rasa sakit dan bersalahnya masing - masing, rasa sedih akan kesalahannya, atas semua kejadian yang telah terjadi membuat suasana bercampur aduk hingga ketiganya diam sambil terhanyut dalam pikirannya masing - masing.

***

Diana bolehkan aku meminta satu permohonan kepadamu ? Permohonan yang sedikit egois mungkin. Tunggulah aku, saya rasa semuanya akan kembali normal, saya sedang berusaha di sini, jadi mohon tunggulah sebentar lagi ya dan ingatlah untuk terus bahagia.

***
Flash back cp 12 (video yang dikirim Rani)

"Lo tau gue suka sama lo sejak lama, lo ga inget waktu yang udah kita lewati selama ini ?! 7 tahun itu bukan waktu yang singkat Valdo !" Rani berteriak, tatapan frustasi dan beberapa kata kasar ia lontarkan kepada Valdo, 7 tahun bukan waktu yang sebentar, cinta atau bisa dikatan obsesinya kepada Valdo sudah tidak dapat dihentikan, tapi sekarang apa ? Valdo berpacaran dengan orang lain, tidak itu tidak boleh terjadi.

Valdo yang diteriaki oleh Rani hanya diam menundukkan kepalanya, rasa frustasinya selama ini sudah tidak dapat dibendung lagi, mengapa tidak dari dulu saja, mengapa ia harus tetap diam, rasanya ia ingin melawan namun apalah dayanya. Bila bisa ia tinggalkan sedari dulu mungkin semua kejadian ini tidak akan terjadi.

Valdo mulai bangkit, jalannya sedikit gontai karena sisa - sisa reaksi obat perangsang yang Rani berikan masih tersisa di tubuhnya membuat keseimbangan tubuhnya belum bisa kembali sepenuhnya. Meskipun dengan susah payah Valdo berjalan menghampiri Rani, namun secara perlahan Valdo sudah berada di hadapnnya.

"Jika semua bukan karena rasa bersalah gue ke elo, gw gaakan pernah sudi jadian sama lo dasar sinting !" Kesadarannya berangsung - angsur kembali, Valdo dengan perkataan seluruh penekanan itu menunjuk wajah Rani dengan tatapan yang sangat bengis, sudah cukup rasa sabarnya, sudah saatnya Valdo terlepas dari jeruji tekanan ini.

"Lo punya hutang ke gue ! karena lo gue harus mengorbankan orang yang gue sayangi ! karena lo hidup gue selalu terbayang - bayang akan kehadirannya ! dan sekarang lo bilang apa pergi ? lo ga akan pernah pergi dari hidup gue !."

"Sadar Ran ! semua itu sudah berlalu, semua hanya khayalan lo semata ! Tolong lepasin gue ! Biarin gue bebas Ran, udah saatnya lo merelakan Angga, dia cuma khayalan lo, berapa kali gue harus bilang, semua cuma imajinasi Rani."

"Sialan ! Angga itu nyata ! gara - gara lo Angga mati ! andai aja waktu itu Angga ga nolongin lo mungkin Angga masih di sini sama gue !" Rani mulai tidak terkontrol emosinya mulai labil kembali setelah nama Angga kembali disebutkan pikirannya mulai kalut.

Rani mulai histeris rani berlari mengambil suntikan obat penenang dan kembali ia tancapkan kepada valdo, valdo menghindar dengan susah payah namun sayangnya karena kekuatannya belum berangsur kembali suntikan obat itu berhasil mengenainya sekali lagi

Rasa panas dan gatal mulai menjalar pada tubuh Valdo, Rani yang melihat Valdo mulai melemah segera meraup bibirnya dengan brutal dilakukannya oral dibawah sana hingga desahan kembali menghidupkan keheningan beberapa saat lalu, kesadaran Valdo mulai menghilang sepenuhnya, Rani berjalan menuruni ranjang, diambilnya kamera yang siap merekam kegiatan panas keduanya Rani kembali naik diatas ranjang tangannya mulai bergerilnya kesana kemari pakaian yang beberapa waktu lalu masih melekat indah ditubuh mereka kini telah tergeletak di lantai

Rani mulai memposisikan dirinya sebelum memulai penyatuannya dengan valdo, dibelainya lembut dada bidang lekaki pujaannya ini dan ia mulai membisikkan kata - kata ditelinga valdo

"Lo adalah milik gue, untuk 7 tahun yang lalu dan untuk kedepannya, gaakan gue berikan lo untuk cewek sialan kayak Diana."

"Ughh Rina."

"Rinaa mmpphh."

"Ahh... Valdo."

Setelah bergelut cukup lama akhirnya Rani menyudahi kegiatannya.

"Ini balasan karena sikap lo yang mulai berontak ke gue, sekarang lo milikku, milikku seutuhnya Valdo, bahkan cewek menyebal kan itu tidak akan mau bersamamu lagi, gue pastiin lo harus bikin gue hamil, ini hanya permulaan Valdo jika gue hamil lo harus bertanggung jawab seutuhnya hahaha."

Valdo hanya bisa terkulai lemas, dengan samar dia mendengar pernyataan miris yang dilontarkan Rani, Valdo rasa penyakitnya kian hari kian menjadi parah, Valdo hanya bisa terdiam dan merasa gagal untuk bisa menjaga perasaan Diana.

"Maaf Na, gue udah bukan cowok yang pantes jadi suami lo, maaf karena gue gabisa nepatin janji gue, maaf maaf dan maaf saja yang bisa gue lontarin ke lo saat ini, gue pamit Na i love you Diana."










Sekedar info untuk beberapa cp sebelum dan sesudah ini banyak terselipkan flash back singkat dari beberapa chapter terbaru ini, semoga kalian paham ya

Ejoy my story good byee <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Musuh jadi Cinta ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang