"Look, kau hadir bagaikan cahaya mentari yang menyinari bumi di pagi hari dan sekaligus menjadi gelap dalam malamku."
Saat ini ketiganya sudah berada didalam kamar lebih tepatnya sekarang mereka bersiap untuk tempur dengan tugas mereka yang bener-bener banyak tapi ga lama dari itu Mentari mulai bersuara memecah keheningan beberapa saat karena belajar dan membuat keduanya menjadi fokus pada Mentari."Are you seriously Na" sempat beberapa detik Diana terdiam karena pertanyaan aneh Mentari, iyalah Diananya belum ngeh ini.
"Serius kenapa sih?."
"Ah elah lo kok lola sih Na!, yang di maksud si Mentari tuh ya si Valdo."
"Ohh itu toh Shin" Diana kembali terdiam sejenak seperti orang berfikir dan karena jawaban Diana yang hanya ohh saja jadi membuat kedua temannya itu geram sendiri.
"Ni anak pura-pura lupa apa gimana sih?!."
"Yang dibahas tadi di markas sama di mobil itu loh Naa, ihhh" sahut Shinta setelahnya.
"Oalahh itu toh, kenapa ga bilang dari tadi sih" keduanya nampak saling bertatapan dengan menatap Diana aneh dan seolah mereka paham hanya karena bertatapan saja, ni anak kenapa tambah segrek aja ya batin keduanya.
"Lahh si kamprett minta di tampoll keknya" teriak keduanya dengan kompak dan secara khidmat.
"Hehehe ga dengg, udah-udah gue serius kali ini jadi dengerin baik-baik ga pake sela! Awas aja kalo pake sela gua tampol balik nieh."
"Udah buruan cerita Shinta udah kepo!."
"Iya-iya, nih kalian tahulah gue juga perang batin ini, disatu sisi gue juga belom siap secara mental juga, ya masak baru masuk sekolah udah suruh tunangan!? Pacaran aja gue ga pernah nah ini langsung tunangan wagelaseh parahnya lagi lulus langsung nikah dah kayak sinetron Indo aja, tapi look gue kepaksa karena ini kemauan papa gue dan kalian juga pasti tau ini kan dan kondisi papa gue juga lagi ga baik gue jadi mau ga mau harus terima, gue gamau nambah beban papa sama mama lagi."
"Jadi gimana perasaan lo sekarang ke Valdo ?."
Sebelum menjawab Diana sempat terdiam dan memikirkan jawaban yang terbaik bukan untuk Mentari tapi untuk dirinya sendiri, untuk kehidupan kedepannya, apakah hatinya benar-benar siap menerima Valdo atau malah sebaliknya.
Setelah cukup lama berfikir, Diana telah membulatkan tekadnya dan berani melangkah untuk maju.
"Ya, gue siap menerima dia, you know guys Valdo memang menyebalkan but after i know Valdo he look a gantle man, orangnya baik, perhatian juga ke gue, dan gue liat dia orangnya bertanggung jawab jadi yeah mau ga mau hati gue mulai luluh ke dia.
"Jadi intinyaa?" Ganti Shinta yang bertanya buat bener-bener meyakinkan pilihan Diana juga sih.
"Yeah i'm ready to take him, liat aja perkembangannya, toh baru tunangan doang kan, gue yakin ortu gue ga mungkin tega maksain kalo dianya nyakitin gue secara vatal sih.
"Kok gue serasa habis ngerelain anak sematang gue ya, sedih guee."
"Shinta juga huhuhu."
"Kok kalian ngalay sih, udah ah ngerjain woy ngantuk guaa."
Selang beberapa menit handphone Diana berdering menandakan ada telpon masuk, lalu Diana memilih turun dan langsung menuju pintu masuk. Karena Diana udah paham pasti temen-temen crazynya ini udah pada laper dan Diana dengan baik hati memesankan mereka makanan.
Setelah menyelesaikan transaksinya Diana kembali ke atas dan mengejutkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh jadi Cinta ?
RomanceDirimu yang menghilang entah kemana, seseorang yang baru tiba-tiba datang, tibalah dengan perjodohan yang mendadak dan sempat membuatku frustasi, diriku yang mulai menerima dan terbuka kembali dikejutkan dengan datangnya dirimu yang tiba saat semua...