CHAPTERS 9

199 8 0
                                    

"Kita benar - benar tak bisa bermain - main dengan mental, sedikit saja mental orang itu terganggu, kehidupan seperti biasanya pasti akan berubah juga."

Saat ini sudah 2 hari beralu semenjak kejadian canggung dalam mobil tempo hari lalu. Tak ada satu pesan balasan, maupun telpon dari Valdo. Sungguh semua ini sangat membuat Diana khawatir.

Bagaimana tidak, saat semuanya mulai membaik, saat Diana mulai berani melangkah, mengapa Valdo jadi seperti ini?. Oh Tuhan mengapa hanya harapan saja yang datang, mengapa saat pertamaku menjalin hubungan yang bisa dikatakan hampir indah meskipun dengan cara yang menyebalkan, dan mengapa akhirnya berakhir seperti ini?.

Tuhan, kenapa kau ciptakan sepercik kebahagiaan lalu kau padamkan lagi. Jikalau memang berakhir seperti ini lebih baik jangan pernah kau buat diriku seperti ini jika memang ini ujian cinta bantu aku untuk meluruskannya kembali.

Mungkin yang mendengar jeritan tangis Diana saat inu akan sama merasakan sakitnya, seharian ini setelah Diana pulang sekolah ia hanya mengunci diri dalam kamarnya tak ada seorang pun yang diperbolehkan masuk olehnya, makanan pun ia abaikan dan saat emosinya telah memuncak Diana mulai menjerit, menangis dan terdengar beberapa perabotan dalam kamarnya yang pecah.

Diana hanya melamun memikirkan Valdo, saat hatinya mulai gundah lagi ia mulai menangis lagi dan begitu seterusnya. Patah hati karena lelaki baru kali ini Diana rasakan namun tak disangka dampaknya sangat besar untuk jiwa dan pikiran Diana, Diana yang sekarang sungguh berbeda dari sebelumnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi Diana, apa kalian tahu.?"

Seolah mereka tak sanggup mendengar jeritan Diana, ketiganya pun kembali menuju ruang tamu dan saat inilah Mama Diana bertanya pada teman - teman Diana.

Namun sayang Shinta ada jadwal lain hari ini dan sayangnya tak bisa ikut menceritakan masalah Diana pada Mamanya dan terpaksalah Mentari yang menceritakan seorang diri.

Flashback on..

"Ayok ke kantin! Khusus Diana hari ini Shinta bakalan traktir Diana es cream, bagaimana ? Mumpung Shinta lagi baik nih."

"Ayok Nak, gue juga bakalan nraktir lo minum atau makan lah terserah lo."

"Wait - wait, guys? Kalian kesambet apaan woyy??!! Sadar hehh ngeri liat kalian pada nraktir gue dengan suka rela begini, tumben banget."

"Udah lah, lo percaya aja sama gue sama Shinta, pokok hayuk ke kantin duluan udah laper gue."

"Dih apaan sih Men, di kantin ada apaan sih sampe lo ngotot banget ngajak gue kesana."

"Ada makanan, minuman, orang, meja, kursi, lampu, gelas, aer, lah lo gimana sih Na beginian aja masih nanyak."

"Haishh abaikan Shinta deh, buruan Na santai aja kita bakalan traktir elo kok."

Saat ini ketiganya asyik bercanda sambil menuju kantin tak lain tujuan mereka hanya untuk membuat Diana tak larut dalam masalahnya, tapi mereka tidak tahu yang sebenarnya lagi berlangsung dalam kantin.

Entah mengapa perasaan mereka mulai aneh, terutama Diana. Saat ketiganya melewati siswa - siswi yang habis dari kantin, pasti memangdang ketinganya aneh, terutama Diana, bisa dibilang seolah pandangan kasian, banyak juga yang berbisik menyebut nama Diana, dan yeah mereka gosipinnya kenceng - kenceng jadi otomatis ketiganya denger.

Selama perjalanan ketiganya dilanda kebingungan dan boom, saat mereka sampai di kantin, semua pertanyaan dalam benak mereka terjawab tepat di depan mereka.

Valdo sedang duduk berdua dengan Rani, mereka sedang makan siang tentunya, dan dapat dilihat jelas dengan mata kepala Diana, keduanya asyik bercanda tawa tak memikirkan keadaan sekitar yang melihat mereka aneh.

Musuh jadi Cinta ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang