Bentala dan Bumantara

691 41 6
                                    

"Mau sampai kapan bengong terus di kelas, Kayla Raahayu?"

"Sampai gue bisa ikhlasin dia"

Tunggu..

Kayla menatap lelaki di depannya ini. Menggunakan almamater osis, senyuman manis yang ia tunjukan, serta tatapan yang berbeda, seperti biasanya. "EH! Kak Bagja! I-itu bosen aja gurunya ngga kasih tugas" Kayla tersenyum kikuk.

"Santai, lo liat Arya? Dia ditunggu di ruang rapat" Tanya Bagja. Tangannya terus memainkan tempat pensil Kayla, membuka dan menutup isinya.

"Palingan di taman belakang"

"Kak Bagja kesini untuk cari Arya?" Lanjut Kayla tanpa berhenti mengunyah cemilannya.

Bagja menaruh tempat pensil yang ia mainkan, menatap Kayla serius dengan senyuman tipisnya. "Kalau gue bilang mau ketemu lo, gimana?" Tanya Bagja serius.

.

Jam pelajaran kini berlanjut, Kayla terpikir pertanyaan Bagja tadi. Ini orang dari awal gue ketemu aneh banget.

Matematika peminatan, pelajaran yang membawa embel-embel minat tapi tidak ada peminatnya sama sekali.

"Hasilnya dua ribu lima ratus-"

"Apaan? Orang hasilnya tiga ribuan"

"Lah? Gue dapetnya koma"

Kayla hanya mendengus kesal, matematika di siang hari seperti ini membuatnya badmood bukan main.

Kalo kayak gini mau sama Jerome aja gue.

"Ca, minta contekan aja kali ya?" Tanya Kayla yang sudah pasrah dengan semua angka yang tertulis di bukunya, kertas robekan bertaburan, rambutnya yang sudah seperti nenek lampir, kacamatanya yang ntah ditaruh mana, sungguh miris melihatnya.

"Mending google langsung" Jawab Aca

"Ngga ada paket"

Aca mendengus kesal, menggebrak kecil meja dihadapannya. "Udah persis kaya gembel" dia mengambil handphonenya. "Gunanya wifi sekolah apa?"

Kayla hanya menyengir, ia tidak terpikir hal itu sama sekali. Namun, saat dia mengeluarkan handphone, teringat ajakan Tian tadi dan dia belum membalasnya.

"Gue diajak pulang bareng Kak Tian"

Aca merasa antusias, lelaki idaman perempuan di sekolah Nusa Bangsa mengajak temannya, ini hal yang bagus. "Terus? Terus? Lo mau?"

"Atas semua yang udah terjadi, apa gue masih nerima dia?"

"Sebatas berteman. Jangan denial sama perasaan lo sendiri, Kay. Gue tau lo ada rasa sama dia."

"Dia kristen, gue islam. Rasa yang gue punya salah emang gue nya bodoh"

"Nanti lagi, selesain dulu matematika lo"

Kayla hampir lupa dengan semua angka yang ada di depannya, sungguh dia sangat muak dengan ini.

.

LENGKARA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang