Mantra Petaka

565 33 4
                                    

Beberapa minggu telah berlalu setelah hari dimana Kayla dan Tian saling melepaskan satu sama lain.

Liburan semester yang Kayla harapkan akan terisi oleh Tian tidak akan bisa tercapai.

Ia akan terus merindukan Tian jika tidak sibuk seperti ini, Kayla memilih untuk berkeliling wisata walau terkadang selintas tentang Tian ada di pikirannya.

Tidak ada lagi Kayla yang bahagia seperti dulu.

Ia dapat merasakan kehilangan yang begitu dalam saat Tian pergi, mencoba untuk mengganti posisi Tian dalam hatinya, tetap tidak bisa.

"Berapa kali lagi gue bilang kalau gue ngga mau jadi pacar lo?"

"Ayolah Kak Kayla! Trial dulu deh? Mau?"

Adik kelas didepan Kayla saat ini cukup membuat Aca kesal, dimana mana pasti bertemu.

"Udah lebih dari lima kali lo ditolak Kayla, ngga malu kah?" Tanya Aca.

"Ngga, karena aku yakin kalau Kak Kayla akan suka aku nanti"

Kayla merasa kesal saat ini, ia bisa saja melempar sekuteng panas yang ada didepannya saat ini ke adik kelasnya.

"Rio dengerin ya, gue ngga mau jadi pacar lo. Dan jangan ikutin gue terus! Mau gue laporin kepsek lo?"

"Ah ngga asik mainnya kepsek" Dengan wajah kesalnya Rio meninggalkan tempat itu.

Kayla tersadar akan lamunannya tentang kejadian di pasar malam bersama Aca beberapa hari lalu. Ia menghembuskan napasnya, terasa sesak di dadanya.

Kayla menatap polaroid dirinya bersama Tian, senyum manis yang terukir di wajah mereka berdua membuatnya terasa rindu.

Rindu yang menyakitkan.

Ia tidak sengaja memutar playlist musik yang ia buat, lalu menangis.

Kayla lemah belakangan ini.

Ia meraih handphone nya, membuka aplikasi Instagram dan mencoba mencari akun Tian, belum di blokir.

Semua poto di akunnya diarsipkan, bahkan profil potonya terhapus.

Kayla mengusap air matanya, "Apa lo ngga kangen gue, kak? Gue kangen banget sama lo, apa ngga bisa kita ngobrol seperti teman?"

"Apa kristela udah buat lo bahagia saat ini?"

Kayla memasuki toilet, mencuci mukanya agar tidak terlihat menangis lagi.

Ia mengambil spidol hitam dimeja belajarnya, mencoret wajah Kristian dari polaroid yang tadi ia lihat.

"Hati lo memang sakit, tapi gue lebih sakit disini. Bahkan bukan cuma gue, berapa banyak perempuan yang udah lo sakiti, Kak?"

"Termasuk Kak Rara"

Kayla tersenyum sinis, ia tidak paham dengan dirinya saat ini.

"Gue percaya akan karma"

Ia terus membuat lingkaran hitam dengan spidolnya, "Dan suatu saat, lo akan merasakannya"

Kayla menaruh polaroid itu didalam laci mejanya, "Berada didalam kegelapan dan tidak ada setitik cahaya yang bersedia untuk menolong lo keluar dari kegelapan itu"

"Dan lo akan merasakan rindu yang menyiksa, rindu yang saat ini gue rasakan. Mungkin Kristela terbaik menurut lo, tapi dia ngga lebih baik dari gue"

"Setiap orang butuh kasih sayang"

Kayla melempar spidol tadi kearah lain, "Tapi ngga semua orang bisa menghargai kasih sayang itu"

*

"Kak, liat deh boneka beruangnya. Menurut kakak aku beli yang mana?" Kristela menunjukkan dua boneka yang ia maksud.

Tian hanya diam, menatap sekeliling toko boneka, ia cukup merasa lelah saat ini.

Kristela mendecak kesal, "Kak Tian! Denger aku ngga sih?"

Sentuhan Kristela dapat menyadarkan Tian saat ini, "Iya?"

"Kak Tian kenapa? Sakit ya?" Kristela menyentuh dahi Tian, seakan mengecek kondisi kekasihnya saat ini.

Tian langsung menepis tangan Kristela saat ini, wajah Kristela mendadak merasa sedih, tatapan Tian tidak seperti sebelumnya.

"Yang mana aja bagus, kalau bingung beli dua duanya juga gapapa. Nanti Kakak bayarin"

Kristela menggeleng, memilih salah satu boneka yang lebih ia sukai, ia tersenyum, "Yang ini aja"

Tian mengangguk, mengambil boneka itu dari tangan Kristela dan membawanya ke kasir. Ia menatap Kristela yang ada disampingnya, "Habis ini pulang ya? Gue sedikit ngantuk"

Kristela sempat cemberut beberapa saat, hingga akhirnya menyetujui permintaan Tian.

Tian menyisir pandangannya kearah rak boneka yang terpajang didepannya saat ini, boneka panda kecil yang mengingatkannya pada Kayla.

"Liat panda nya, lucu kan Kak? Yang ini panda, ini koala. Gue panda dan Kak Tian koala, soalnya Kak Tian tidur terus!"

Ia mengalihkan pandangannya kearah lain, berusaha tidak mengingat lebih dalam semua kenangannya bersama Kayla.

Ternyata ngga mudah untuk gue merelakan lo. Batin Tian.

"Kak? Ini mau kakak yang bayar atau aku?"

Teguran Kristela dapat menyadarkannya lagi.

Ia memberi beberapa lembar uang kepada kasir, memberi boneka yang sudah terbungkus rapih kepada Kristela.

"Ini beneran langsung pulang? Kakak ngga mau mampir dulu?"

"Gue capek, Kristela. Lain kali aja ya?"

Kristela hanya mengangguk, ia yakin ada sesuatu yang tidak beres.

"Kakak udah selesain urusan sama Kayla? Udah ngga ada hubungan sama dia kan? Dan Kak Tian kayak gini bukan karena sedih ninggalin Kayla kan?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Kristela.

Tian menghentikan langkahnya sejenak, menatap Kristela seakan ia lelah dengannya saat ini.

"Gue udah turutin permintaan lo untuk jauhin Kayla, udah gue omongin juga agar kita selesai. Mau nuntut apa lagi?"

Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Tian seakan membuat Kristela tertimpa sebuah benda yang jatuh dari tekanan yang tinggi.

Ia menggeleng lemah.

Tian melanjutkan langkahnya menuju parkiran, ia teringat saat Kristela menangis didepannya agar dirinya menjauhi Kayla.

Gue siap menerima semua akibat dari perlakuan buruk gue, Kay.

*

LENGKARA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang