Tentang Kita (2)

625 32 4
                                    

Bagas Pramuja, lelaki yang tahun ini menginjak usia 18 tahun. Sosok anak yang lahir dari penuhnya badai.

Walau hidup gue ngga pernah diharapkan gue ngga akan pernah memaksa untuk menyelesaikan, gue akan jalani sampai takdirnya selesai.

Kini ia hidup bersama dengan papa angkat dan mama tersayangnya, memang hidupnya mulai berubah dan beranjak naik saat mamanya menikah lagi dengan papa angkatnya.

Orang melihat Bagja sosok yang seakan serakah, masih sibuk mencari kerja sampingan sedangkan hidupnya berkecukupan. Namun, Bagja tidak akan pernah mau menggunakan uang yang dimiliki papa angkatnya secara berlebih.

Hidup keras sudah ia jalani sejak dulu.

Anak yang tidak diharapkan. Lontaran kata itu terus ia ingat hingga saat ini, lahir karena kesalahan kedua orang namun hanya satu orang yang berusaha bertanggung jawab.

Papa kandung Bagja, seorang pejabat namun harus berhenti karena korupsi. Bagja selalu bersumpah dalam hati, ia tidak akan pernah menjadi seperti papanya dan tidak akan pernah menyakiti wanita seperti yang papanya lakukan.

Kelas 2 SMP dimana ia menemukan semua pertemanan yang baru serta hidup yang mulai membuatnya bersyukur. Kristian dan Aji, dua sosok yang selalu menemaninya dan membantunya untuk melawan papa kandungnya.

"Gue bakalan lintas jurusan nanti, mau masuk fakultas hukum atau ngga politik"

"Harus, ntar tangkep bokap lo ja"

"Ngapain? Hukum gantung kalau bisa"

*

Hidup yang ia miliki tanpa cinta, tidak pernah terbayangkan dan tertarik didalam dirinya untuk berpacaran, kecuali dengan satu sosok perempuan yang ia incar sejak perempuan tersebut bergabung kedalam Sekolah Nusa Bangsa.

I was lost within the darkness, but then I found her, i found you.

Kak Bagja

Panggilan yang ia sukai dari sosok wanita itu.

*

"Sampai kapan lo berhenti cari pelarian?" Bagja menatap Kristian serius. Memandang rendah temannya karena perlakuannya saat ini.

"Sampai gue bisa dapetin orang yang benar-benar gue mau"

Kristian mengambil sebatang rokok didepannya, memberikan sisanya kepada Bagja yang langsung ditolak.

"Sensi banget lo sekarang Ja, kenapa? Deja vu sama bokap kandung lo?"

Brengsek.

Pertemanan antara Bagja dan Tian mulai merenggang sekarang, mereka menutupi semuanya dari Aji. Mencoba terlihat baik-baik saja diantara mereka.

"Adik kelas kesayangan lo semasa SMA gimana? Jadi masuk Nusa Bangsa?" Aji terus menggerakkan stick PS ditangannya, Mencoba menyaingi Bagja yang terlihat santai.

"Jadi, lo bisa liat gue senang begini" Jawab Tian enteng.

"Kayla gimana?" Tanya Bagja. Pandangannya melirik Tian, mendapati tatapan acuh dalam lelaki itu.

"Gampang diurus dia, santai"

Bagja sedikit membanting stick PS nya, meraih jaket dan meninggalkan rumah Aji. Pikirannya kini tertuju kepada Kayla dan taman dekat rumah gadis itu.

Benar saja, dia dapat melihat Kayla disana.

Bagja terus menatap Kayla dari belakang, melihat Kayla yang sedang lelah.

Memperhatikan lo dari belakang, cuma ini yang bisa gue lakuin dari dulu.

Bagja berjalan mendekati Kayla, berusaha menggapai bahu wanita tersebut dan Menepuknya pelan.

"Syukurin hidup yang ada sekarang, banyak orang diluar sana bersusah payah untuk bertahan hidup, Kay."

Usaha yang Bagja lakukan, ia akan berusaha sekuat mungkin tidak akan gagal.

Dalam perjalanan pulangnya, Bagja terus tersenyum. Panggilan dari Kayla tak pernah gagal untuk membuatnya senang.

Ia berhenti sebentar dipinggir jalan, membeli nasi goreng untuk dibawanya pulang, walau mama akan memarahinya.

Ia terus memikirkan saat tahun ajaran baru nanti, libur kenaikan kelas dan datangnya siswa baru di kelas 10. Wanita incaran Kristian sejak mereka bertemu di Gereja.

Sosok yang Bagja yakini dapat menggantikan siapapun yang pernah masuk kedalam hati Kristian, termasuk Kayla.

Gue ngga akan pernah biarin lo merasakan patah hati begitu larut.

Kalimat dan untaian kata terus ditulis Bagja, disimpannya kedalam notes kecil yang ia miliki. Hanya dipenuhi dengan satu wanita, Kayla.

"Cerita ini baru dimulai sekarang, Kayla. Saat gue hadir, lo akan merasakan semuanya berbeda"

Bagja tertidur sebentar dan terbangun diwaktu sepertiga malam, ia terus melakukan hal ini sedari kecil, mama terus mengajarinya tentang ilmu agama, tidak pernah terlewat.

Menyebut namanya dalam do'a sejak satu tahun lalu, Bagja yakin bukanlah hal yang sia-sia.

*

Seperti biasanya, pagi ini Bagja menunggu Kayla keluar dari ujung taman untuk pergi ke sekolah. Semenjak Kristian mulai untuk meremehkan gadis ini, Bagja akan mengambilnya.

Bagja menyeritkan dahinya, mencoba fokus dengan siapa Kayla berangkat.

Aca!

"Aman, gue bisa cabut duluan"

Jangan tanya siapa Bagja di sekolah, ia pun tak pernah tahu siapa dirinya disana. Terlihat cuek dan tidak peduli lingkungan sekitar, tetap saja banyak yang menaruh rasa padanya.

Orang bilang, Bagja adalah Kristian versi mudah digapai.

*

KU KIRAA, KAU RUMAH TERNYATA KAU HANYA AKU SEWA

DARI TUBUH SEORANG PEREMPUAN YANG MEMINTAMU UNTUK PULANG

KAU BUKAN RUMAH

Kayla dan Aca terus bernyanyi lagu tersebut sepanjang koridor, tawa mereka terdengar. Tawa yang menutupi semuanya.

Pandangan Kayla mendapati Tian dan Aji.

"Bayangin kita double-date deh Ca"

Aca tersenyum kesal, menepuk lengan Kayla dengan sedikit tenaga. "Udah, Kay. Jangan ngarep mulu. Gue juga ngga mau sama Aji"

Alasan.

Kayla masih mencoba mencari sosok Bagja, ia tidak bersama dengan Kristian dan Aji sekarang. Biasanya sudah seperti boti.

Kayla merasakan tangannya menyentuh kulit lain, diliriknya siapa sosok tersebut ternyata Kristian. Kayla tersenyum, mencoba menjaga jarak antara dirinya dengan Tian.

Seseorang dibelakangnya, tersenyum bahagia.

*

HALO HALOO, ini extra part aja yaa!! Siapa tau diantara kalian ada yang ingin tau tentang Bagja lebih jauh ^^

LENGKARA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang