"Ra, gue__" Senja berdiri gugup di depan Aurora. Matanya tak berani menatap Aurora, entah kemana perginya keberaniannya tadi saat ia dengan berani menendang kursi cowok paling populer di kampusnya. Rasanya berhadapan dengan Aurora jauh lebih menakutkan ketimbang berhadapan dengan malaikat maut. Huh. Kenapa mendadak wajah cantik Aurora sangat menakutkan sekarang?
Dalam hati Aurora ingin sekali tertawa sekarang, namun ia tahan agar tawanya tak meledak di depan Senja. Sumpah demi apa wajah Senja sekarang benar-benar lucu, apalagi dengan tingkahnya yang sepertinya ketakutan dengannya. Jarang-jarang Senja bersikap seperti itu. Momen langka, ingin rasanya Aurora mengabadikan momen ini.
Melihat sang sahabat yang tak kunjung berbicara juga membuat Sakura dan Garam geram. Keduanya kemudian mendorong Senja, niatnya hanya untuk membuat Senja segera berbicara, namun sialnya justru badan Senja terdorong ke depan dan menubruk tubuh Aurora yang sedang duduk di depannya.
Senja sangat terkejut begitu pun dengan Aurora. Posisi keduanya terlihat sangat ambigu. Wajah keduanya begitu dekat, hanya berjarak beberapa senti saja. Senja bisa merasakan hembusan nafas Aurora yang menerpa wajahnya begitupun sebaliknya.
'Ekhem'
Chaewon dan Eunchae berdehem bersamaan, menyadarkan dua pasangan yang kini sudah berada di posisi semula. Keduanya tampak salah tingkah.
"Lo mau ngomong apa sih Ja?" tanya Chaewon yang sudah tak sabar ingin tahu apa yang ingin di bicarakan Senja.
"G-gue cuma mau minta maaf soal kejadian tadi"
"Kejadian yang mana, di kantin apa di taman belakang?" tanya Aurora yang mulai membuka suaranya.
"Di taman" jawab Senja segera.
"Lalu yang di kantin? Lo gak ngerasa bersalah?"
Senja menggeleng, "Gak sama sekali" ujarnya dengan yakin.
"Lo udah bikin anak orang jatoh, tapi lo tetep gak ngerasa bersalah?"
"Itu salah dia sendiri, suruh siapa dia deket-deket sama lo. Mana duduk di sebelah lo lagi. Yang boleh deket sama lo tuh cuma gue!"
"Emangnya lo siapanya Aurora sampe beraninya ngatur-ngatur siapa aja yang boleh deket sama dia?" tanya Chaewon, lagi-lagi ia penasaran.
"Gue calon masa depannya Aurora" jawab Senja dengan penuh kesungguhan. Sontak saja jawabannya itu memunculkan gelak tawa teman-temannya. Sedangkan Aurora sudah menutup wajahnya dengan bukunya. Sungguh ia sangat malu sekarang, Senja selalu saja membuatnya malu. Tidak bisakah dia menjawabnya pelan saja tak perlu sampai berteriak seperti itu. Bagaimana jika ada orang lain yang mendengar? Bisa-bisa mereka menganggap Senja sudah gila.
"Mimpi lo" ledek Eunchae.
"Kalo mimpi jangan ketinggian" Chaewon juga ikut-ikutan meledek Senja.
Senja mendengus kesal, "Lo berdua harusnya dukung gue, bukan malah ngeledikin gue" kesalnya.
"Berani bayar berapa lo?" tantang Chaewon.
Senja melipat kedua tangannya, "Gue traktir kalian selama sebulan? Gimana?"
"Cih! Tidur aja lo masih numpang di apart Aurora, belagak pengen traktir kita" ujar Eunchae, kembali membuat Senja di tertawakan teman-temannya.
"Udah, kasian tuh Senja, mukanya udah kaya orang frustasi gitu" Garam mencoba menghentikan kejahilan teman-temannya. Kasihan juga melihat Senja di jahili begitu. Padahal biasanya Senja yang menjahili mereka.
"Gue numpang di apart Aurora bukan berarti gue miskin ya. Kalian gak liat apa mobil gue? Itu mobil mahal" sombong Senja.
"Iyaya, yang sultan mah bebas" Chaewon menatap malas Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
L💚ve
FanfictionCinta Hanya dengan memilikinya di sisiku Tanpa kata, kehangatannya melelehkan hariku ~Love~