12. Good Parts

729 63 11
                                    

Enghhh

Senja mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Sudah benar-benar sadar, Senja memperhatikan ruangan di mana ia berada sekarang.

'Perasaan tadi gue di luar rumah Ara deh, kok tiba-tiba gue di sini?' batinnya.

Ketika hendak beranjak bangun, Senja di kagetkan dengan sosok di sebelahnya yang tampak sedang tertidur sambil menggenggam tangannya. Mendadak hatinya menghangat.

'Gue kira lo udah gak peduli sama gue lagi Ra?'

Ah, Senja menyukai pemandangan saat ini. Wajah cantik Aurora terpampang jelas di hadapannya. Senja tak ingin waktu cepat berlalu sekarang.

"Menikmati pemandangan, hm?"

Senja kaget Aurora tiba-tiba bangun.

"Dih ge'er, siapa juga yang ngeliatin lo" Senja membuang mukanya.

Aurora terkekeh, lalu beranjak duduk di ranjang, di samping Senja, lantas Senja pun bergeser untuk memberi ruang Aurora.

Tanpa peringatan lebih dulu, Aurora memeluk Senja dengan erat, bahkan wajahnya sudah ia tenggelamkan di ceruk lehernya.

"Jangan sakit lagi, gue gak suka lo sakit" ujarnya dengan nada lirih.

Senja membeku di tempat, tak tahu harus meresponnya seperti apa. Tapi dalam hati ia bersyukur Aurora sudah tak marah padanya. Dan menjadi Aurora seperti biasanya.

"Iya gue janji gak bakal sakit lagi, tapi lo juga harus janji gak bakal ninggalin gue lagi?"

ujarnya mengelus kepala Aurora di pelukannya.

Aurora menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Dan keduanya pun sibuk berpelukan hangat sampai tak menyadari keberadaan Winter di ambang pintu.

'Syukur mereka udah baikan' Winter berlalu pergi setelah menutup kembali pintunya. Ia menuju kamarnya kembali.

Masalah Aurora dan Senja sudah terselesaikan, kini Winter ingin masalahnya dengan Rain juga bisa terselesaikan dengan baik. Sudah cukup masalah tersebut berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian dari kedua belah pihak.

Winter ingin sedikit egois sekarang. Ia menginginkan Rain seutuhnya. Ia harus bisa menghilangkan trauma istrinya itu. Dengan begitu Rain bisa lepas dari bayang-bayang ketakutan yang selama ini terus menghantuinya.

Melihat sang istri sedang berbaring di ranjang, tanpa pikir panjang Winter melompat naik dan langsung memeluk sang istri. Tentu saja tindakannya itu membuat Rain terkejut. Di pikirannya, dari mana Winter memiliki keberanian seperti itu? Karena biasanya Winter lebih menjaga sikapnya, setiap tindakannya terkesan sangat hati-hati.

"Eenghhh Winhh" Rain merasakan lehernya basah.

"Winhhh"

"Biarin aku hilangin trauma kakak, please percaya sama aku dan jangan nolak aku lagi" ujar Winter di telinga Rain ketika tahu Rain akan mencoba menolaknya kembali dengan alasan seperti biasanya. Trauma.

Rain akhirnya mengangguk, walau masih ada keraguan di sana. Namun Rain percaya Winter dapat melakukannya.

Mendapat respon baik dari Rain, Winter tersenyum senang. Lalu ia kembali melancarkan aksinya.

Tangan Winter dengan hati-hati masuk ke dalam baju yang Rain pakai. Meraba perut, lalu perlahan naik ke buah dada Rain dan meremasnya lembut.

Perlakuan Winter tersebut berhasil membuat Rain terus mendesah.

L💚veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang