11. Friend?

515 48 17
                                    

Walau sudah di usir sekalipun Senja tetap bersikeras menunggu Aurora memaafkannya. Ia menunggu di depan rumah Winter. Aurora tak mengijinkannya untuk masuk. Alhasil Senja harus menunggu di luar.

Cuaca hari ini sedang tidak baik. Di luar tampak hujan mulai membasahi bumi. Ada kilatan petir juga.

Winter menatap iba Senja dari kaca jendela rumahnya. Ia sebenarnya hendak menyuruh Senja untuk masuk, namun Aurora tak mengijinkannya.

"Ra, kasian lo Senja di luar. Dia pasti kedinginan. Suruh masuk aja ya?"

"Udah biarin aja kak, nanti juga dia pergi sendiri" acuh Aurora yang duduk di kursi sofa dengan santai.

Winter menghela nafas, "Kalo ada masalah mending di omongin baik-baik, jangan kaya gini Ra? Kalian kan udah sama-sama dewasa, jangan kaya anak kecil" nasehat Winter lalu ikut bergabung dengan Aurora duduk di sampingnya.

"Kak Winter sama kak Rain juga gitu" ceplos Aurora membuat Winter terkejut dengan perkataannya.

"Masalah kita beda" ujarnya, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Bedanya apa? Sama-sama masalahkan? Kenapa gak di omongin baik-baik? Malah saling menghindar"

"Kamu gak ngerti masalahnya"

"Kakak gak pernah cerita, gimana aku bisa ngerti?" ucap Aurora menatap Winter.

"Asal kakak tau aja, alasan aku kembali itu bukan semata-mata aku kangen kalian, tapi berniat ingin ngerebut kakak dari kak Rain. Kakak tau kan kalo aku masih mencintai kakak?"

Ucapan Aurora berhasil membuat Winter terkejut setengah mati.

"Kalo kakak udah gak cinta lagi sama kak Rain, lebih baik lepasin dia, dan biarin dia bebas nentuin kehidupan yang dia mau. Daripada kalian tetep pertahanin pernikahan tanpa dasar saling cinta"

Winter menggeleng keras, "Kamu gak ngerti Ra. Ini bukan soal cinta"

"Lalu?"

Winter menghela nafasnya sejenak, "Kak Rain masih trauma sama masa lalunya, itu juga yang ngebuat kakak selalu jaga jarak sama dia, karena kakak gak mau buat traumanya kembali lagi"

"Kasian kak Rain" lanjutnya.

"Oh jadi karena itu juga kalian pisah kamar? Dan sampe sekarang kakak sama kak Rain belum juga di karuniai anak lagi?"

Winter mengangguk.

"Kenapa kakak bisa secinta itu sama kak Rain? Padahal dia gak sempurna kak? Kenapa kakak gak bisa suka sama aku?"

"Maafin kakak Ra, maaf kakak gak bisa bales perasaan kamu, kakak cuma nganggep kamu sebagai adik kakak gak lebih"

"Apa sih kelebihan kak Rain yang gak aku punya kak?"

"Kalian punya kelebihan masing-masing. Dan kakak gak bisa maksain perasaan kakak ke kamu. Sedari awal kakak memang udah jatuh cinta sama kak Rain, bahkan sebelum kakak ketemu kamu"

Nyess

Aurora merasa seperti ada belati yang menusuk dadanya. Sakit, sangat sakit.

Apa segitu sempurnanya Rain di mata Winter? Kenapa Winter tak pernah mau melepaskan Rain?

Apa in pertanda Aurora harus melepas Winter? Apakah ini akhir dari kisah cinta dalam diamnya?

Rupanya cinta Winter pada Rain tak pernah pudar meskipun keduanya sama-sama saling jaga jarak. Jarak tersebut ternyata tak membuat cinta mereka memudar, namun justru semakin memperjelasnya.

Aurora cukup salut dengan usaha kakak angkatnya dalam mempertahankan rumah tangganya itu. Selalu sabar mana kala trauma istrinya kambuh. Selalu memperdulikan Rain walau dari jauh dan menyayangi Pelangi walau bukan dari dagingnya sendiri.

L💚veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang