"Eomma..."
"Hemmz..."
"Kita akan kemana?."
"Ke rumah saudara eomma."
"Saudara? Apa seperti kwanie samchon dan embin samchon?."
"Nde..."Setelah Sinbi menghubunginya saat itu, butuh waktu sampai tiga tahun bagi Umji berani untuk pulang.
"Nanti saat disana, Jihan harus bagaimana?."
"Memperkenalkan diri."
"Seperti apa?."
"Naneun Hwang Ji Han imnida, umurku 7 tahun. Dan sudah masuk sekolah dasar. Aku putri dari Umji eomma yang cantik."Umji terkekeh mendengarnya, "Jangan menggoda eomma."
"Eomma memang sangat cantik seperti Jihan."******
"Bukankah seharusnya aku mewarnai rambutku jadi hitam?."tanya Sowon sedikit cemberut,
seiring bertambahnya usia, rambutnya sekarang sudah memutih. Syukur rambutnya tidak rontok, tapi tetap saja dia jadi merasa sangat tua. Berbeda dengan istrinya yang sampai sekarang masih terlihat muda. Padahal memang istrinya masih muda.
"Untuk apa? Menggaet wanita yang lebih muda?."sindir Sinbi
"Aniya!!. Aku hanya... aishh... lupakan saja."kesal Sowon dan pergi dari kamar merekaSinbi terkekeh melihat suaminya merajuk
"Oppa..."
Sinbi merangkul tangan suaminya dan kemudian mengelusnya pelan.
"Kamu masih sangat tampan meskipun rambutmu seperti ini."
"Jinjja?."Sinbi mengangguk antusias, "Saranghae."
"Nado..""Appa-eomma... berapa kali aku harus memperingkatkan kalian?. Jangan terlalu menempel."keluh si bungsu Ryujin, dia sudah muak melihat orangtuanya bermesraan
"Wae? Cemburu ya?."goda Sinbi
Sowon juga semakin memanasi dengan mencium puncak kepala istrinya"Appa..."rengek Ryujin merasa jijik, dia gadis remaja yang sangat anti dengan hal-hal yang berbau romantis
"Haraboji..."seru Heejin yang berlari masuk ke dalam rumah dan memeluk pinggang Sowon
Sowon balas memeluk Heejin, "Mana appa dan eomma?."tanyanya
"Dibelakang, mereka terlalu lelet."jawab Heejin"Heejin Manoban, kalau kau jatuh bagaimana? Luka dilututmu belum sembuh, astaga."
Suara Eunha yang mengomel terdengar di kejauhan
"Bogoshipo Haraboji..."Heejin tak peduli dengan omelan ibunya
Sowon tersenyum. "Nado..."balasnya
"Heejinie hanya rindu pada haraboji, lalu bagaimana dengan halmoni?."tanya Sinbi dengan nada yang dibuat-buat merajuk
"Anni... nado bogoshipo."
Heejin melepaskan pelukan Sowon, lalu memeluk Sinbi.
"Heejin terluka lagi?."tanya Sinbi, dia mendengar omelan Eunha tadi
"Aku hanya jatuh dari sepeda. Lututku berdarah. Eomma bilang itu karena lututku berciuman dengan aspal."jelas Heejin
"Kita obati lagi, bagaimana bisa kau ceroboh?."
"Katanya kalau belum jatuh, aku tidak akan bisa naek sepeda."Sinbi membawa cucu-nya ke halaman belakang dan menghiraukan yang lainnya. Sowon juga mengikutinya
"Tahta tertinggi yang tak terkalahkan."gumam Ryujin sambil melihat keponakannya seperti musuh
"Wae... jangan menjaili anakku. Dia selalu menangis karena ulahmu."tegur Eunha
"Aniya eonni."bantah Ryujin, padahal otaknya sudah menyiapkan berbagai macam hal"Sayang, Ryujin sedang menyusun rencana. Lihat alisnya.."seru Lim
"Aniyo... yahh, alisku ini turunan. Jangan seenaknya saja begitu, hyungbu!."balas Ryujin