"Tahan sebentar..."ujar Umji sambil mengobati lutut Jihan yang terluka
"Apa mereka sering menjahili Jihan?."
"Aniyo..."
"Jawab yang jujur."Yuju melihat saja di kejauhan, takut Umji memarahinya juga.
"Mereka hanya usil, karena Jihan masih anak baru."
"Besok eomma akan menegur mereka.""Tidak usah."
"Kenapa?."
"Jihan tidak mau, nanti mereka semakin memusuhi Jihan. Nanti Jihan disebut pengadu.""Jihan tidak mengadu. Mereka yang ketahuan oleh eomma."
"Jihan tidak apa-apa. Jihan janji akan melawan, eomma tidak usah ke sekolah."
"Tapi kalau mereka nakal lagi, laporkan pada eomma."
"Yagso?."pinta Umji sambil menunjukan jari kelingkingnya
"Ne... yagso..."balas Jihan sambil mengaitkan jari kelingkinhnya pada jari Umji, walaupun dia terpaksa melakukannya******
"Yubin-ah, Anak nakal itu pergi lagi? Sebenarnya kemana dia?."tanya Eunha saat mendapati ruangan adiknya kosong
"Sebenarnya aku ingin memberitahumu sejak kemarin. Tapi janji jangan marah. Yuju hanya sedang penasaran, dan tidak bisa melepaskan obsesinya."
"Maksudmu?."
"Dia memata-matai Umji beberapa kali, dan tadi pagi, dia bilang akan mendekatinya lagi."
"Mwo?."
"Katanya dia sudah dapat lampu hijau dari ibu kalian."
"Jinjja?."
"Ne... tapi Eunha. Apa kau pikir yang dilakukan Yuju itu karena cinta?."
"Nan molla."
"Bagaimana kalau Umji sudah tidak tertarik padanya?."
"Entahlah... semoga dia lebih dewasa lagi menyikapinya. Kami seumuran tapi dia masih saja kekanakan sampai sekarang."
******
"Sinbi-ya, kamu serius memberi mereka restu?."
"Kalau memang mereka berjodoh, mau bagaimana lagi?. Kita tidak mungkin hidup terpisah lagi. Oppa."
"Majja... Mereka mungkin bisa hidup tanpa kita, tapi kita tidak akan bisa hidup tanpa anak-anak."Semenjak Sowon pensiun, mereka lebih banyak berduaan di rumah. Bersantai di halaman belakang dengan pemandangan taman kecil yang Sinbi rawat.
"Saat itu aku emosi dan ingin mereka berpisah karena Yuju banyak mempermainkan wanita. Umji juga membodohi pria setulus Ungjae. Mereka bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Aku tidak bisa membenarkan hal itu hanya karena alasan mereka saling mencintai. Tapi setelah mereka pergi, aku sangat merindukan mereka."
******
"Kenapa eomma dan oppa diam-diaman terus?. Sedang marahan ya?."tanya Jihan
"Aniyo, eomma hanya sedang fokus melihat Jihan belajar."bantah Umji
"Kalian tidak lapar, bagaimana kalau kita makan di luar?."ajak Yuju mengalihkan pembicaraan
Jihan langsung menatap pada Umji, "Boleh ya eomma?."pintanya
Umji menghela nafasnya perlahan, dia tidak bisa menolak putrinya. Tapi dia juga sedang malas bersama Yuju.
"Atau kita pesan saja?."tawar Yuju cepat, dia kira Umji menolak
"Tapi aku belum pernah makan di luar, semenjak pindah kesini."kecewa JihanUmji tidak bisa melihat Jihan kecewa, jadi akhirnya dia setuju. "Arraso, ambil jaket Jihan di kamar dan kita pergi."
"Nde eomma, gomawo."