chapter 8 : perkara cupang

114 16 0
                                    


Short cp ygy☺

Silau matahari yang menyelinap dari tirai jendela membuat Genna terjaga. Antara harus bahagia atau marah. Pagi ini Genna bangun bukan dikamarnya dan di dekapan seorang pria.

Tapi kapan lagi dipeluk cogan ya kan? Genna mendongak, menatap wajah Alan yang masih terlelap, begitu tenang dan damai.

"Ini gimana lepasnya sih?"

Tubuh besar Alan menguncinya.

"Mana berat lagi!" Rutuk gadis itu.

Setelah berhasil lolos ia turun dari ranjang dan membuka tirai gorden, setelah itu mencepol rambutnya sebelum turun memasak. Saat membuka pintu ia bertemu Laska yang juga baru bangun tidur.

"Lho Genna! Lo tidur sama Alan? Ngapain aja semalam?" Introgasi Laska.

Mampus. Tidak mungkin jawab iya, bisa beda ceritanya. Laska bertanya karena Genna keluar pagi-pagi buta dari kamar adiknya. Apa lagi yang keduanya lakukan jika tidak tidur bersama? Tunggu apa Alan baru unboxing?

"Ini kak.... Anu... Genna baru bangunin kak Alan!" Ujarnya berbohong.

"Sepagi ini?" Tanya Laska tak yakin.

"I-iya" Jawab Genna singkat.

Laska mengagguk lalu turun sementara Genna menghela napas lega.

"Hampir celaka, mampus gue" Gumam Genna.

Genna ikut turun ke dapur bergabung bersama para pelayan lain di dapur belakang bukan dapur utama. Ia tak suka memasak seorang diri. Disini ramai dimana para chef menjadikan rumah layaknya restoran mewah.

Ingat tak hanya Genna dan keluarganya yang tinggal disini ada dua puluh pelayan lima keamanan dan dua sopir pribadi. Di sini mereka sering berkumpul, memasak untuk majikan dan sesama juga bertukar cerita.

"Pagi Riska, pagi mba Mer!" Sapa Genna pada Riska dan ibunya Merida.

"pagi non!" Balas keduanya.

Genna mulai memasak sarapan dengan sedikit candaan daei sang kepala pelayan. Riska menyikut lengan Genna.

"Mba habis diapain tuan semalam?" Tanya Riska berbisik.

"Ha? Maksudnya?" Tanya Genna.

"Itu hmm... Bibir mba, terus leher... Ada cupangnya?" Cicit Riska gugup.

"Apa?" Heboh Genna.

Ia segera memegang lehernya, bekas gigitan Alan.

"Mba abis ehm ya sama tuan?"

"Pala lo! Sembarangan, kagak!" Sanggah Genna.

"Lah itu buktinya!" Timpal Riska.

Genna tak membalas lagi dan lanjut memasak dengan tergesa. Setelahnya ia kembali ke atas untuk membangun -kan Alan, menyiapkan perlengkapan- nya. Lalu bersiap-siap untuk sekolah.

Setelah beres mandi dan tampil rapi dalam balutan seragan sekolahnya, Genna menata penampilan di depan cermin.

Alan masuk ke kamar Genna setelah selesai mandi dan tampil rapi. Gadis yang cepat tanggap itu menghampiri Alan dan membantunya merapikan kerah kemeja juga melipat lengan pakaian Alan.

Tatapan Alan jatuh pada leher Genna, dimana terdapat bercak merah keunguan.

"Leher lo kenapa? Siapa yang berani nyentuh lo?" Tanyanya dingin.

Genna menutupi bekas ciuman itu dengan tangannya.

"Bibir lo juga, lo nyipok siapa?"

Genna kikuk, kok malah lupa sih?

"Siapa yang berani nyentuh lo? Itu bekas siapa hah?!" Bentak Alan.

Alan melangkah mendekat, menyudut -kan dan memojokkan Genna. Ia greget sendiri karena Alan si pelaku malah lupa akan kebejatannya.

"Jawab gue Genna!!"

"Bekas lo tolol! Sialan emang, lo nyipok gue waktu mabok semalam! Kenapa belagak lupa bangsat!" Maki Genna lantang.

Wajah Genna sudah semerah tomat. Bagaimana mungkin Alan lupa kebejatannya? Yang dituding malah hening. Terdiam saat ingatan semalam berputar di kepalanya.

Shit. Apa yang ia lakukan? Mengapa sampai lupa akan momen itu sih? Alan menatap Genna dengan watados nya.

"Hehe.. Gue lupa! Sorry, lain kali janji deh gak bakal lupa kalo ninggalin bekas!" Ujarnya santai.

"Sijingan emang! Sinting!" Hujat Genna.

"Mu cipok ulang gak? Yang ini gak akan lupa seribu persen!"

"KAK ALAAN!!" teriak Genna kesal.

~~~

Yuhu.... Alanders...

Vote donk! Please💜💜💜

Tinggalkan jejak. Jadilah eeaders yang bijak dengan dukungan pada author

Spam next yorobun

Tuan meresahkan <Alan>🖤





Genna cantik 💜



Ms. Smart Selena

Mas ganteng Laska

Heart GrafterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang