Chapter 2

160 19 0
                                        

Happy Reading Alanders....





Malam sudah larut dan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Genna sedang duduk ditepi ranjang sambil membaca buku pelajaran dan berusaha mengerjakan beberapa soal latihan.

Hari ini Alan memiliki jadwal kelas malam dan Genna harus menunggunya pulang. Hidupnya benar-benar bergantung pada Alan, Genna tak boleh tidur sebelum Alan menyuruhnya, tak boleh makan selain bersamanya, dan banyak peraturan lain yang cowok itu tetapkan.

Genna menghela napas lalu menutup bukunya dan beranjak untuk pergi ke kamar Alan. Ia pergi menuju walk in closet untuk menyelesaikan tumpukan pakaian bersih yang harus disetrika. Gadis itu meletakkan pakaian seperti kemeja di gantungan dan mulai menyetrikanya satu persatu. Sedangkan baju kaos ia lipat rapi dan menyusunnya sesuai warna lalu memasukkannya kedalam lemari. Setelah menyelesaikan tugasnya selama satu jam penuh, Genna kembali ke kamarnya dan melanjutkan belajar.

Genna melirik jam dinding yang kini telah menunjukkan pukul satu dini hari. Kemana perginya cowok sialan itu? Benar-benar merepotkan. Beberapa saat kemudian pintu kamarnya terbuka, Alan masuk dengan langkah terhuyung. Genna bangkit untuk melihat apa yang terjadi.

"Kak, lo ma-"

Belum selesai Genna bertanya Alan sudah menimpa Genna dengan tubuh besarnya yang membuat gadis itu kehilangan keseimbangan hingga keduanya mendarat di kasur dengan posisi Alan yang menindih Genna.

"Eh! Kak Alan apaan sih!!" Rutuk Genna.

Beberapa saat kemudian, Alan merasakan mual dan langsung berlari ke kamar mandi disisa kesadarannya untuk memuntahkan alkohol. Genna ikut berlari menghampiri, ia menghela napas melihat Alan yang mabuk berat. Mau tak mau Genna memijat punggung Alan untuk membantunya memuntahkan isi perutnya.

Setelah itu, ia memapah tubuh besar kakaknya dengan kesulitan dan menghempaskannya di kasur. Genna melepaskan sepatu juga kaus kaki cowok itu. Lalu menaikkan kaki Alan agar tubuhnya terbaring sempurna diatas ranjang.

"Genna! Pijitin kepala gue, sakit!" Suruh Alan tanpa membuka mata.

Genna menghela napas berat.

"Bisa gak sih sehari aja, kak Alan gak nyuruh Genna?! Gak nyusahin Genna?! Enaknya di racun biar mampus!!" Rutuknya kesal.

Alan masih bisa mendengar itu. Ia mengangkat kaki kanannya untuk menunjuk Genna.

"Apa lo bilang? Gue tendang dari rumah biar tahu rasa lo!!" Ancam Alan.

"Iya kak Alan, iya. Genna nurut kok!" Sahut Genna malas.

Ia ikut naik ke ranjang dan memposisikan kepala Alan di pangkuannya lalu mulai memijat kepala kakaknya lembut. Sentuhan lembut Genna membuat Alan sedikit menjadi lebih tenang dan membuatnya tertidur.

"Kak Alan kenapa mabuk sih?!" Sungut Genna kesal.

"Rewel!" Hujat Alan pelan.

Baiklah, sekarang tugasnya hanya harus diam. Beberapa saat kemudian cowok itu benar-benar terlelap. Genna kembali menghela napas, jika sudah seperti ini kapan ia akan tidur? Ia meraih bukunya dan memilih untuk kembali belajar walau sebenarnya ia tak paham betul akan apa yang ia baca. Alan dan Laska terlahir dengan otak cerdas mereka, bahkan Laska menyelesaikan kuliahnya dalam waktu singkat dan prediket cumlaude. Sekarang pria itu bekerja sebagai CEO dan penerus perusahaan ayahnya. Berbeda dengan Genna yang memiliki kecerdasan yang bisa dibilang pas-pasan.

Ia selalu gagal dalam pelajaran matematika dan belum pernah meraih prestasi apapun seumur hidupnya. Helaan napas panjang terdengar.

"Kenapa kak Alan gak ijinin Genna buat ikut les? Kenapa Genna gak boleh belajar?" Gumamnya pelan.

Heart GrafterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang