chapter 11 : persegi

64 8 2
                                    

Alan keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri, rasanya begitu segar saat air mengguyur tubuhnya tadi. Setelah berganti pakaian ia duduk di tepi ranjang dan mendapati nampan berisi sepiring nasi goreng dan segelas air putih.

Alan juga mendapati notes dengan tulisan 'dari kepala pelayan' di sana. Alan tersenyum kecil, padahal jelas sekali ini tulisan tangan Genna, ia menyuap sesendok nasi itu dan benar saja ini memang masakan Genna.

"Lucu banget sih?" Gumamnya.

Sekesal apa pun gadis itu padanya, Genna tidak akan pernah meninggalkan Alan, tidak akan mengabaikan tugas terlebih membuatnya lapar.

Gadis yang baik.

Cowok itu segera menyantap habis makanan itu karena perutnya keroncongan. Alan kenal betul rasa masakan Genna yang memang pas di lidahnya, baginya tak ada yang dapat menandingi rasa masakan Genna yang merupakan kesukaannya termasuk masakan Melissa.

~~~

Genna menyelinap masuk ke kamar Alan saat cowok itu sudah terlelap. Ia duduk di tepi ranjang lalu menggeser nampan berisi makanan yang sudah tak tersisa itu dari nakas untuk meletakkan mangkuk berisi es batu dan juga handuk kecil.

Ia mengompres sudut bibir Alan yang terluka akibat bogeman Laska lalu mengoleskan salap di sana. Aneh, Alan memang menyakitinya, namun entah apa yang membuatnya ingin bertahan dan dan tak ingin pergi dari cowok sialan yang satu ini. Dulu, Genna memang ingin melarikan diri, dan belakangan ini ia ingin bertahan.

Gadis itu menatap wajah Alan lama, dan tanpa sadar tangannya naik untuk menyentuh wajah itu. Ia tersenyum konyol.

"Kenapa gue harus bertahan buat orang kayak lo?! Lo Brengsek sialan!" Ucapnya rendah.

~~~

Suasana sarapan pagi ini terasa sangat canggung dan kaku. Pasalnya terjadi perang dingin antara Laska dan juga adiknya, Alan. Genna seakan menjadi saksi pertempuran non fisik itu.

"Genna lo berangkat sama gue" ujar Laska.

"Gak, harus sama gue!" sela Alan cepat.

"Emang lo bisa jamin gak nyakitin dia lagi?" tanya Laska skeptis.

"itu hak gue karena dia punya gue!"

"Emangnya dia barang apa?" sinis Laska.

Genna menatap dua lelaki di hadapannya dengan wajah dongkol. Terutama Alan, merusak mood sarapannya saja.

"Dia hadiah ulang tahun gue!" tegas Alan.

"Hadiah ulang tahun mbahmu! Pokoknya Genna berangkat sama gue!" kekeh laska.

"Lo gak berhak!" sanggah Alan.

"Gak, gue sangat berhak!" sahut Laska.

"Genna berangkat sendiri!" Sela gadis itu tiba-tiba.

Ia langsung bangkit dan meninggalkan meja makan, dua cowok itu berusaha mengejar. Laska mencekal tangan Genna saat sudah di gerbang. Alan menyusul langkah kakaknya.

"Genna. berangkat sama kakak!" tegas laska.

"Gak, sama gue!" sela Alan.

"Kenapa berantem sih?" kesal Genna.

pada saat yang sama, sebuah motor sport berhenti di depan gerbang tempat ketiga orang itu mendebatkan sesuatu. Di hadapan Genna tepatnya.

"Naik Gen!" ujar Bara.

Bak mendapat pertolongan Genna langsung naik ke motor Bara tanpa bantahan dan keduanya pergi meninggalkan kakak beradik yang terdiam itu.

"Genna duluan, bye!" ledeknya sambil memelet kan lidahnya ke arah Alan dan Laska.

Heart GrafterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang