chapter 6 : Maid

100 16 1
                                    

Hi Alanders... I am back..

Part babunya Genna nih

Hari libur dengan tumpukan pekerjaan kembali. Genna harus bekerja ekstra bukannya beristirahat. Padahal ia sudah mencuci pakaian Alan dua hari sekali namun tetap saja ada tumpukan pakaian yang menggunung di akhir pekan.

Genna membawa pakaian kotor dalam keranjang itu dengan hati-hati saat menuruni tangga.

BRUKK

Ia tersandung kaki seseorang dan terjatuh, membuat semua pakaian itu berantakan. Alan pelakunya, ia tersenyum miring setelang menghadang kaki Genna dan membuatnya tersungkur.

Gadis itu meringis lalu bangkit dan memungut satu persatu pakaian kedalam keranjang. Akhir pekan adalah hari paling menyebalkan sekaligus sial bagi Genna. Pasalnya Alan akan mengerjainya habis-habisan dan akan berhenti jika dua hal terjadi. Pertama, karena Genna menangis. Kedua, saat kehabisan akal dan lelah karena Genna yang enggan menyerah.

Genna tak akan pernah menangis karena Alan, Tidak akan pernah. Karena saat ia terluka karena cowok itu, Alan akan merasa bangga dan bahagia. Dasar Sinting! Begitu pikir Genna. Dengan wajah datar ia melangkah pergi meninggalkan Alan.

Gadis itu memasuki ruang penatu dengan kekesalan yang membuncah, Genna menghela napas.

"Genna sabar!" Ujarnya menenangkan diri.

Setelah memasukkan seluruh pakaian  kakaknya kedalam mesin cuci, Genna malah tidak dapat menemukan detergen khusus milik sang kakak.

Ia menerawang keseluruh sudut ruangan dan menemukan benda itu di rak teratas. Alan pasti sengaja memindahkannya. Genna menggeser tangga dan menaikinya untuk mendapatkan benda itu. Namun, lengan pendeknya tak menjangkau. Ia berjinjit dan melompat kecil.

Dapat. Naas, kakinya salah berpijak.

"Aaaa!!!"

BRUKK

Ia terjatuh namun tubuhnya tak membentur kerasnya lantai marmer melainkan tubuh Alan. Untuk sepersekian detik waktu seakan terhenti kala wajahnya dan cowok itu hanya berjarak beberapa senti. Genna memejamkan mata.

TUKK

"Akh..." Ia meringis saat botol detergen menghantam kepalanya.

Genna menyadarkan diri dengan menggelengkan kepalanya karena pusing.

"Turun bego! Lo berat tau gak?" Sengit Alan.

"Salah sendiri juga!" Sewot Genna lalu menyingkir dari tubuh Alan.

Cowok itu bangkit.

"Akh... Encok semua badan gue!" Ujarnya.

"Mampus, karma kan kerjain Genna!" Ledek Genna lalu menjulurkan lidahnya.

Alan menatap Genna tajam lalu pergi dari tempat itu. Seyum kemenangan tercetak diwajah cantik Genna, kalau sudah seperti ini Alan akan berhenti. Ia mengangkat bahunya acuh dan melanjutkan pekerjaan.

Satu setengah jam kemudian Genna selesai menjemur pakaian tuan siAlannya itu. Etss... Bebannya belum kelar bestie. Genna kembali kedalam untuk membersihkan kamar kakaknya. Setelah menyalakan robot vacumnya ia memungut buku-buku yang tercecer di lantai. Ranjang juga meja.

Tuan sialan itu memang hebat. Dengan teganya membiarkan Genna membersihkan kamar yang amat luas ini seorang diri. Ia menata buku-buku itu di ruang baca, gadis itu cukup hapal tata letak semua benda diruang ini. Setelahnya Genna mematikan robot vacum dan beralih mengepel lantai. Gadis itu selesai setengah jam kemudian.

Heart GrafterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang