chapter 1

169 18 0
                                        

Suara jam weker yang berdering menarik paksa seorang gadis dari mimpi indahnya, ketika sadar ia langsung bangkit dan merapikan tempat tidurnya lalu masuk ke kamar mandi. Setelah lima belas menit ia keluar dan langsung turun setelah menyiapkan alat-alat sekolahnya.

Genna ikut bergabung didapur bersama para pelayan lain yang sedang memasak. Gadis itu mulai menyiapkan seporsi sarapan khusus berupa sandwich dan segelas susu yang memang sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Ia menyajikan menu sarapan itu diatas meja, saat akan kembali keatas Melissa memanggilnya.

"Genna kamu udah selesai?" Tanya wanita itu lembut.

Genna berbalik dan menoleh, ia tersenyum lalu menghambur kepelukan Melissa.

"Udah bunda! Bunda, makasih udah nerima Genna disini. Genna sayang bunda!" Ujarnya dan langsung pergi setelah itu.

Melissa tersenyum, ia tak pernah menyesal telah membawa Genna dalam hidupnya. Sikapnya yang baik dan perhatian membuat Melissa bahagia. Genna menapaki puluhan anak tangga menuju sebuah kamar besar disisi kamarnya.

Ia membuka kenop pintu dan melangkah memasuki ruangan yang gelap itu lalu membuka tirai gorden. Genna segera membangunkan seseorang yang tidur diranjang kingsize dengan pulasnya.

"Kak! Kak Alan.... Bangun kak!" Serunya lembut.

"Hmm" Lenguhnya tanpa membuka mata.

"Kak Alan! Kak Alan bangun! Ntar kakak telat, kena detensi nyalahin Genna lagi! Kak, bangun!!" Serunya tegas.

"Hmm"

"Kak Alan bangun! Atau Genna siram pake air!!" Teriaknya.

"Bawel deh lo!" Rutuk Alan saat membuka matanya.

Cowok itu beranjak dari tempat tidurnya. Ia menjintak jidat Genna karena kesal.

"Cerewet!!" Hujatnya.

Bukannya menurut atau takut, Genna malah menjulurkan lidahnya untuk mengejek cowok sialan itu. Setelah Alan masuk ke kamar mandi, Genna segera merapikan ranjang kingsize itu lalu pergi menuju walk in closet untuk menyiapkan pakaian Alan, mulai dari baju, celana, jam dan sepatu.

Genna membawa barang-barang itu sekaligus lalu menatanya ditepi ranjang, tak lupa ia kembali mengecek jadwal kuliah Alan dan perlengkapan tasnya. Setelah semua selesai, Genna keluar dari kamar cowok itu dan masuk ke kamarnya. Ia mengambil tas sekolah lalu turun untuk sarapan setelah memakai sepatunya.

"Pagi Ayah, Bunda!" Sapanya ramah.

"Pagi sayang!" Balas Melissa hangat.

"Gimana ulangan kamu?" Tanya Sam.

Genna menghela napas.

"Math anjlok ayah, english juga!" Sahutnya kecewa.

"Pagi bunda, ayah!" Sapa Laska yang juga baru turun.

"Pagi cantik!" Sapa Laska pada Genna.

"Pagi kak!" Balas Genna lembut.

Keduanya menarik kursi dan bergabung di meja makan.

"Genna ikutan les aja gimana? Ayah bayarin deh berapapun!" Tawar Sam pada putrinya.

"Gak bisa Ayah! Alan gak setuju!" Sela Alan yang muncul tiba-tiba.

Cowok itu melangkah dan bergabung di meja yang sama.

"Tapi Lan, kasian Genna nya, dia kan juga harus belajar di tempat yang berkualitas!" Ujar Melissa.

"Bunda, Genna punya Alan. Jadi Alan yang berhak nentuin dan Alan gak setuju, itu artinya mau gak mau Genna harus nurut!" Jelasnya datar.

Genna menatap ayah dan ibunya dengan senyum tak percaya, ia mengangkat bahunya acuh. Alan melahap potongan-potongan sandwich buatan Genna sementara yang lainnya menyantap masakan para pelayan.

Semenjak Genna dapat memasak, Alan tak pernah memakan masakan buatan selain milik gadis itu. Bahkan ia tak pernah makan di restoran. Genna tak pernah lepas dari Alan, ia selalu menyiapkan pakaian, sarapan, menghafal jadwal yang merupakan kewajiban, bahkan mencuci dan menyetrika pakaian-pakaiannya. Membersihkan kamar mandi, merapikan kamar, bahkan hal terkecil sekalipun Genna yang melakukannya.

Itu semua karena Alan mengatakan bahwa Genna adalah 'hadiah ulang tahunnya' dan ia adalah 'milik Alan' segala hal tentang Genna berurusan dengan Alan dan harus berdasarkan persetujuannya.

Alan memperbudak Genna sejak gadis itu berusia lima tahun dengan menyuruhnya untuk melakukan hal kecil dan bertahap. Semakin bertambah usia Genna semakin banyak pula hal yang ia lakukan untuk Alan.

Alan semakin menjadi dan tanpa ampun saat ia mengetahui asal usul Genna yang merupakan anak dari orang ketiga dalam pernikahan ayah dan ibunya. Alan tak sengaja mendengar perdebatan orang tuanya yang membahas Genna dan juga ibu kandungnya. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk membuat Genna kesulitan dengan segala hal. Lagi pula ia kesal pada gadis itu karena Laska sang kakak jauh lebih menyayanginya daripada Alan sendiri.

Alan selesai dengan sarapannya dan langsung bangkit, Genna mengikuti kakaknya karena mereka berangkat bersama.

"Ayah, bunda Alan berangkat dulu!" Pamitnya sopan.

" Genna juga berangkat ya Bunda! Ayah! " pamit Genna setelahnya.

"Hati-hati dijalan, belajar yang benar!" Ujar Melissa lembut.

Keduanya melangkah keluar rumah, di pintu Alan menghentikan langkah karena tali sepatunya yang terlepas. Genna yang cepat tanggap langsung mengikatkannya. Berada diposisi Genna, harus benar-benar cepat tanggap. Karena jika tidak, Alan akan meninggalkannya.

Di mobil, tak ada percakapan yang terjadi. Genna hanya diam dan menunduk dalam . Hal yang merupakan kebiasaan saat ia bersama Alan. Mobil sport mewah itu berhenti didepan gerbang sekolah Genna. Ia melepaskan jepit rambut yang menguncir rambutnya dan membiarkan rambut lurus sepunggung itu tergerai.

"Makasih kak!" Ucapnya pada Alan dan langsung turun dari mobil.

~~~

Hftt...
Hai alanders jangan lupa vote dan tinggalkan jejak.

Heart GrafterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang