Sebab - Akibat

133 14 0
                                    

Pagi ini berlangsung seperti biasa.

Surya sedang duduk di bangkunya, mengerjakan soal latihan untuk persiapan olimpiade. Indra dan Fero yang bangkunya tepat di depan Surya sedang fokus dengan dunianya sendiri. Indra menggambar sesuatu di buku gambarnya, sedangkan Fero menonton video memasak di Youtube.

Di depan meja kedua cowok itu, bangku Karin dan Resti masih kosong. Hanya ada ransel mereka di sana karena para pemiliknya sedang pergi ke kantin untuk membeli minum. Luna dan Sella yang bangkunya berada paling depan samar-samar terdengar sedang membicarakan sesuatu.

Bintang baru saja datang. Cowok itu melewati teman-temannya tanpa melemparkan sapaan seperti biasanya. Surya menoleh, melihat Bintang menjatuhkan tubuhnya di kursi, lalu meletakkan kepalanya di meja yang beralaskan tas ransel.

"Kenapa lo?" tanya Surya heran.

Biasanya kalau Bintang datang, dia akan menyapa teman-temannya dari depan hingga belakang. Tapi hari ini berbeda. Tiba-tiba cowok itu sudah berada di bangkunya, seakan tidak punya tenaga untuk menyapa.

"Gak enak badan. Demam." ucap Bintang enggan. Wajah putih bersihnya terlihat memerah. Mungkin karena panas di tubuhnya.

"Gue tidur dulu, efek obat nih jadi ngantuk." Pamit cowok itu lalu mulai memejamkan matanya.

Sikap teman sebangkunya yang seperti ini membuat Surya merasa iba. Ia memutuskan untuk tidak berkomentar, memilih kembali fokus pada soal latihan tadi.

"Bin, Bintang!"

Seruan Karin membuat Surya mendongak. Tanpa suara ia memberikan isyarat kepada pacarnya kalau Bintang sedang tidur.

Karin melemparkan pandangan heran. Cewek itu baru saja masuk ke dalam kelas dan langsung menghampiri bangku belakang. Ia mengamati teman sebangku kekasihnya yang sudah tertidur pulas.

"Dia kenapa?" tanya Karin dengan berbisik.

"Tadi bilangnya demam," jawab Surya tak kalah pelan.

Mereka berdua kembali memperhatikan Bintang yang sama sekali tidak terganggu dengan perbincangan mereka.

Keduanya melempar pandang sejenak, merasa iba dengan temannya yang sedang sakit.

"Emm, tangan kamu..."

Karin menghentikan kalimatnya, takut didengar yang lain.

Surya yang mengerti langsung menunjukkan punggung tangan kirinya ke arah Karin, lalu menggerak-gerakkan jarinya.

"Udah mulai sembuh." Lapor cowok itu kemudian.

Karin yang menyaksikannya langsung tersenyum lega, ia mengangguk senang lantas kembali ke tempat duduknya yang ada di depan.

***

"Nah, gini dong. Perhatian sama gebetan!"

Sella tidak menggubris ucapan Luna yang menjajari langkahnya. Ia berjalan lebih cepat, membawa sebungkus kompres dalam kemasan yang ia beli di toko dekat sekolah.

Untung tadi pak satpam mengizinkannya keluar sebentar. Jarang-jarang sebenarnya, karena biasanya pak satpam melarang para murid untuk keluar gerbang sebelum bel pulang berbunyi.

EphimeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang