Sisi Lain

158 18 0
                                    

Gadis berbandana biru itu berjalan dengan malas ketika keluar dari kelas. Menjadi murid terakhir yang meninggalkan ruangan membuatnya tak lupa harus menutup pintu kelasnya dari arah luar.

Ada hal yang mengganjal di pikiran Karin saat ini. Itulah mengapa ia melangkahkan kakinya dengan pelan, mencoba mencari solusi dari apa yang tengah membuatnya merasa tak nyaman.

Melihat Sella dan Surya berjalan bersama dalam satu payung tadi membuatnya gelisah. Ia takut jika keduanya sedang menjalin hubungan istimewa.

Untuk yang kesekian kalinya gadis itu mengembuskan napas panjang, lalu mengalihkan pandangannya ke luar gedung, mengamati langit biru yang dipenuhi awan putih bersih. Cuaca sore ini cerah dan berawan. Tidak seperti tadi siang yang mendung dan turun hujan.

Kini ia memutuskan untuk mempercepat langkahnya saat menyusuri jalan bersemen yang akan membawanya ke gedung utama. Ia hanya perlu melewati lorong yang ada di gedung utama itu, lalu melewati lapangan upacara agar bisa menuju gerbang depan.

Saat melewati lorong, Karin menyempatkan diri untuk mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Raut wajah kecewa terlihat jelas di wajah cantiknya saat membaca pesan bahwa kakaknya akan terlambat menjemput.

Karin bergegas mengetik balasan,  tetap melangkah namun pandangannya fokus ke arah ponsel.

"Dari mana?"

Refleks ia mendongak. Matanya membulat sesaat ketika melihat cowok yang sedang berada di pikirannya kini sudah berdiri tak jauh darinya.

Ia menoleh ke sekitar dan tidak menemukan siapa-siapa selain mereka berdua.

"Dari kelas. Ini mau ke halte depan," jawab gadis itu apa adanya.

Dilihatnya cowok itu mengangguk singkat, lalu melanjutkan langkahnya.

Karin perlahan membalikkan badan, mengamati punggung Surya yang menjauh dengan perasaan tak menentu. Ia memejamkan matanya sejenak, dan ketika matanya kembali terbuka, gadis itu langsung berseru, "Surya, tunggu!"

Merasa ada yang memanggil namanya, cowok itu lantas berhenti dan berbalik.

Karin refleks menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Ia sama sekali tak menyangka jika apa yang terlintas di pikirannya langsung mendapat respon cepat dari bagian tubuh lainnya.

Ditatapnya cowok jangkung itu dengan ragu. Keraguannya berubah menjadi kepanikan saat melihat Surya berjalan mendekat dan berhenti dengan jarak satu langkah di depannya. Cowok itu sedikit memiringkan kepalanya, melemparkan tatapan bertanya.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Surya dengan intonasi lembut.

Pertanyaan itu malah membuat Karin semakin panik, karena dipandangi Surya seperti ini, jantungnya jadi berdebar aneh.

Tapi ia harus jujur, kan? Bagaimanapun, itu adalah prinsip hidupnya.

Akhirnya Karin menurunkan kedua telapak tangan yang tadi ia gunakan untuk menutup mulut, mengambil napas sejenak.

"Gue suka sama lo." Kata Karin dengan nada serius.

Ia mengamati wajah Surya yang sama sekali tidak terkejut mendengar apa yang baru saja ia katakan. Cowok itu malah menegakkan kepala dan mengangguk.

EphimeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang