Adopsi (4)

5 2 0
                                    

ℍ𝕒𝕚 𝕘𝕦𝕪𝕤 𝕜𝕒𝕝𝕠 𝕒𝕕𝕒 𝕥𝕪𝕡𝕠 𝕥𝕠𝕝𝕠𝕟𝕘 𝕕𝕚 𝕥𝕒𝕟𝕕𝕒𝕚 𝕪𝕒!!!

[ ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ ᴛɪᴍᴇ ]


Nanon bangun di pagi hari, lalu ia terkejut ketika televisi menyala dengan volume yang mencengangkan telinga, hingga anak anaknya bangun dari tidur dan merengek.
Ya Nanon lupa untuk mematikan TV saat kejadian mati lampu yang tiba tiba, padahal mereka sedang nonton jadilah pagi ini pagi yang sangat merepotkan.
Ohm menggendong Chimon yang menangis kencang karena terkejut, sedangkan Nanon menggendong Nong Love, yang masih sesenggukan juga karena takut.

"Sayang maaf, aku lupa matiin tv nya waktu itu, maaf bikin kamu sama anak anak kebangun pagi pagi banget." Ucap Nanon, merasa bersalah. Karena pagi ini Ohm terlihat sangat lelah.

"Tidak apa sayang, aku hanya terkejut saja. Ayok turun kita harus menenangkan mereka."ajak Ohm, kalau keduanya turun menuju lantai dasar.

.
.
.

" Maaf untuk hasil tes ini pak, mungkin untuk menghilangkan keraguan dan merasa buruk, juga menyesal dalam diri nyonya, nyonya harus mengadopsi anak, kalian bisa mencoba memilih sesuai umur yang kalian inginkan, anggap saja sebagai pemancing lagi, dan ini saran yang tebaik yang telah kami simpulkan." Jelas psikiater yang selama ini menangani Nanon saat dirinya depresi.

"Non, kamu setuju kalo kita adopsi anak? Jika kamu setuju sepulang dari sini kita ke panti asuhan." Tanya Ohm, kepada Nanon.

Nanon sedikit berpikir tentang pernyataan dari dokter, tapi ia tak mungkin menjadikan anak yang ia adopsi menjadi pelampiasan. Tapi dirinya ingin.

"Kita pergi saja dulu Paw, siapa tahu ada anak yang cocok untuk kita bawa pulang. Tapi aku gak begitu yakin." Balasnya.

"Jadi kita mampir dulu ke sana?." Tanya Ohm.

"Ya." Sahut Nanon, beranjak dari duduknya dan meninggalkan Ohm dengan dokter.

"Ah dok, terimakasih banyak untuk semuanya, kami berdua permisi." Pamit Ohm, sedangkan sang Dokter tersebut hanya menganggukkan kepalanya.

Ohm memeluk pinggang Nanon dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan kanan Nanon yang terlihat masih menimang nimang pilihannya.

.
.
.
.

Panti asuhan pelukan dari bunda.

Bangunan seperti ruangan biasanya namun, hanya di lengkapi dengan kamar yang sangat banyak, bangunan besar yang menampung anak anak yang terpisah dari orang tuanya.

Ohm menggenggam tangan Nanon, dan mengelusnya lembut ketika mereka sampai di tempat asuhan yang Ohm tahu di kota Greenland ini.

"Tak perlu memaksakan, lihat saja dulu." Tenang Ohm, melihat Nanon yang begitu gelisah. Si manis hanya mengangguk dan mencoba tersenyum.

Ohm keluar dari mobil Supercar miliknya, dan membuka pintu sebelahnya, dan keluarlah Nanon dengan anggunnya.
Nanon melihat begitu banyak anak di tempat ini, entah itu perempuan atau laki laki, semua nampak rukun bermain bersama dan saling membagi, Ohm menyematkan jarinya dengan jari Nanon lalu menguncinya dengan erat.

"Mau masuk?." Tanya Ohm, dan Nanon lagi lagi hanya mengangguk dan tersenyum.

Ohm dan Nanon masuk untuk menemui kepala panti ini, kedatangan mereka di sambut oleh banyak anak yang menyapa mereka, hingga akhirnya semua anak anak tersebut kembali kedalam kegiatannya masing masing.

Asena Dilara AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang