Diam (10)

4 0 0
                                    


Setalah kepulangan Chimon dari rumah sakit, Nanon lebih over protectiv apapun yang berurusan dengan Chimon dia harus ikut andil di dalamnya. Apa apa jika itu menyangkut Chimon harus lewat Nanon dulu.
Saat ini Nanon, tengah menatap wajah pucat putranya, Chimon mengalami lumpuh sementara dan tak bisa bicara karena saraf kepala yang trauma karena benturan.
Membuat Nanon sedikit meringis, bagaimana putranya akan kuat dengan keadaan seperti ini, duduk di kursi roda tanpa banyak bicara membuat Nanon terluka.
Kini anak sulungnya tengah terbaring di atas ranjang.

"Putra Milly yang hebat, Chi putra Milly yang pemberani. Cepet sembuh ya Chi, Milly kangen banget sama Chi, bisanya Chi sering omelin Milly kalau Milly banyak makan pedes." Ujar Nanon, sambil menggenggam tangan anak sulungnya.

"Chi gak kangen jalan jalan bareng Milly dan milih banyak mainan biar Milly kesel? Eh emang Chi gak mau cobain Segway yang di kasih sama Gupa?." Nanon masih mengajak bicara anak kesayangannya ini, putra satu satunya.

Gerakan Nanon yang mengelus kepalanya menganggu si empunya, membuatnya membuka mata dan di suguhkan orang yang paling berjasa dalam hidupnya tengah menangis sambil mengenggam tangan nya dan sesekali mencium dan merapalkan kata maaf di sana, tertunduk dengan air mata yang membanjir wajahnya.

Chimon bangkit perlahan agar tak mengganggu aktivitas pria paling ia kasihi yang menjadi sosok ibu untuknya.
Tangan kanan yang tak terhalang apapun terangkat dan meraih pipi sang ibu dengan sedikit sayatan di hatinya.
Chimon menghapus air mata Nanon pelan, dan menggeleng kan kepalanya ketika Nanon melihat ke arahnya.
Seakan memberi isyarat bahwa ' Jangan menangis .'
Nanon, langsung menggeleng dan menghapus cepat air matanya. Menyajikan senyum manis andalan nya, sampai dimpelnya terlihat jelas, sangat amat manis.

"Chi, sabar ya sayang. Ada Milly di sini, apapun yang terjadi Milly bakalan selalu ada buat Chi, Chi janji ya sama Milly jangan sakit lagi, karena Milly sedih kalau liat Chi kayak gini." Ucap Nanon panjang lebar, Chimon menggeleng lalu mengangguk singkat, air matanya meluluh begitu saja.

Dengan sigap Nanon menghapus air mata buah hatinya.
"Jangan nangis sayang, Chi kan kuat. Chi putra Milly yang hebat." Bujuknya.

"Chi tungguin di sini ya, Milly mau ambil makanan dulu buat Chi, ini sudah hampir sore dan Chi belum makan dari tadi tunggu ya jangan tidur dulu, Milly udah masak makanan kesukaan Chi." Chimon hanya mengangguk sebagai respon.

Nanon meninggalkan Chimon dengan perasaan gusar. Nanon sebenarnya tak sanggup jika harus meninggalkan Chimon sendirian, tapi ah hanya sebentar bukan? Seharusnya tidak apa apa.

Clek...

Pintu tertutup menghilangkan Nanon di baliknya.
Chimon menghembuskan nafasnya pelan, dan memejamkan kembali matanya, rasa pusing nya sendari tadi mengendalikan diri nya.

Clek....

Chimon kembali membuka matanya, karena ia yakin Nanon sudah kembali dari dapur,tetapi ia terkejut ketika melihat siapa yang masuk kedalam kamarnya, dengan seringaian yang terakhir kali ia lihat sebelum jatuh terguling dari tangga.

"Wah wah wah....anak kesayangan Dibby sudah kembali. Bagaimana kabar mu kak Chi?." Tanyanya, membuat Chimon bersusah payah mencari oksigen yang tiba tiba menghilang.

"Ah aku lupa, kau lumpuh dan bisu untuk sementara. dengar kan aku baik baik Chimon, satu kesalahan kau akan kehilangan banyak hal. Dan tentunya jika kau mengadukan kejadian malam itu.." Asena, mengeluarkan sesuatu di balik bajunya.

"Kau tahu pisau ini kecil? Tapi ini bisa memotong apa saja dan sekeras apapun. Jika kau mengadukan semua kejadian malam itu..pisau ini." Asena kembali menguntungkan Kalimatnya dan mengarahkan pisau kecil yang mengkilat itu ke arah alat reproduksi milik Chimon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asena Dilara AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang