1. Postpartrum Depression

961 81 6
                                    

Sudah seminggu setelah Widya melahirkan dan pulang dari rumah sakit ia mengurusi buah hati pertamanya seorang diri. Tanpa ada sosok suami di sampingnya.

Sudah sebulan lebih Chandra tak pulang ke rumahnya. Ia juga sulit dihubungi membuat Widya risau akan keadaan suaminya. Pikirannya berkecamuk. Ada beberapa kerisauan menghampiri Widya. Salah satunya ia takut suaminya diam-diam meninggalkannya bersama anak pertamanya. Sebisa mungkin Widya berpikir waras dan positif.

"Astaghfirullah! Jaga kewarasanmu Widya." Widya menarik nafasnya pelan-pelan agar dirinya merasa tenang.

"Ya Allah, apakah Widya bisa melalui semua ini? Sendirian tanpa support dari suami Widya." Widya menitikan air matanya.

"Mas, aku sudah memberikanmu keturunan. Kamu ke mana Mas? Pulanglah. Aku ingin kamu yang memberikan nama untuk anak kita."

"WIDYA!" Widya menghapus air matanya setelah mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

"Sebentar!" Widya keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu rumah.

Widya membuka pintu rumahnya. Betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang ada di hadapannya.

"Mas Chandra. Aku merindukanmu." ucapnya dengan bahagia lalu memeluk tubuh suaminya dengan penuh kerinduan.

"Aku lelah. Tak ada waktu untuk bermesraan dengan dirimu Widya!" Widya melepaskan pelukannya dengan kecewa.

"Mas mau makan apa? Biar nanti Widya siapkan."

"Tak usah. Aku sudah makan." Kemudian Chandra masuk ke kamar satunya dan terlelap tidur.

"Mas Chandra pasti sangat kelelahan."

■■■

Chandra sedang sarapan sendirian di ruang makan. Widya menghampiri suaminya sembari membawakan kopi susu panas untuk suaminya.

"Mas," panggil Widya dengan lembut.

"Ada apa?"

"Aku ingin Mas yang memberikan nama untuk buah hati pertama kita"

"Kenapa tak kamu saja yang memberikan nama?"

"Aku ingin, kamu yang memberikan nama untuk anak kita"

Chandra mendorong mundur kursi makannya dan pergi menuju kamar anak pertamanya.

Dilihatnya anak pertamanya tengah terlelap tidur di atas ranjang.

"Namanya, Evano. Evano Xavier Oktavian"

"Nama yang sangat bagus Mas" Chandra hanya menjawab dengan deheman. Lalu keluar dari kamar Evano.

"Mas, kukira Mas akan sangat bahagia seperti awal kita menikah"

"Astaghfirullah. Sabar Wid. Insyaallah kamu bisa meluluhkan hati suamimu"

■■■

"Mas?" Widya menghampiri suaminya dan duduk di tepi ranjang.

"Evano sudah berusia sebulan. Sudah di aqiqah, tapi kenapa orang tuamu tak mampir ke sini? Aku sudah hamil, aku sudah melahirkan seorang bayi. Aku sudah memberikan keturunan, kenapa orang tuamu tak ke sini?"

Wanita Tangguh (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang