14. Dekat dengan Papa

785 55 4
                                    

Widya tengah menyiapkan sarapan untuk keluarganya seorang diri. Tangannya dengan cekatan menata menu sarapan di atas meja makan.

Mahesa dengan berpakaian rapi menghampiri istri tercintanya. Kemudian mencium kening istrinya dengan penuh cinta.

"Aku sudah bilang, istirahatlah! Untuk sarapan aku bisa memesan katering. Usia kandunganmu masih sangat muda." 

"Jika tak melakukan aktivitas, rasanya tubuhku sakit Mas,"

"Sebenarnya aku lebih senang kamu memanggil namaku. Tapi tak apalah."

"Besok aku akan memperkerjakan ART agar membantumu merapikan rumah. Aku tak mau kau kelelahan." Mahesa kembali mencium kening Widya.

■■■

Jam pulang sekolah telah tiba. Mahesa sudah tiba di sekolah Evano 30 menit sebelum bel sekolah berbunyi.

Mahesa sekarang lebih overprotective kepada dua anak sambungnya, Evano dan Reyhan. Terutama pada Evano. Karena sejak saat itu, ia sangat takut jika Chandra tiba-tiba berniat licik untuk mengambil Evano.

"Ayah!" panggil Evano

"Kakak," Evano masuk ke dalam mobilnya, "Ayah, Kakak tadi dapat nilai melukis 98. Kakak melukis Ayah dan Mama. Tapi tak nampak wajah. Karena kata guru agama, melukis makhluk hidup tak boleh kecuali wajahnya dihilangkan. Evano tak ingin dosa. Evano ingin pahala. Evano tak mau masuk neraka."

"Masyaallah, kamu pintar sekali. Ayah bangga padamu, Nak."

"Di mana Reyhan? Di mana dia Ayah? Ayah tak menjemputnya? Ayah nanti kalau Papa berbuat jahat pada Reyhan bagaimana? Reyhan nanti terluka Papa." Evano terus berucap dengan nada khawatir dan berulang-ulang.

"Reyhan sudah dijemput oleh karyawan Mama. Dia sudah ada di toko. Kakak tenang saja."

"Bismillah ..." Mahesa kemudian mengemudikan mobilnya menuju toko kue milik istrinya.

Sebuah mobil terparkir di dekat pohon tak jauh dari tempat parkir mobil Mahesa. Ia menatap mobil Mahesa yang mulai meninggalkan gerbang sekolah Evano.

"Sial!" ucapnya dengan kesal. "Aku telat menjemput anakku. Bedebah Mahesa sialan!"

"Mulai besok, aku harus tepat waktu untuk menjemput Evano. Kalau perlu,  aku menjemputnya lebih awal dari jam pulang sekolah!"

■■■

Reyhan tengah merapikan barang-barang lama milik ibunya. Ia mulai mengeluarkan 2 kotak kardus yang berada di gudang rumahnya. Kotak kardus tersebut sangat berdebu dan kotor karena kardus tersebut sudah tak pernah tersentuh oleh Widya dan anak-anaknya.

"Kardus ini isinya apa? Berat sekali." Reyhan dengan penasaran membuka kardus tersebut. "Foto-foto lama Papa dan Mama ternyata isinya."

Reyhan mengambil selembar foto ayah dan ibunya. Ketika menatap foto ayahnya, rasa bencinya seketika muncul. Raut amarah terlihat jelas dari wajahnya.

 Raut amarah terlihat jelas dari wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanita Tangguh (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang