Chapter 2.

912 107 20
                                    

Pagi ini ia terbangun, yang pertama kali ia lihat adalah bayangan seseorang. Ia mencoba menggapai bayangan itu tapi tiba-tiba bayangan itu menghilang.

Ia duduk bersandar pada dinding yang berdebu, badannya terasa sangat sakit. Tidur dilantai yang dingin tanpa alas apapun tapi itu sudah biasa untuknya.

Menunggu ayahnya membukakan pintu untuknya. Tidak lama pintu terbuka dan itu ada Feng yujin, datang dengan membawa sekeranjang telur. Feng yujin langsung menarik rambutnya dan menyeretnya keluar dari gudang.

Feng yujin membawanya ke halaman belakang lalu mengikatnya di pohon, Feng yujin memanggil saudaranya Feng zhui.

Feng zhui datang ke halaman belakang saat dirinya dipanggil.

"Ayo! Kita bermain lempar telur" ajak Feng yujin kepada Feng zhui.

"Ayo! Lemparan ku tidak pernah meleset. Lihat ini"ucap Feng zhui mengambil satu telur busuk dan melemparkannya.

Dua saudara ini terus melempari dirinya dengan telur busuk hal itu menjadi hiburan bagi mereka.

"Hiks.... ber-henti huwaaaa ayahh! me-mereka hiks.... melempari ku hikss... Aaa-aa! berhenti hikss ayah! hiks... Aaa! itu sakit! hiksss ibuu lihattt gege dan hikss... jiejieee hikss..." tangis memanggil Feng hukai dan Feng naona tapi mereka tidak perduli hanya menatapnya saja tanpa ada niat sedikitpun untuk membantunya.

Setelah puas dua saudara itu masuk ke dalam rumah, Feng hukai melepaskan ikatannya pada pohon lalu mengambil selang air dan menyiramnya.

"Dinginn! Ayahh hikss su-sudah hikss ampun aku hikss.. tidak akan mengacau lagiii hiks.."

Setelah menyiramnya, Feng hukai masuk ke dalam rumah membiarkan dirinya terjemur dibawah teriknya panas matahari. Ia duduk di rumputan dengan baju yang sudah basah kuyup.

Kruk~ kruk~ kruk~

Perutnya berbunyi menandakan bahwa ia sangat lapar tapi siapa yang akan perduli padanya, tetangga mereka semua juga merasa jijik dengan dirinya bahkan banyak yang mengatakannya gila.
.
.
.
Ia terbangun dan masih berada di halaman belakang, ia tertidur karena merasa lelah dan mengantuk.

"Aaaa-h hiksss ayahh! semut ini mengigit ku hikss.." tangisnya walau tidak akan ada yang mendengar karena semua orang dirumah sedang pergi berlibur ke Tianjin untuk beberapa hari.

Dirinya ditinggalkan sendirian, suara tangisnya masih tidak berhenti sambil memanggil ayahnya atau ibunya. Malam pun tiba, suasana menjadi gelap gulita membuat dirinya ketakutan.

Angin bertiup kencang menandakan bahwa hujan akan turun. Ia berjalan ke teras belakang rumah untuk berteduh, pintu di kunci membuatnya tidak bisa masuk ke dalam.

Duduk di lantai yang dingin sambil memeluk lututnya, lampu teras belakang tidak dinyalakan membuatnya gemetar ketakutan.

Hujan turun begitu deras bahkan membuat lantai teras menjadi basah, suara petir yang menggelegar begitu keras dan cahaya kilat yang menerangi langit gelap.

"Aaaaa~ AYAHHH!! hiks.... huwaaaa.. hikss..." tangisnya begitu kencang.
.
.
.
.
Ini adalah hari ke-2 ia ditinggal sendirian dan sudah dua hari juga ia tidak makan membuatnya terus menangis sambil menggedor-gedor pintu.

"Ayahh... buka hiksss buka.. pintunyaaa hikss" tangisnya membuat tetangga sebelah rumahnya kesal karena suara tangisnya terdengar.

"HEH!!! DIAM! BERISIK SEKALI. BINATANG INI MENGGANGGU SAJA!!" maki seorang wanita paruh baya yang melihat dari pagar.

"hikss... bibiii suruh ayah buka pintunya hiksss" ucapnya pada wanita itu.

"BINATANG INI!! TIDAK TAHU DIRI MALAH MENYURUH ORANG!!" ucap kasar wanita itu lalu melempar sebuah kantong plastik yang entah apa isinya lalu pergi masuk ke dalam rumahnya.

Ia langsung merangkak mengambil kantong plastik yang wanita itu lempar tadi membukanya dan melihat isinya. Ia langsung memakan buah dan roti yang ada didalam kantong plastik.

Apel dan jeruk yang mungkin sudah busuk dan roti yang tidak baik dikonsumsi oleh manusia. Ia memakannya dengan lahap tanpa perduli apa itu baik untuk kesehatan atau tidak.

"Terima kasih bibi" ucapnya dengan mata berbinar dan senyumnya yang menampilkan deretan giginya.

Merasa haus ia pun berjalan ke kran air yang digunakan untuk menyiram tanaman. Meminum air dari kran, lalu berjalan ke teras untuk berteduh dari panasnya matahari. Tapi lama-kelamaan perutnya terasa begitu sakit membuat air matanya mengalir.

"Hikss... Sakit ayahh sakit hikss ibuu sakitt Buu hikss..." tangisnya memegang perutnya yang terasa begitu sakit seperti ditikam dengan pisau.
.
.
.
.
Ini sudah hari ke-6 ia ditinggal, hari-harinya dipenuhi dengan tangisnya terkadang ia akan berbicara sendiri untuk menghibur dirinya terkadang juga akan menangis hanya karena hal kecil seperti ia digigit oleh semut atau lainnya.

Sekarang ia sedang memainkan rumput-rumputan dibawah panasnya matahari. Tiba-tiba pintu terbuka, dirinya terlonjak kaget saat seseorang menarik rambutnya dan menyeretnya yang ternyata itu adalah Feng naona.

"Arhgggg~ ibu hiksss.. lepass hikss ini sakitt hiksss ibuuu lepasss hiksss aaaaaa~ lepasss AYAH! hikss.. lepass" tangisnya mencoba melepaskan tangan Feng naona pada rambutnya.

Cktasss~

Dengan geram Feng naona memukulnya dengan rotan.

"Aarghh~ sakittt" tangisnya mengadu kesakitan.

"DIAM! DASAR TIDAK BERGUNA!" ucap kasar Feng naona.

Saat di dalam rumah Feng naona langsung menghempaskan tubuhnya ke lantai. Ia terus menangis dan terlihat beberapa orang asing yang menatapnya.

"Ini yang akan kalian jual" tanya salah satu orang asing itu.


TBC.

jangan lupa vote+komen👌

𝑆𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑚 𝑃𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑃𝑎𝑛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang