Chapter 7.

714 83 27
                                    

Setelah selesai memangkas rambutnya, wang yibo ngajaknya untuk pergi ke ladang bersama. Ia mengangguk setuju lalu mengikuti wang yibo.

"Pakai topi ini agar kepala mu tidak sakit karena terlalu lama terkena sinar matahari" ucap wang yibo memakaikan topi ke kepalanya.

Mereka berdua berjalan ke luar rumah, wang yibo mengunci pintu lalu pergi ke ladang. Mereka berjalan menuju ke kebun buah tin/ara, sampai di sana wang yibo langsung duduk didekat pohonnya yang lalu memetik satu yang sudah matang.

Wang yibo menepuk tempat disebelahnya untuk menyuruhnya duduk, ia menurut dan langsung duduk di atas tanah yang tidak beralas. Wang yibo membersihkan buah yang dipetiknya lalu mencucinya dengan air minum yang dibawanya.

"Heum, coba ini. Jika sudah matang begini rasanya sangat manis" ucap wang yibo memberikan buah yang dipetik ke dirinya.

"Manisss! Ini apa?" tanyanya kepada wang yibo.

"Ini namanya buah Tin atau Ara, petik lah beberapa lagi lalu masukkan ke dalam keranjang ini" ucap wang yibo.

Ia langsung memetik lalu memasukkannya ke dalam keranjang seperti yang wang yibo perintahkan. Setelah selesai ia langsung menghampiri wang yibo yang sedang mengobrol bersama beberapa wanita tua.

"Ini orang yang malam itu bukan?" tanya bibi simon yang berkerja di ladang milik keluarga wang.

"Iya, bibi. Sudah selesai?" jawab wang yibo lalu bertanya kepadanya dan ia langsung mengangguk.

"Wah~ tampan sekali kalau begini jadi menantu bibi saja" ucap bibi Sam.

Ia mundur perlahan dan bersembunyi di belakang wang yibo dengan tangan yang menggenggam kuat ujung baju wang yibo. Membuat beberapa wanita paruh baya itu tertawa melihatnya.

"Ya sudah kalau begitu kami ke sana dulu" ucap wang yibo lalu pergi ke tempat stroberi.

Wang yibo memetik satu stroberi yang lumayan besar lalu memasukkannya kedalam keranjang, ia juga ikut memetik seperti wang yibo lalu memasukkan ke keranjang.

"Ini apa?" tanyanya pada wang yibo, lalu ingin mencoba stroberi yang ia petik.

"Eh! Sini cuci dulu. Ini namanya stroberi dan biji-biji berada diluar bukan didalam yang warna merah itu artinya sudah matang, ada juga stroberi liar dan rasanya manis juga asam warna putih bentuknya sama tapi ukurannya berbeda. Nah ini" jelas wang yibo lalu memberikan stroberi yang sudah dicucinya.

"Mana yang putih kecil?" tanyanya pada wang yibo.

"Biasanya itu ada banyak di sana" ucap wang yibo menunjuk sebuah bukit yang sedikit jauh dari ladangnya.

"Ayo, sana" ajaknya pada wang yibo.

"Tidak bisa sekarang kapan-kapan saja, mengerti" ucap wang yibo dan ia hanya mengangguk lesu.

Lalu mereka pergi memetik semangka lalu melon, buah naga, nanas, apel, leci dan jeruk. Setelah kali berpindah tempat ia akan selalu bertanya apa namanya dan wang yibo akan menjawab.

"Ini apa?" tanya pada wang yibo yang sedang memetik beberapa jeruk.

"Itu namanya jeruk jika berwarna oranye seperti ini biasanya manis kalau hijau itu masam ada juga yang berwarna kuning bentuknya sama tapi namanya berbeda, lemon dan itu sangat masam" jelas wang yibo seperti seorang guru yang mengajari anak TK.

"Oh, cuci" ucapnya memberikan jeruk yang ia pegang kepada wang yibo. Wang yibo menerimanya dengan senang hati lalu mencuci dan memberikannya kepada dirinya. Ia langsung memakan jeruk itu tapi tiba-tiba saja wang yibo merebut jeruk miliknya.

"Aduh, dikupas dulu baru di makan jangan sama kulitnya pahit" ucap wang yibo menepuk keningnya pelan.

"Ini, bagaimana manis bukan" ucap wang yibo setelah mengupas jeruk dan langsung menyuapinya. Ia mengangguk setuju bahwa jeruk itu memang manis.
.
.
Setelah memetik beberapa buah-buahan juga sayur-sayuran wang yibo duduk sejenak bersama dengan para petani dan mengobrol bersama membiarkan dirinya bermain mengelilingi ladang.

GUKK~ GUK~ GUK~

"HUWAAAA! IBOO! HIKS.... IBO! AAAAA! IBOO! HIKS..."

GUK~ GUK~ GUK~

Wang yibo langsung berdiri sedikit terkejut mendengarnya berteriak kencang sambil menangis.

"Pffff~ BUWAHAHAHA" tawa wang yibo yang melihatnya dikejar seekor anjing.

Tapi lama-kelamaan wang yibo merasa kasihan dan sedikit berjalan saat ia sudah hampir dekat dengan wang yibo. Ia langsung memeluk erat wang yibo, ia benar-benar takut.

Paman tao mengusir anjing itu. Itu adalah anjing milik tetangga wang yibo yang terkadang suka berkeliling di ladangnya. Wang yibo mencoba menenangkannya sambil mengusap lembut punggung dan kepalanya.

"Hiks... iboo hiks.... iboo hiksss" tangisnya.

"Suttt sudah diam, anjing itu sudah pergi" ucap wang yibo lembut dan melepas pelukannya tapi ia malah semakin memeluk wang yibo erat.
.
.
Lama-kelamaan ia mulai tertidur dengan kepala yang bersandar di punggung wang yibo.

"Dia tertidur, lebih baik kalian berdua pulang lihat dia pasti tidak nyaman tidur dengan posisi seperti itu" ucap bibi cuwi.

Wang yibo membangunkannya dan pulang, ia langsung terbangun lalu mereka berdua pun pulang.
.
.
Sampai dirumah wang yibo pergi ke dapur untuk minum karena merasa sangat haus tiba-tiba ponselnya berdering dan wang yibo langsung mengangkat telepon.

Call on.

"Kenapa baru menjawab telepon ku" tanya seorang laki-laki dari telepon.
"Aku habis dari ladang dan ponsel ku ditinggal" jawab wang yibo.
"Hemm, minggu nanti kau ikut ke kota kan mengantar bahan-bahan ke restoran" tanya laki-laki itu.
"Tidak, aku tidak ikut untuk kali ini" jawab wang yibo.
"Kenapa? Aku sangat sangatttt merindukan mu sayanggg" ucap laki-laki itu dan wang yibo hanya berdehem lalu mematikan teleponnya.

Call off.

Wang yibo kembali ke dapur lalu mulai mengeluarkan satu-persatu sayur dan buah yang di petik tadi dari keranjang.

"Ini apa?" tanyanya pada wang yibo.

"Ini wortel, sayur ini sangat sehat untuk mata" ucap wang yibo.

"Ini apa? Ini apa? Itu apa?" tanyanya lagi menunjuk beberapa sayuran.

"Ini tomat dan yang merah seperti ini sudah cocok untuk dipanen dan ini cabai rasanya sangat pedas lalu ini adalah pakcoy" ucap wang yibo menjelaskan.

Wang yibo mengerutkan kening saat ia terus-terusan bertanya tentang sayur dan buah, ini apa itu apa.

'Apa dia memang tidak tahu namanya atau bagaimana?" batin wang yibo.


TBC.

jangan lupa vote+komen👌

𝑆𝑖𝑛𝑑𝑟𝑜𝑚 𝑃𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑃𝑎𝑛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang