🐱🐥

13.8K 124 2
                                    

Saat ini Jimin sedang berada di kamarnya, duduk di tepi kasur sambil mengatur nafas. Jarak kontraksi yang ia rasakan semakin dekat apalagi sejak pecah ketuban beberapa menit yang lalu.

Kedua tangan Jimin berpencar, yang satu mengusap perut buncitnya, dan satu lagi ia gunakan untuk menyanggah tubuhnya. Ya, Jimin tengah hamil dan usia kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan. Ini adalah putra pertamanya bersama sang suami, Yoongi.

"Yoon—uhk! Mau muntah!"

Yoongi yang setia berada di samping Jimin dan melihat hal itu langsung sigap mengambil basket bin yang sudah disiapkan.

"Hoeeeekkhh! Hoooeeeekkkhh!"

"Keluarin, by. Keluarin," ucap Yoongi sambil memijat tengkuk sang suami.

"Hoeeeeeeekhhh!"

Setelah selesai Jimin menyandarkan kepalanya di bahu sang suami dan mulai terisak. Dalam hati kecilnya Yoongi tidak tega melihat Jiminnya seperti ini. Namun, ia tau bahwa saat ini ia tengah berjuang demi buah cinta mereka.

"Kuat ya, by."





.

.

.

.

.

"Hnnghhhhhhhhhhhh!"

Dan akhirnya tiba saat bagi Jimin untuk mengedan. Ia memposisikan dirinya berjongkok di lantai dengan kedua tangan yang bertumpu pada kasur. Sementara itu, Yoongi duduk bersila di depan Jimin lengkap dengan semua keperluan bersalin. Jari telunjuknya sekarang sedang mengitari lubang Jimin yang menampakkan pucuk kepala bayi mereka.

"Pinter, by. Ngeden lagi." Jimin meringis sambil membuka kakinya lebih lebar dan mengedan kembali.

"Hnnghhhhhhhhhhhh!"

Unmedicated homebirth memang sudah menjadi pilihan awal Jimin untuk proses persalinannya yang untungnya mendapat persetujuan dari sang dokter. Semua hasil pemeriksaan Jimin dan bayinya baik sehingga memungkinkan untuk dilakukan metode tersebut. Jimin sangat ingin sekali Yoongi menjadi orang pertama yang membantunya melahirkan putra mereka.

"Hnggghhhh! Nghh! Hahh! Hahh!"

Jimin berhenti mengedan dan membuat pucuk kepala yang terlihat seperti almond shape itu sedikit kembali masuk. Yoongi mengusap paha Jimin sambil menatap dengan iba suaminya.

"Udah keluar dikit kepalanya, by. Kontraksi lagi ngeden lebih kuat ya? Nghh, yang panjang biar adeknya gampang juga keluarnya. Ya by, ya?" Jimin hanya diam.

Bukannya tidak mau menanggapi hanya saja ia terlalu berfokus pada rasa sakit pada bagian bawahnya dan ditambah kontraksi yang kembali datang.

"Haanggggrhhhh! Unggrhhhhhhh! Hee! Hee! Hnghhhhhh—uhk! Hueekh! Hueekh!"

"Sst, sst. Nafas, by. Nafas. Tarik nafas. Atur nafasnya, by. Ayo, huff! Huff!"

"Huff—hueekh! Hueeekh!"

Sumpa! Jimin ingin menyerah saja rasanya. Perutnya benar-benar terasa seperti diaduk. Apalagi saat mengedan sensasi mualnya semakin bertambah parah. Namun, ia tau bahwa semua akan terbayar setelah anaknya lahir nanti.

"Gapapa. Pelan-pelan by, ya? Masih mules? Ngeden, ayo. Kalo mau muntah, muntah aja." Jimin menghela nafas lalu bergerak mencodongkan tubuhnya dan memeluk Yoongi.

"Sst, kuat ya, by. Kuat. Min Jimin pasti kuat. Mau sambil peluk aku ngedennya gapapa, ayo."

"Ow! K-kontraksi, Gi!"

"Iya, iya. Ngeden, by."

Tangan Yoongi yang sempat berada di pinggul Jimin langsung mengarahkan salah satunya ke jalur lahir Jimin tapi sebelum menyentuhnya Yoongi mencelupkan tiga jarinya pada gelas berisi oil, kemudian mengoleskannya pada jalur lahir Jimin, dan Jimin terus mengedan.

BTS || BIRTH SCENE [S3 COMING SOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang