×10×

494 99 1
                                    

×Yuta POV×

Sejak dari Jepang, [y/n] hanya diam.

Apa yang terjadi dengannya dan Gojo-sensei?

Sensei tidak melakukan hal aneh kan? Misal [y/n] uangnya dipalak?

Dia lebih sibuk sendiri di kamarnya setelah latihan ataupun misi.

Aku terkadang mendmegarnya bicara sendiri, aku pikir dia bicara dengan Kirigaya-san.

Aku intip sedikit dari celah pintunya hanya ada dia.

Waktu kembali kemari dia juga bawa tas mencurigakan.

Aku sengaja buatkan dia teh, aku ingin bicara.

"[Y/n], kamu di dalam?"

Mungkin sudah tidur ya?

Ini sudah malam sih.

"[Y/n], sudah tidur?", aku dicuekin. "Aku masuk ya"

Kamarnya rapi namun tak ada orang.

Jendelanya terbuka, kabur?

Aku melongok keluar jendela, ternyata dia hanya duduk termangu pada langit malam.

"Kamu bisa masuk angin lho"

"Yuta-san!?"

"Hehe, maaf mengagetkanmu, aku tadi sudah ketuk lho. Aku duduk di sebelahmu ya"

"O-oh, be-begitu? Tidak apa, si-silakan"

Wah, langitnya cerah.

Kota juga terlihat jelas.

Lampu-lampu yang masih meyala di bawah sana terlihat cantik.

"Aku memahami sesuatu"

"Hm?", dia tiba-tiba bicara.

"Meski membingungkan...", dochi? "Kirigaya-san meang bermaksud melindungiku dari ayah...dari semua yang menurutnya ingin melukaiku"

Apa sensei memberinya berkas tentangnya ya?

"Dia akan bunuh dan memakannya lalu...aku haus"

"Ini aku buatkan teh"

"A-arigatou"

"Iie, iie, mada atsui dakara kiotsukete"

Teh herbal yang aku dapat di pasar tadi semoga dia suka.

"Yuta-san ja-jangan kaget ya"

"Tergantung", aku meyisir rambutnya ke belakang.

"Sebenarnya aku...sudah mati 2 kali"

🔏🔏🔏

×Reader POV×

Fakta itu membuatku berpikir keras selama ini.

Lalu aku ini apa?

Zombie? Undead?

Ghoul? Frankenstein?

Yuta-san terdiam, aku bisa lihat maniknya yang terkejut itu.

Ya siapa yang tidak terkejut bukan? Aku saja masih tidak percaya.

"Aku hidup karena menyatu dengan Kirigaya-san...ca-caranya dia...me-memakanku"

Ke-kenapa Yuta-san diam saja!?

A-apa dia seterkejut itu!?

Aku mberanikan diri untuk menoleh padanya. "Eh!? Yuta-san!?"

Na-naze naiteru no?!

"Ah, ma-maaf aku hanya shock...", katanya menutupi wajahnya dengan menunduk. "Aku tidak menyangka hal itu..."

Aku sendiri...tidak tahu, apa aku masih manusia atau bukan?

Aku mati 2 kali di tangan orang yang sama, ayahku.

Kalau aku mati lagi mungkin aku tidak akan bangkit lagi.

Ah, atau memang sudah 3 kali?

Waktu aku masih di sekolahku yang lama aku sempat terjatuh dari balkon lantai 3.

Namun aku tidak ingat setelahnya, ketika aku bangun aku pikir sudah mati dan di neraka.

Ajaibnya jantungku berdetak setelah mengalami kematian.

"Rika dan Kirigaya-san tidak jauh beda", Yuta-san sudah lebih tenang? "Rika dulu sebelum rohnya damai...dia melindungiku yang dibully dengan cara membunuh juga"

Kenapa keduanya melakukan itu?

"Mungkin itu atas dasar perasaan mereka terhadap kita. Mereka berdua sangat menyanyangi kita sampai rela jadi monster"

"Tapi mereka...", pakai cara yang salah.

"Cara mereka salah memang tapi itu karena mereka ingin melindungi orang yang mereka cintai"

"Sou nan desu ka?"

Tetap saja membunuh orang itu salah.

"Masih sulit dipahami ya rasanya"

"Uhn, kenapa harus sampai...membunuh"

"[Y/n], itu cara orang melindungi orang terkasihnya berbeda-beda. Mereka salah satunya"

"Ehm...tapi setelah itu aku tidak ingat apapun"

"Sou?"

"Uhn, aku tidak ingat apa yang kulakukan. Kami tidak berbagi ingatan, hanya saat itu...aku terbangun"

Kepalaku yang terpenggal maksudnya.

"Wah, tsuki!", Yuta-san!? Kau mengalihkan pembicaraan!

Aku hanya menatap apa yang ditatapnya sambil meminum tehku yang tersisa.

Attatakai.

Srek.

Yuta-san mendekat dengan menyelimuti kami berdua dengan selimut.

Hawa di malam hari memang dingin, apalagi ini bukan negara asalku.

"Kamu dan aku sama, [y/n]", katanya tanpa menatapku. "Orang yang mencintai kita akan lakukan apapun untuk kita. Menjadi monster sekalipun...meski mereka sudah tiada"

Aku tidak tahu Kirigaya-san sebenarnya sudah tiada dulunya dan wujudnya jadi gitu apa dari lahir wujudnya begitu.

"Kita hanya bisa mengontrol mereka agar tidak melukai orang terdekat kita dan mengamuk sembarangan"

Apa begitu?

Apa dengan begitu akan mudah hidupku?

"Jangan terbebani karena itu [y/n]"

"Uhm..."

"Daisuki dakara"

"Eh?"

Manik kami saling bertubrukan di bawah cahaya rembulan.

"Suki dakara, ore mou kimi no tameni nara ore mou--"

"Mou ii"

Jangan lagi ada yang begitu padaku.

Jangan ada yang jadi pbunuh bodoh hanya karena aku.

Sword HeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang