×7×

555 111 21
                                    

×Author POV×

Semua dimulai dengan seorang lelaki dan seorang perempuan di kamar yang remang-remang dan mulai membuat individu baru :v

Eh :v//plak

"Yowai"

Semua dimulai ketika seorang bayi perempuan yang lahir ke dunia.

Bayi yang lemah, menurut seoranf ayah baru.

"Semua karenamu"

Dia menyalahkan pasangannya sendiri yang masih terkulai lemas setelah mengeluarkan manusia mungil ke dunia.

"Aku kira kau kuat karena nama yang kau sanding dulu sebelum menyanding margaku"

Mata itu berkilat mengintimidasi.

"Apa yang...akan kau lakukan dengan bayiku?"

"Tergantung"

Ruangan bersalin kembali gelap kala pintu tertutup dan sosok itu menghilang dari baliknya.

Isak tangis seorang ibu terdengar dari kamar itu.

Ia harus merelakan bayi yang baru dilahirkannya dibawa pergi.

Diisolasi seperti yang lain.

Ya, ini bukan sekali dua kali lelaki itu mempermainkan hati wanita dan melakukan sesuatu terhadap darah dagingnya sendiri.

Setelah dirasa selesai, perempuan-perempuan yang terlena olehnya langsung dicampakkan.

Dibuang bagai seonggok sampah yang tak berguna.

Satu tujuan dari lelaki itu adalahembuat seorang anak yang nantinya menjadi shaman yang terkuat di dunia.

Segala cara dilakukannya demi tujuan yang menurutnya mulia.

Tak kala semua itu membuat korban yang tak sedikit.

Halaman belakang rumahnya tertanam anak-anak hasil kekejiannya dalam eksperimen.

Juga tertanam perempuan-perempuan yang ia rayu.

"Aku harap yang ini berbeda"

Ia meninggalkan sosok mungil itu di sebuah rumah kecil jauh dari rumah utama.

Membiarkan bayi itu di ruangan yang gelap.

"Oaaa! Oaaa!"

Bayi hanya bisa menangis ketika tak merasakan kehadiran orang tuanya.

Sesuatu muncul dari kegelapan.

"Urusai..."

Suara berat yang serak memenuhi ruangan tersebut.

Sosok itu melesat hendak mencincang hal yang mengusiknya.

"URUSAI!"

Ketika di deati sosok itu, bayi itu berhenti menangis.

Membuat sosok itu ikut berhenti yang tadinya akan menyerangnya.

Tatapan polos itu bertemu dengan sosok megerikan dan tertawa.

Sosok itu hanya memperhatikan.

Tangan mungil itu terukur seolah minta digendong.

Lengan dengan pedang yang tumbuh di sana terulur takut-takut.

Jari telunjuknya digenggam oleh tangan yang lebih kecil darinya dengan erat.

Bayi itu masih tersenyum dan tertawa.

Inikah jodohku?, pikir sosok itu :v

Nggaklah :v

Sosok itu merasakan kehangatan dari bayi itu.

Sword HeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang