VII. Aksa, The Savior

23 4 0
                                    

Aksa, The Savior

sav·ior/ˈsāvyər/ penyelamat

a person who saves someone or something (especially a country or cause) from danger, and who is regarded with the veneration of a religious figure

••••

Sinar matahari membuat semua orang memerah matang, tidak terkecuali Kelana. Dari atas rooftop kantornya, ia terduduk sila, tanpa air dan makanan. Pintu nya sudah terhalang beberapa kardus bekas yang ia dapatkan sembarang bersama yang lain. Hanya kipasan tangannya yang membantu dari panasnya matahari, walaupun tidak terasa.

"Gimana nih? Kita ngga bisa ngapa-ngapain? Mati kering bisa-bisa" Mas cipto berujar

"Ngawur, jangan ngomong kemana aja Mas" Padahal yang ada dipikiran Kelana adalah hal yang sama, tapi ia ingin menyebarkan positivity kepada yang lain agar tetap optimis "Udah 2025, Jakarta mana mungkin ngga ada petugas keliling pakai helicopter"

"Daritadi juga mbak Lana ngomongnya gitu terus, mana iki ndak datang-datang" Tukas Mas Cipto

Kelana menyeringai kepanasan, sesekali ia melihat kebawah jalan raya untuk memeriksa keadaan. Ia hanya melihat mobil evakuasi yang dari tadi bulak-balik. Setelah dirinya menengok kebawah beberapa kali, tetap tidak terlihat. Mungkin alasannya karena jembatan billboard yang menutupi ruas jalan dibawah gedung.

Dari arah barat, Kelana dan yang lain sudah bisa membaca situasi. Di arah sana, Zombie bagai lautan. Entah ada apa, namun terlihat seperti semut dari kejauhan dan membuat mereka semua bergidik ngeri. Cepat atau lambat kota ini akan menjadi sarang mayat hidup.

Kelana tidak mempunyai tujuan untuk pergi lagi, dengan situasi seperti ini rasanya mustahil pergi kerumah orang tuanya untuk mengadu, keadaan di Jawa juga rasanya tidak jauh berbeda dari dirinya saat ini. Pikirannya sesekali teringat keluarga, Kelana ingin menangis tapi belum menemukan alas an yang tepat untuk membuang air mata secara sia-sia.

"Mas, bawa korek atau pemantik api tidak?" Bu Laksmi bertanya, respon orang yang ditanya secara spontan merogoh saku celananya, depan sampai belakang, lalu berkata tidak. Hanya 5 orang tersisa, termasuk dirinya, Kelana dan Mas Cipto serta dua pria yang Kelana kenal namun tidak terlalu dekat.

"Saya bawa bu"

Kebetulan yang baik.

"Pinjam dulu Mas" Bu Laksmi menerima pemantik dari seseorang bernama

Wanita paruh baya itu melepaskan outer rajut milikinya, menggulungnya pada setangkai kayu dari sapu yang rusak dirinya temui semasa di tangga darurat menuju ke atas. Kelana menghampiri Bu Laksmi, mengerti mengenai apa yang akan wanita dihadapannya ini akan lakukan.

"Mau buat obor, Bu?" Tidak digubris oleh Bu Laksmi "Makin panas nanti"

"Nggak, kalo tidak berapi" Jawabnya "Jika bisa membantu, tolong siapapun disini untuk buat api. Kita timbun dengan pakaian atau semacamnya, lalu akan ada asap yang lumayan pekat" Jelas Bu Laksmi, membuat mereka semua sigap mendengar "Orang waras pasti berfikir kalo ada api ada yang buat"

"Atau kebakaran" Mas Cipto menambahkan, Kelana mengiyakan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIFELESS - on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang