IX. Disturbia

23 3 0
                                    

Disturbia

n. (dĭ-stûrb'ē-ə)

The feeling of or shock that comes with that something that is normally considered normal and safe is, in fact, dangerous or wrong.

••••

Musim penghujan telah tiba, tidak tahu juga secara spesifiknya namun saat ini hujan tengah mengguyur Barak 1. Semuanya berdiam diri di dalam tenda masing-masing, ujung terpal yang terbang mereka tahan dengan batu berat dan meja yang dijadikan barikade jadi-jadian. Bono tengah meringkuk diatas matras yang lumayan keras, beruntung karena masih ada sebagian yang tidur berasalaskan terpal yang otomatis tekstur batu dibawahnya akan terasa sakit jika dirasa.

"Psst" Suara berasal dari belakang Bono, terpaut dua orang yang sedang tertidur pulas. Safwan memanggilnya "Bono" dengan suara kecil agar tidak menganggu istirahat orang-orang. Ya, ini sudah malam. Safwan tidak bisa tidur karena hujan yang belum reda menyebabkan suara dan rasa tidak nyaman muncul dalam benaknya.

Bono mendengar, alih-alih menghadap ke arah Safwan dirinya hanya merespon seperlunya karena ingin tertidur cepat "Apaan ah gua mau tidur!"

"Anter saya ke kamar kecil" Pinta Safwan

Bono beralih posisi menghadap Safwan dari jauh "Lu nggak liat diluar lagi hujan? Yang ada kita basah kuyup nanti, mending ngompol di botol dulu kek atau didepan tenda gih ngga ada yang liat juga.." sarannya "kebilas otomatis juga sama aer hujan" sambil meringkuk bersemayam dalam lipatan badannya menghangatkan diri.

Bukan masalah Safwan ingin buang air kecil dimana saja, ia tidak peduli karena saran yang diberikan oleh Bono terdengar bagus juga, namun laki-laki itu kerap penasaran dengan suasana malam hari di pengungsian, khususnya Posko Sanitasi yang berada beberapa meter dari tendanya, lumayan jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki karena lokasinya berdekatan dengan sumber mata air tawar.

Dengan kejadian seminggu yang lalu, Safwan yakin ada beberapa area yang kecolongan alias memiliki titik buta pengawasan, makanya seorang Ibu yang menjadi mayat hidup ditembak. Disamping alasan pengawasan, orang-orang dari Health Center juga sepertinya kurang memerhatikan atau mungkin memang beberapa dari pengungsi disini ada yang berbohong tentang tanda-tanda menjadi zombie? kecuali digigit, mereka tidak tau tanda apalagi, mungkin hanya ruam, orang-orang yang memiliki flu seperi biasa mayoritas tidak berakhir mengenaskan menjadi mayat hidup.

Safwan akhirnya menghiraukan saran Bono dan pergi keluar, ia memakai terlebih dahulu sepatu gunung yang ia miliki dan senter yang kini dirinya bawa untuk jaga-jaga. 

"Ngaco nih orang" Bono berujar "Tungguin, gua ikut" Laki-laki itu bangkit dari tempat persemayamannya, membawa senter serta sebilah belati yang diberi oleh salah satu petugas keamanan. Ia mengambil baju hangatnya yang sudah beraroma segala rupa, lalu berjalan cepat menghampiri Safwan yang sudah sampai bibir tenda. Membukanya yang pas dengan munculnya cahaya kilat, menciptakan bayang-bayang dari dalam tenda.

"Kamu kalo ngantuk ngga usah ikut, Bon. Saya jalan sendiri aja" Ujar Safwan sembari melihat dan memastikan debit air hujan dengan tangannya yang ia keuarkan dari balik tenda.

"Ngga apa-apa. Gua ikut, sedia payung sebelum hujan hehe" Balas Bono dengan senyumnya mantap sambil menunjukan belati, Bono benar-benar mengerti tugasnya, semalas-malasnya dia, ia tidak akan membiarkan Safwan pergi sendiri hanya bermodal rasa berani dan senter.

Mereka akhirnya berlari menuju tempat yang Safwan tuju, diawali dengan lelaki itu membuka celah lebar antara kedua kakinya yang berlari agar lebih cepat sampai. Bono mengikuti dari belakang, menutupi kepalanya dengan baju hangat yang ia bawa. Sesekali dirinya melirik kanan kiri, lampu temaran masih menyala di beberapa tenda dan Posko jaga. Lalu, berhenti di Dapur Umum, membuang nafas sesekali lalu menghelanya kembali. Memandang satu sama lain yang sudah basah hampir setengahnya.

LIFELESS - on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang