Timeskip
5 years later...
Rasa kehilangan
Marah
Penyangkalan
Luka
Dan rasa bersalah.
Kelana sudah melewati beberapa fase itu. Langkahnya tidak gentar untuk menghalau bahaya yang akan datang selanjutnya. Mimpi tentang kehidupan indah yang akan dimiliki di umur nya saat ini, terkubur karena pandemi berkepanjangan tanpa obat; yang mungkin dirinya belum ketahui.
Setiap pijakan yang ia ambil, di landasi perasaan yakin. Akan hal yang dirinya terima karena ia layak menerimanya.
Ada quotes dari film terkenal yang dirinya pernah tonton sewaktu dulu, "I Will Not Accept A Life I Do Not Deserve" itulah gambaran dirinya saat ini. Menjadi sebuah penjabaran dari sosok Perempuan Terakhir dalam film-film thriler tahun 2020an. Instingnya semakin kuat, gaya menembak nya berubah, rasa belas kasihnya hilang. Karena dirinya saat ini sendirian.
Jauh dari jarak tempat semuanya dimulai. Sekitar 700km ke arah selatan Pulau Jawa, dirinya mengarungi jalanan dengan tangan kosong, tanpa keahlian bela diri. Namun semasa dirinya di jalan, ia menemukan banyak pelajaran yang membentuknya hingga seperti saat ini.
1. Untuk tidak bergantung kepada orang lain
2. Untuk tidak percaya kepada orang lain
3. Untuk tetap pada pendiriannya sendiri
4. Tetap sendiri
"Awas!" Seseorang memanggil, anak panahnya tengah membidik kedepan Kelana, Kelana memalingkan wajah dan melihat apa yang ada dibelakangnya. Satu mayat hidup yang hampir menariknya kebelakang. Satu anak panah tertancap sempurna di bagian mulut makhluk itu. Kelana yang habis melamun tetap tidak terkejut, dirinya sedang berada di perhutanan; mencari kayu bakar untuk tendanya saat ini, namun berakhir bertemu dengan sosok lain dari antah berantah yang membantunya secara cuma-cuma.
"Apa lima tahun itu selama itu ya? Sampai bilang terimakasih aja harus nunggu beberapa menit" Ujar laki-laki didekatnya itu, berjalan mengitari dirinya lalu mengambil anak panah yang menancap tadi. "Ah sorry, A..pa" dirinya mulai berbicara dengan bahasa isyarat
"Gua ngerti kok" Ucap Kelana "Thanks" dirinya kembali fokus mengumpulkan rerantingan kering disekitarnya, mencabutnya dari daun yang mati kering.
Laki-laki itu kemudian meraih pundak Kelana, tidak sedetik pun, Kelana merubah posisi siaga dengan menarik lengan lelaki, tanganya secepat kilat mengeluarkan belati yang entah disimpan dimana. Melihat itu, laki-laki barusan meringis meminta untuk dilepaskan.
"Jangan macem-macem sama gue" Ucapnya dingin
"Tenang-tenang" Ia menenangkan, melepaskan panahannya ke tanah sambil melambai menyerah "Gua ngga bersenjata"
Kelana melepaskannya dengan kasar, tangan kanannya memegang pistol tangan yang diarahkan pada laki-laki dihadapannya. "Anggap kita nggak pernah ketemu, tolong jauh-jauh dari gue"
"Santai aja, gue ngga akan nusuk lo pakai pisau juga. Gue juga senang aja, liat orang diluar perkemahan" Jelasnya meyakinkan Kelana "Harusnya gua yang nembak lu tadi, karena ada di wilayah perkemahan gue."
Fokus Kelana terbagi "Perkemahan?"
Laki-laki itu mengangguk
"Maksudnya perkemahan asli?"
"Nama gue Damar" Ia memberikan tangannya.
Peraturan nomor dua masih berlaku, Kelana enggan menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFELESS - on hold
Adventureon hold due to writer issue 🦠 Hari bangkit tubuh tak bernyawa yang tertelungkup dalam genangan darah, senyum menyeringai dan kilat mata kosong kelaparan tanpa identitas didunia kedunianya. Ya. Kehidupan sudah terkuras dari hidup mereka. Kisah per...