15

1.9K 166 17
                                    

Renjun yakin, sebenarnya dia itu straight. Seriusan, dah. Kalo lagi nonton video mesum dia masih ngiler sama melonnya, kok. Tapi kenapa pas Jeno telanjang dada, terus perutnya yang kotak-kotak roti sobek itu menggoda dirinya. Renjun sampai mau ngeces.

Lalu dia menggeleng kepalanya pelan, memilih menatap kearah lain.

Jangan berpikir ada kejadian plus plus. Jaemin dan Jeno hanya menggodanya tadi. Sehabis makan Jaemin menyuruhnya duduk di sofa saja tanpa harus repot-repot membantu.

Baik banget, ya. Untungnya Renjun diperlakukan seperti tuan putri oleh keempat dominant itu.

"Yang." Panggil Haechan, orangnya baru bangun tidur.

Renjun menoleh, "hm?"

"Peluuk." Haechan merentangkan kedua tangannya. Tapi Renjun menggeleng,

"Gak mau, bau."

"Aahhh, pengen peluuk.."

Renjun mengernyit aneh kala nada Haechan terdengar manja begitu, baru kali ini dia melihatnya. Sedikit geli, apalagi wajah merengutnya benar-benar lucu. Haechan yakin tidak sih kalau dia itu dominant ?

"Yaang peluk, ih."

Renjun menggeleng lagi. "Kakaknya mandi dulu baru aku peluk."

"Gak mau, peluk sekarang cepetan." Katanya masih merentangkan tangan sambil menutup mata.

Renjun menghela pelan, dia berjalan menuju sofa Haechan. Yang langsung ditarik sampai ia terjatuh diantara kedua kaki Haechan yang terbuka.

"Mmmh, jadi pengen tidur lagi."

Renjun menggeleng. "Gak boleh, mandi dulu. Kakak belum makan. Ini udah sore banget."

"Kamu udah mandi emang?"

Renjun menggeleng, dia menoleh dan tertawa pelan. "Belum."

"Kalau gitu mandi bareng aja, mau gak?"

Renjun mendelik, dengan cepat tangannya memukul kepala Haechan.

"Gak mau, yang ada bukannya mandi."

Haechan malah ketawa, "emang apaan?"

Renjun menggedikkan bahunya acuh. Dia menatap sekeliling apartemen milik kakak beradik ini.

Mark masih tidur, Jaemin yang terlihat mondar mandir didapur sedang Jeno mungkin mandi.

"Habis bang Jeno mandi, kakak mandi, ya. Abis itu aku."

Haechan mengangguk saja disela-sela leher Renjun. Badan Renjun senderan dengan nyaman pada dada Haechan.

Tak lama Mark pun bangun. Dia menggeliat pelan sebelum bangkit terduduk. Masih setengah sadar, tatapannya langsung mengarah pada Renjun yang dipeluk adiknya dari belakang, Renjun sendiri tengah tersenyum memperhatikannya.

Mark bangkit, badannya agak oleng menghampiri Renjun dan menubruk pelan Renjun dari depan. Dia memeluk tubuh mungil itu. Kepalanya ia sandarkan didada Renjun.

"Mas.. bangun dulu, mandi, gih." Renjun menggoyangkan bahu Mark. Agak engap dia diapit begini.

Mark menggeleng pelan, matanya menutup kembali dan lanjut tidur. Renjun pasrah. Menunggu salah satu dari mereka buat bangkit.

Sampe akhirnya Jeno keluar dengan wajah segar dan rambut basah yang menetes, dia bertelanjang dada. Renjun kembali meneguk ludahnya kasar.

"Mau mandi, manis?" Tanya Jeno menghampiri. Dia mengusak rambut basahnya dengan handuk kecil.

"Mau, tapi biarin kak Haechan dulu terus aku terus mas Mark." Jawab Renjun.

Jeno mengangguk, dia membangunkan Haechan dengan cara menjitak kepala anak itu keras. Haechan sampai mengaduh kencang.

"Babi, sakit setan!" Seru Haechan kesal. Mendelik marah kearah Jeno yang acuh saja.

"Sono mandi, giliran." Katanya lalu melemparkan handuk kecil yang basah itu ke wajah Haechan.

"Dasar babi."

"Hush. Ngomongnya jangan gitu, sana mandi."

Haechan mencebik kesal. Dia bangkit dan berjalan ke kamar mandi dengan ogah-ogahan, sedang Jeno berlalu ke kamar Mark untuk mengambil baju.

Renjun hanya tersenyum saja, dia menunduk untuk melihat wajah tampan Mark yang damai.

"Manis, mau cemilan?"

Renjun mendongak melihat Jaemin menghampirinya dengan sebuah mug yang mengepul panas.

"Aku kenyang, mas." Jawab Renjun. Jaemin mengangguk dan duduk dibelakang tubuh Renjun. Memeluk pinggang ramping itu sambil meniup mug yang isinya teh manis.

"Mau mandi bareng?" Tanya Jaemin tiba-tiba.

Renjun menggeleng ribut. "Enggak, mas. Makasih."

Jaemin tertawa sambil mengangguk.

"Padahal lebih seru kalo mandi bareng."

Renjun menggeleng tegas. "Yang ada bukannya mandi. Gak mau."

Jaemin kembali tertawa. Tangannya beralih meraba leher Renjun pelan, mug yang tadi sudah ia simpan di atas meja.

"Wangi banget, padahal belum mandi." Ucap Jaemin, dia mencium belakang leher Renjun berkali-kali.

"Wangi keringat, iya."

Jaemin tersenyum, dia kembali mendusal sambil sesekali menggigit leher Renjun.

"Udah, mas. Geli."

Renjun bergerak menjauh, tapi Jaemin menggeleng menahan Renjun. Mark yang merasa terusik merengek pelan, dia duduk dan menatap sebal Jaemin.

"Diem, Jaemin."

Tapi Jaemin tidak mendengarkan. Menjilat dan menggigit leher Renjun lebih semangat. Renjunnya yang mudah gelian sedikit terkikik dan mendesah, dia berbalik untuk menahan kepala Jaemin.

"Cukup, mas. Aku geli."

"Kan enak sayang."

Renjun menggeleng, "gak mau. Aku belum mandi."

Jaemin mengembangkan senyumnya, dia melirik Haechan yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan segera dan penuh kekuatan dia langsung menggendong Renjun ala bridal dan sedikit berlari ke arah kamar mandi.

"Kita mandi berdua, sayang."

Renjun melotot kaget, tangannya langsung mengalung di leher Jaemin.

Sebelum ia berteriak, sudah diwakilkan oleh Jeno dan Mark.

"HEH, BANGSAT. JANGAN NYURI START."

"JAEMIN, GUE DULUAN."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang