Crush

45 33 8
                                    

Silvi dan Lailil, mereka berdua berboncengan untuk berangkat sekolah, tenang saja, mereka berdua mana pernah telat. Saat mereka baru keluar gang rumah mereka, Silvi tak sengaja melihat 'crush' nya yang baru saja lewat di depan mereka, sayang nya, mereka berdua beda sekolah, dan 'crush' nya itu juga kakak kelas nya.

"Eh, anjir, anjir! Kak Adib!" seru nya.

"Biasa aja, kali, Sil. Heboh bener lo, tiap hari ketemu juga." balas Lailil.

Kerutan di dahi Silvi muncul. "Roboh? Apaan yang roboh? Itu tadi, lhoo! Kras gueh astagaaa!" 

"Apa yang keras?! Ngomong yang bener dong."

Silvi mencoba mendengar kan baik-baik, tapi suara Lailil terendam angin, juga, diri nya yang agak budek, jadi balasan nya terdengar tidak nyambung. "Tau ah, Lil, kita ngomong gimana pun di jalan gini, kalo kita berdua sama-sama budek ya percuma."

"Ha? Iya, deh, ga ngerti gue."

Kan, pada akhir nya kedua nya memilih untuk diam-diam an saja, karena jika ngobrol sekali pun, tidak ada yang nyambung. Di tengah perjalanan kedua nya kembali melihat Pradibta, atau yang kerap di panggil Adib itu, berboncengan dengan seorang gadis, crush nya Silvi memang sudah official.

"Wah wah, kras lu berangkat sama cewek nya, tuh, Sil." kompor Lailil.

"Ngomong apa, sih, lo! Gue panas, nih, liat kras sama cewek nya berangkat sekolah bareng."

"YA GUE KAN NGOMONG BEGITU BLOK!"

"Lho, tumben lo ga budek?"

"LO NGOMONG NYA DI DEPAN TELINGA GUE LANGSUNG YA ASU!"

••

Saat baru saja memasuki gerbang sekolah, Amel tak sengaja melihat segerombolan laki-laki yang kemarin memeberi nya tumpangan. Amel berpapasan dengan mereka berlima, dan salah satu dari mereka sedari tadi menatap Amel dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Apa lo? Minta di colok mata nya?" ujar Amel dengan sinis.

Laki-laki itu langsung berhenti lalu menggeleng. "Temen lo yang satu mana?"

Amel menatap nya dengan tatapan memincing, sebelum itu ia membaca name tag laki-laki itu, Raevan Arkatama. "Kenapa? Naksir lo sama temen gue?" 

Raevan kembali menggeleng. "Di jaket Juan, ada yang ketinggalan, mungkin punya temen lo."

"Ah masa? Yang bener? Jangan ngarang lo." sanggah Amel tak percaya. 

"Tanya aja temen lo." ujar nya sebelum pergi menyusul teman-teman nya yang lain.

Amel menyerngit bingung. "Agak freak, ya, untung ganteng lo Mansur." gumam nya lalu melanjutkan perjalanan nya menuju kelas.

Sampai di kelas, Amel sudah melihat Nabila, Silvi dan Lailil di bangku masing-masing. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Adakah tugas besti?" tanya nya seraya melepas tas punggung nya, lalu duduk di bangku nya.

Silvi mendongak. "Ga ada, piket lo anjir! Tinggal lo doang." ujar nya.

"Yah, sendirian nih gue?"

Lailil mengangguk. "Iya, udah sana buruan, sebelum Bu Elin masuk." 

Dengan berat hati, Amel pun kembali berdiri, dan mengambil sapu yang berada di pojok belakang kelas. Silvi baru mengingat sesuatu, diri nya masih bertanya-tanya soal Rafka-Rafka yang di sebut Nabila kemarin.

"Eh, Bil, lo belum cerita tau, soal Rafka-Rafka kemaren." ujar nya yang langsung membuat Nabila melotot, karena Silvi bicara terlalu keras, sedangkan di kelas ini terdapat teman Calista.

[✓] 💭. fri(end)ship ㅡ re-uploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang