Pulang sekolah ini, Amel dibonceng Lailil, dan Silvi membonceng Nabila, untuk mengambil motor Amel di bengkel tadi pagi. Tak lupa juga mereka memilih jalan memutar, kenapa? Karena yidak ada kerjaan, itu jawaban mereka.
"Kita beli tahu mercon yang ada di depan gang jambu dulu gak, sih?" ujar Nabila pada Silvi dengan sedikit berteriak.
"Ha? Beli mercon buat apaan anjir?"
"Banjir? Itu kali blok! Bukan banjir!"
"Dimana, sih, banjir? Tadi lo mau beli mercon buat apaan, woy!"
"Iya, gue laper, nih, pengen makan, emang lo enggak?"
"Ha? Ngapain lo makan mercon anjir, gak bisa dimakan itu, yang bisa dimakan itu depannya ada tahunya."
"Ada apanya?"
"Tahuu!"
"Apaan tahu?"
"Tahu mercon, blok!"
"Iya, kita beli tahu mercon dulu!"
Tinggalkan mereka yang sama-sama budek ini, di belakang ada Lailil dan Amel yang sudah geleng-geleng kepala melihat kedua temannya di depan.
"Temen lo, tuh!" ujar Lailil.
"Apaan satu?" tanya Amel.
"Apa sih?"
"Tahu isi?"
"Ha?"
"Budek deh."
"Gudeg? Disini gak ada gudeg! Di jogja sana!"
"Ha? Yoga? Yoga siapa lagi, sat?"
"Asat? Apaan yang asat?"
"Bangs*t?"
"Iya apaan!"
"Apa sih?! Dahlah."
Budek, part 2. Mereka pun berhenti di depan gerobak penjual tahu mercon, di depan gang jambu seperti yang Nabila bilang.
"Tadi lo mau beli mercon buat dimakan? Bener?" tanya Silvi setelah menepikan motornya.
"Apa dah? Gue ngajak beli tahu mercon, bukan mercon! Gila kali, yah."
Lailil pun mulai memesan, kebetulan memang sedang sepi, dan tiga yang lain duduk di kursi plastik yang disediakan. Silvi mulai membuka topik soal kejadian tadi pagi, lagi.
"Jadi, cowok-cowok yang nebengin lo tadi anak kelas mana?"
Nabila dan Amel sama sama mengangkat bahunya acuh. "Gak tau, yang penting nebeng, gak nanya-nanya, soalnya gue gak sksd kaya lo." balas Nabila.
"Yeu, si bangs*t!"
Nabila tak menghiraukan Silvi. Ia membuka handphonenya sebentar, lalu ia tak sengaja melihat seseorang yang tak asing baginya lewat ekor matanya. Orang itu membonceng seorang gadis di belakangnya, dan masih mengenakan seragam sekolah sebelah.
Setelah orang tadi sudah lumayan jauh, Nabila baru berani menatap orang tadi. Entah apa yang menarik dari itu. Seruan Lailil membuatnya mengalihkan perhatian.
"Udah, nih, ayo cabut." seru Lailil dengan menenteng 4 kantung plastik di tangannya.
Mereka bertiga pun berdiri, Silvi memberikan kunci motornya pada Nabila. "Nih, biar pernah lo bonceng gue."
Nabila menatapnya dengan salah sudut bibir yang sedikit terangkat. "Dih?"
"Ayo, cui! Udah sore ini, motor gue belum diambil." ujar Amel yang sudah duduk di atas jok belakang motor scoopy milik Lailil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. fri(end)ship ㅡ re-upload
Novela Juvenil[ FOLLOW DULU BARU BACA ] Hanya kisah, yang menceritakan tentang hari-harinya anak SMA, tidak semua, tapi ini diambil dari kisah nyata. Nabila Zoey, si judes plus tukang salting, dipertemukan dengan Silvya Charilyn si mood booster bin receh, Amelia...