Amel baru keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang masih melilit rambut basah nya. Jam masih menunjukan pukul 06.23 pagi, namun Amel sudah mandi, pemandangan langkah di weekend minggu ini.
"Halo, apa sih fans, pagi-pagi udah nelpon aja, kangen?" ujar nya setelah mengangkat telepon dari Lailil.
Bisa di tebak, pasti Lailil merotasikan mata nya dengan jengah. "Bangke, lo, buruan ke Silvi, lol. Lemot."
"Anjing! Gue baru keluar kamar mandi, yah! Abis mandi, seger-seger, eh di bikin emosi sama lo." sarkas nya.
"Dah dah, lo yang kesini atau gue yang kesana?" terdengar suara Silvi yang menyahut di sebrang.
"Engga, ketemu di rumah Nabila, abis ini gue otewe."
"Padahal rumah lo sama Nabila cuma beda 4 rumah, tapi selalu pas gue dateng lo belom ada."
Amel menyengir, meski Silvi dan Lailil tak dapat melihat nya. "Daripada gue nungguin lo, mending lo yang nungguin gue, dah ah, gue sibuk, bye!"
"Anak as—"
Tutt
Silvi berdecak karena selalu di perlakukan seperti ini oleh Amel, menyebalkan. Silvi langsung menyerahkan kunci motor nya pada Lailil.
"Jalan, Lil, kalo si Amel belum dateng juga, bakar aja tuh rumah, besok bangunin rumah lagi kalo inget." ujar Silvi dengan santai nya, ia langsung naik ke atas motor.
"Dih, kebanyakan duit lo bangunin orang rumah." cibir Lailil.
"Aminin aja."
Lailil mendengus. Lalu kedua nya pun tancap gas menuju perumahan rumah Amel dan Nabila. Di sepanjang jalan, berhubung Silvi itu anak nya ramah kebangetan, orang lewat ga kenal pun di sapa, di kedipin, di teriakin, di senyumin lagi, padahal udah dapet acungan jari tengah dari bocil kematian yang barusan dia sapa.
Tinn
"BILAA AYOK MAEN!"
"BILAA!"
"OYY KIYOMASA!"
"Berisik, bangsat!" tiba-tiba pintu rumah Nabila terbuka, menampilkan Nabila yang keluar dengan muka bantal nya.
"Astaghfirullah, nduk, koen dorong ados?" tanya Silvi.
Dengan santai nya Nabila menggeleng, lalu membuka pintu rumah nya lebar-lebar. "Belom, hehehe, masuk dulu gih, anggep aja ini rumah gue." ujar nya mempersilahkan.
Balasan tanpa dosa nya, membuat Silvi dan Lailil hanya bisa elus dada pagi-pagi, masih jam 7 udah di bikin naik darah, awas aja kalo ga di bawain tangga, ga bisa turun kan jadi masalah.
"Cwapek gue, apa hanya aku yang rajin?" gumam Silvi mendramatisir.
"Idih. Masuk gak lo? Gue tutup, nih, pintu nya." balas Nabila.
"Heh! Tamu adalah—"
"Babu yang bertukar kedudukan." sela nya, setelah mengatakan itu, Nabila masuk ke dalam rumah, berniat untuk berendam pagi ini, becanda.
Silvi tersenyum lelah. "Dahlah, mau numpang minum aja gue."
Silvi pun masuk ke dalam di ikuti Lailil, seperti biasa, di rumah Nabila selalu tersedia minuman kemasan di meja ruang tamu nya, membuat Silvi tidak tau diri, dan langsung mengambil ancang-ancang untuk meminum nya
"HEH!"
Silvi tersentak, untung tidak tumpah. "Apa sih, anjir, ngagetin!" gerutu nya pada sang pemilik rumah.
"Wes mambu, iku!"
Silvi menyerngit. "Banyu bening ngene iso mambu?" tanya nya.
"Iso, mambu banyu." ujar nya lalu berlalu pergi dengan bersenandung kecil, mengabaikan Silvi yang sudah mencak-mencak di buat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. fri(end)ship ㅡ re-upload
Teen Fiction[ FOLLOW DULU BARU BACA ] Hanya kisah, yang menceritakan tentang hari-harinya anak SMA, tidak semua, tapi ini diambil dari kisah nyata. Nabila Zoey, si judes plus tukang salting, dipertemukan dengan Silvya Charilyn si mood booster bin receh, Amelia...