Drtt
Drtt
Drt—"Halo? Siapa?"
"Masa lo ga kenal suara gue."
Dahi Amel menyerngit. "Siapa?"
"Jansik, lo ga kenal sama suara gue, Mel?"
"Silvi? Tapi ini bukan nomor lo."
"Tuh tau, save juga nomor yang ini, jaga-jaga aja."
Amel menggaruk pipi nya. "Iya deh, ngapain lo telpon?"
"Cuma mau ngetes, jangan lupa di save, kalo ga di save, gue bunuh lo!"
"Sadis bener, iya iya gue save."
"Nah, gitu dong, yaudah gitu doang, sih, baiii."
"Oh? Oke, bay."
Tutt
Terasa sedikit aneh. Amel meletakkan handphone nya di atas tempat tidur, ia berjalan mendekati jendela kecil yang tertutup gorden.
Amel menyingkap nya sedikit, hingga menampilkan suasana desa nya pada waktu malam, begitu sepi dan sunyi, jelas saja, waktu sudah menunjukan pukul 22.36 malam.
Tak ada yang Amel lakukan selain memandang kosong di depan jendela. Lamunan nya terbuyar saat tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu rumah nya, bahkan Amel tidak menyadari kedatangan orang itu.
Karena merasa sedari tadi tidak ada yang membukakan pintu, Amel pun keluar kamar dan mengambil kunci rumah nya di atas nakas kecil samping televisi ruang keluarga.
"Iya, sebentar!" ujar nya.
Ceklek
"Permisi Mbak, atas nama Amelia?" ujar orang berjaket go-blok itu.
Amel mengangguk samar, ia bingung karena merasa tak memesan apapun, apalagi makanan seperti yang orang itu tenteng di tangan kanan nya.
"Iya, Mas, saya sendiri, ada apa yah?" tanya Amel.
"Ini Mbak, ada kiriman go-food untuk Mbak Amelia, untuk pengirim nya, tidak boleh di sebut kata nya." Mas-Mas itu menyerahkan paper bag makanan nya.
Amel semakin menyerngit. "Bentar, Mas, ada racun nya ga nih?" tanya Amel penuh selidik.
Mas-Mas yang umur nya terlihat masih berkepala dua itu tampak menggaruk bagian belakang kepala nya. "Ya mana saya tau, Mbak, saya ini cuma beli terus nganterin, masalah di campur racun apa enggak nya, ya—tanya penjual nya."
"Iya juga." gumam nya.
Amel pun menerima paper bag nya. "Udah di bayar belum?"
"Udah, Mbak, kalo gitu saya permisi, yah." pamit Mas-Mas itu.
Amel menunggu Mas-Mas nya benar-benar pergi lalu ia kembali masuk ke dalam rumah dan mengunci nya kembali.
Merasa para penghuni rumah ini tidak ada yang terusik atau bangun, Amel membawa. makanan nya ke dalam kamar.
"Siapa, yah, yang ngirim ini makanan?" monolog nya pada diri sendiri.
Ia pun membuka paper bag itu. Aneh nya, kenapa bisa orang itu tau jika Amel tidak bisa makan makanan pedas? Di luar box mie itu tertulis 'level 1' , sambal nya terpisah pula, benar-benar perhatian sekali.
"Wah, ada lemon tea nya juga."
Amel membuka handphone nya, mencari roomchat grub mereka berempat.
(anti) wacana (4)
janji ga jamet
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. fri(end)ship ㅡ re-upload
Teen Fiction[ FOLLOW DULU BARU BACA ] Hanya kisah, yang menceritakan tentang hari-harinya anak SMA, tidak semua, tapi ini diambil dari kisah nyata. Nabila Zoey, si judes plus tukang salting, dipertemukan dengan Silvya Charilyn si mood booster bin receh, Amelia...